Sudah duta tahun terakhir ini, tepatnya sejak putus dari Diddo, gw jarang banget nonton film. Tapi sejak beberapa bulan terakhir ini, gw dapet temen baru via fesbuk, namanya Fahim, mahasiswa IKJ, dan dia suka ngasih gw referensi film-film bagus. Kemaren malam, kita berdua nonton The Tree of Life. Dia ngasih nilai 9.25/10. Gw 8.5/10. Mungkin setelah nulis ini gw akan berpikir buat naikin nilainya jadi 9 juga. Hehehe.
Hmmm. Susah untuk mendeskripsikan film ini. Gw ga pinter cerita soal film, dan gw takut malah jadi spoiler. Kalau pingin tahu sinopsisnya, mendingan googling aja. Kalau ada yang mau nonton, saran gw sebaiknya jangan ketika kondisi badan lo sedang capek. Percayalah, film ini lebih dari sekedar film. Lebih.
Gw baca beberapa review soal film ini, dan salah satu kritiknya adalah betapa film ini sangat "kristiani". Tapi entahlah, gw sama sekali ga merasa demikian. Cuma karena ada ayat alkitab dan adegan di gereja, film ini jauh dari situ. Film ini memberi pertanyaan-pertanyaan dan jawabannya dibuat dengan sebuah visual yang sangat lirikal. Minim dialog, hanya bahasa tubuh, warna, bentuk. Jawabannya ada di sana, tapi penonton lah yang memilih. Ah, gw betul-betul tidak pintar mendeskripsikan poin ini.
Nah, kayaknya habis ini gw bakal nulis beberapa hal yang agak spoiler, jadi kalo males mending ga usah baca setelah ini. Gw mau menulis beberapa hal yang gw pikirkan ketika nonton ini.
Pertama. Lelucon. Gw merasa Mallick, sutradaranya, menampilkan lelucon tentang Tuhan dengan memperlihatkan penciptaan dunia yang menurut pemahaman gw adalah visualisasi teori big bang. Di sisi lain, dia menampilkan keluarga O'Brien dengan ke'kristen'annya. Kekristenan, yang berarti merujuk pada penciptaan Adam dan Hawa, bukan dinosaurus atau ubur-ubur. Paham ga di mana letak leluconnya? Hehehe.
Tuhan, di mana kamu?
Kedua. Surga. Gw juga merasa bahwa bagian paling akhir dari film ini, yang di pantai, adalah visualisasi akan surga.
Lagu pengiringnya berjudul "Agnus Dei", selalu dinyanyiin di gereja Katolik kalau misa hari minggu. Liriknya lebih kurang begini bunyinya :
"Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia, kasihanilah kami.
Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia, berilah kami damai."
Lagu soal pengampunan, dan dalam bagian itu, si Jack ketemu dengan keluarganya lagi dan adeknya yang udah meninggal, dan semua orang bahagia. Iman Katolik percaya bahwa semua orang akan diampuni dosanya oleh karena penebusan Yesus, anak domba Allah, dan setelah itu semua tinggal bersama di Rumah Bapa -- surga. Jadi bagi gw, bagian itu semacam visualisasi surga. Satu pertanyaan gw adalah : mengapa Jack di bagian itu adalah Jack yang tua, sedangkan keluarganya semua masih muda. Pasti ada maksudnya. Tapi ga ngerti apa.
I give my soul to you
Ketiga. Dinosaurus. Gw ga pernah nyangka akan bertemu dinosaurus di film ini. Lalu ada adegan di mana satu dinosaurus nginjek dinosaurus yang lain, tapi ga dibunuh, terus si dinosaurus gede ini pergi. Gw bener-bener ga ngerti maksudnya. Tapi adegan ini membekas banget di kepala gw. Mungkin ini soal belas kasihan. Atau mungkin soal teori evolusi? Bahwa yang kuat tidak selalu menyingkirkan yang lemah. Bahwa sebenarnya ada belas kasih dalam sebuah evolusi?
Manusia sekarang semakin rakus.
Keempat. Plot. Menonton film ini adalah masuk ke suatu zona yang tidak teratur waktu. Kemarin. Hari ini. Jutaan tahun yang lalu. Semua masuk begitu juga. Dan ketika gw menyadari ketidakteraturan ini, gw ingat seseorang pernah bilang "God is timeless". Gw ga punya alasan khusus mengapa gw begitu bergetar menyadari hal ini.
....
Kelima. Personal. Banyak sekali adegan yang sangat personal buat gw. Banyak pertanyaan dan narasi yang begitu sesuai dengan apa yang pernah gw pikirkan. Kalo gw nonton sendiri, gw rasa gw udah nangis. Tapi malam itu harga diri dan rasa ngantuk membuat gw ga nangis. Pas gw mau tidur, baru deh berasa getaran halus. Bertanya kepada tuhan tentang tuhan itu sendiri adalah sesuatu yang entah mengapa selalu membuat mata berkaca-kaca.
God is timeless.
Keenam. Ruangan kecil di atap. Nah kalo udah ada yang nonton, inget ga adegan Jack kecil manjat ke lantai atas, dan di ruangan kecil itu ada dia dan seorang laki-laki yang tinggi banget. Sama seperti dinosaurus. Gw ga ngerti apa maksud adegan itu, walaupun gw yakin pasti ada artinya. Gw cuma menebak-nebak si, ketika kecil sosok Tuhan itu begitu mudah dipahami. Seseorang yang luar biasa maha kuasa dan maha besar. Mungkin laki-laki itu sosok Tuhan. Tuhan yang hadir di tempat yang tersembunyi. Entahlah gw cuma menebak-nebak
Menjauh..
Ketujuh. Emosi. Pernah merasakan emosi meluap-luap ketika memikirkan Tuhan. Ketika marah dengan Tuhan. Atau malah emosi kosong? Film ini berhasil mengubah emosi menjadi gambar. Bagian paling berkesan bagi gw adalah ketika narasinya berkata betapa dia kehilangan Tuhan, dan betapa Tuhan terasa menjauh. Visual yang dipakai adalah ombak. Menjauh. Ketika gw nonton bagian itu. Rasanya magis.
Tree Of Life
Kedelapan, yang terakhir. Judul. Sejujurnya, gw masih belum nemu alasan yang kuat mengapa judul film ini adalah tree of life. Tebak-tebakan gw adalah karena film ini mencoba memuat hidup sebgai sebuah konsep dari alam semesta. Layaknya pohon, apa akar dari hidup, apa batang dari hidup, apa daun dari hidup. Dan jawabannya dilempar bebas ke penonton. Absurd. Jadi inget Fikri. Absurdity.
Errr....
Begitu selesai nonton ini, otak gw penuh. Ini sudah 24 jam sejak gw nonton dan masih banyak pertanyaan dan pernyataan memenuhi kepala gw. Agak absurd karena di satu sisi gw merasakan suatu kegembiraan. Pencerahan.
"You get wiser when you realize your parents flaw and still forgive them."
Ringan. Beberapa masalah yang sedang gw hadapi begitu serupa dengan film ini. Dan walaupun ga ada solusi eksplisit terpapar di film ini, ada beberapa hal yang meyakinkan gw bahwa apa yang gw lakukan sekaang adalah baik.
Di sisi yang lain gw merasa kelabu. Ada sisi gelap. Kontradiksi yang tajam. Kesedihan tanpa sebab. Seolah-olah film ini semacam mempermainkan perasaan dan akal sehat. Hmm. Sulit dipahami. Sulit.
***
Oke, setelah gw menulis ini, gw menyadari bahwa film ini memiliki dampak yang cukup dasyat bagi gw. Kalau disuruh nonton lagi, mungkin gw ga kuat. Jadi gwputuskan bahwa nilai dilm ini adalah 9.5 /10.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tiga Puluh Tujuh
Sepuluh tahun berlalu sejak tulisan ini Dan ternyata di ulang tahun ke tiga puluh tujuh ini, gw masih meminta hal yang sama. Semoga diberi k...
-
Nulis blog dengan judul ini agak kontradiktif ya. Kan yang udah kejadian di Bali harusnya tetap tinggal di Bali. Kalo ditulis, jadinya ga ...
-
http://www.youtube.com/watch?v=9-q58A5zZos There's a lot of things I understand And there's a lot of things that I don't wa...
-
Perasaan kemarin masih 14 bulan lagi menuju tanggal pernikahan. Lalu tiba-tiba sudah tujuh bulan berlalu. Minggu lalu pulang ke Jakarta u...
1 komentar:
menarik git.. must wacth this... :-)
Posting Komentar