"ini duitnya, 500rb. tapi sebelum gw kasih, lo harus bilang ini buat apa."
"please. kan tadi uda kita omongin dan lu janji gangungkit-ngungkit lagi"
"sini deh,,"
[gelap nyawang - teh - hujan]
"lo jarang minjem2 ama gw. apalagi minjem duit. dan lo ga mau bilang ada apa? terus gw diem aja? gw mikirn lo terus. kalau ternyata lo ada masalah dan gw bisa bantu lebih gimana.. "
"gw ga mau cerita. gw harus bilang berapa kali? dan kalo gara2 gw ga mau cerita gw ga bisa minjem, gw ga masalah. banyak alternatif kok."
"apa?"
"gadein laptop kek. jual kalung kek. apa kek."
"ya udah. kalo gitu kenapa lo minjem ama gw?"
"terserah deh.."
[dia pergi. hujan-hujanan. yang ditinggal kesal.]
[5 hari kemudian-masih hujan-gelap nyawang-teh]
"ok, gw cuma mau tahu ini buat apa."
"beli obat."
"obat apa?"
"kan lo cuma pingin tahu buat apa dan gw udah bilang. please. just give me the money.."
"(menyebut sebuah nama dengan lengkap)!"
"obat buat gw"
"obatnya maha banget, lo sakit apa?"
" please...."
"......"
"lo jangan marah ya kalo gw cerita."
"ayolah... kenapa pula harus marah?"
"ok. jangan potong gw, jangan memberi respon berlebihan. dan silakan lakukan apa yangingin lo lakukan kalo gw udah bilang selesai."
"setuju."
"lo tahu kan isu soal angkot caheum ledeng itu? kasus kayak gitu bukan cuma sekali. gw juga ngalamin. di saat yang kayaknya hampir sama. tapi yang diomongin orang2, itu bukan gw. Masalahnya adalah, gw belumd atang bulkan ampe sekarang dan gw ngecek. positif. gw nyari obat buat gugurin. Ada, tapi gw ga ada duit. Akhirnya karena minggu lalu lo ga mau minjemin duit, gw ngegadein kalung dan anting gw, gw juga ngegadein hi-fi gw. Tapi gw ditipu sama orangnya. Duit uda dikasih tapi barangnya ga datang. Akhirnya gw nyari-nyari lagi, dan dapet. Barangnya dua ada, tapi gw ga ada duit buat bayar. Makanya gw hubungin lo. Lo boleh nampar gw kalo mau."
[plak]
"lo boong kan??"
[hening-lembaran biru itu berpindah tangan]
"gw pikir lo akan mencintai kehidupan."
"gw ga mau menyerah. gw punya mimpi. gw pingin lulus ga lebih dari 4,5 tahun. gw pingin kerja.. dan apa lo pikir orang-prang di sini cukup waras untuk tetap menghargai gw kalo gw membiarkan semua terjadi?"
"tapi kalo cara ini ga aman, gimana kesehatan lo? kanker rahim?? taruhannya hidup lo sendiri...."
"posisi gw itu ga nguntungin sama sekali. lo aja belum tentu percaya ama gw, apalgi orang lain. dan lo tahun gw lah. lo tahu gw ansos. ya lo pikir sendirilah gimana kalau gw melapor... terus gw menghilang? dikasihani? dan membiarkan sebuah lagi jiwa baru menambah sesaknya dunia? membiarkan dia tumbuh tanpa tahu siapa bapaknya? mendapat dia hanyalah sebuah kecelakaan yang dibentuk tanpa rasa kasih sayang????"
"iya sih.. gw denger2 anak yang itu emang disarankan untuik ngundurin diri oleh pihak kampus.."
"lo ngerti kan maksud gw.."
"tapi.... abosrsi itu kan dosa..."
"dosa itu konsep manusia, karena Tuhan itu juga konsep manusia.."
"jangan mulai lagi lah....."
"gw juga takut.. tapi ini hidup gw. gw yang memutuskan hidup gw.. gw berhak ga sih?? toh gw kayak gini karena hak gw dirampas..."
[rasanya sesak..]
"lo yakin dengan ini?"
"yakin."
"butuh ditemenin?"
"enggak."
"gw sayang sama lo.."
"shut up... it's over.."
"hati2 ya.."
"terimakasih banyak..."
[sosok itu cuma bisa duduk terdiam. apa lagi yang bisa dilakukan untuk wanita ini?? dia toh tidak punya solusi lebih baik. melahirkan berarti uang. dengan kondisi ekonomi macam itu, siapa yang bisa membayar?? belum lagi omongan orang.. terlalu kejam.. sudah terlalu banyak penderitaan yang dialami... sosok itu hanya berusaha mencintai dengan sepenuh hati.. begitu kan?]
Selasa, 15 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tiga Puluh Tujuh
Sepuluh tahun berlalu sejak tulisan ini Dan ternyata di ulang tahun ke tiga puluh tujuh ini, gw masih meminta hal yang sama. Semoga diberi k...
-
Nulis blog dengan judul ini agak kontradiktif ya. Kan yang udah kejadian di Bali harusnya tetap tinggal di Bali. Kalo ditulis, jadinya ga ...
-
http://www.youtube.com/watch?v=9-q58A5zZos There's a lot of things I understand And there's a lot of things that I don't wa...
-
Perasaan kemarin masih 14 bulan lagi menuju tanggal pernikahan. Lalu tiba-tiba sudah tujuh bulan berlalu. Minggu lalu pulang ke Jakarta u...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar