Minggu, 20 Juni 2010

Kepercayaan

Minggu ini saya belajar banyak soal kepercayaan.

Tentang betapa mudahnya kepercayaan dirasakan ketika ada reaksi kimia menggebu.
Tentang betapa sulitnya memberikan kepercayaan pada seseorang ketika tidak terasa kliknya.

Tentang betapa berharganya sebuah kepercayaan yang diterima dari seseorang.
Tentang betapa sakitnya rasa yang timbul ketika kepercayaan itu disalahgunakan.

Tentang betapa mudahnya menghancurkan kepercayaan orang lewat hal-hal kecil yang dilakukan tanpa berpikir matang.
Tentang betapa sulitnya menumbuhkan kepercayaan itu kembali.

Tentang betapa keadaan kadang dapat dengan gampangnya membuat kesalahpahaman yang berbutuntut pada kehilangan kepercayaan.
Tentang betapa mahal harga yang harus dibayar ketika itu hilang.

Tentang betapa gamangnya hidup bila tidak ada kepercayaan akan diri sendiri, atau akan sesuatu yang menjadi pegangan hidup.

Tentang betapa perbedaan kepercayaan bisa mengalahkan hal-hal penting dalam hidup seperti kemampuan saling memahami, kemampuan saling menguatkan, kemampuan saling memotivasi, bahkan kemampuan untuk dapat memaknai hakikat hidup itu sendiri.

Dan akhirnya hari ini saya coba merangkai lagi titik titik harapan akan masa depan. Saya cuma butuh percaya kalau hal baik akan terjadi. Kekuatan pikiran sebenarnya adalah bahasa lain dari kepercayaan akan harapan kan? Kepercayaan saya adalah sumber kekuatan saya.
Semoga.

Rabu, 16 Juni 2010

Tujh mein Rab dikhta hai

You asked no questions, right from the start you gave me all straight from your heart.
Didn’t say one word or judge me while you gave it all with a smile.
You’re my sun, you’re my shade. You’re my own you’ll never fade.
There’s nothing else I know now except,
I see my God in you, and I don’t know what to do.
I see my God in you, and I barely know what to do.
I can’t help but to bow before you, I have no idea what to do.
I see my God in you, and I don’t know what to do.

—————————————-

Na kuch poocha, na Kuch manga. Tune dil se diya jo diya.
Na kuch bola, na kuch tola. Muskura ke diya jo diya.
Tu hi dhoop, tu hi chau, tu hi apna paraya.
Aur kuch na janu, bas itna hi janu,
tujh mein Rab dikhta hai, yaara mein kya karun.
Tujh mein Rab dikhta hai, yaara mein kya karun.
Sajde sar jhukta hai, yaara mein kya karun.
Tujh mein Rab dikhta hai, yaara mein kya karun.



Lagu diambil dari film Rab ne bana di jodi

Sabtu, 05 Juni 2010

Saya ber-Kabar Kabari

Hahahahaha.
Akhirnya saya menjadi pekerja permanen di sebuah perusahaan yang saya dambakan dari awal saya masuk ke kantornya untuk wawancara pertama!!

Di lantai tempat saya ngantor, saya yang paling muda. Yang paling dekar sih setahun lebih tua dari saya, tapi dia udah kerja dari tiga tahun yang lalu. SMA cuma satu setengah tahun. Sinting! Yang lainnya rata-rata sudah punya anak. Hahaha. Mau juga dong punya anak. Hahaha.

Terus tanggung jawabnya lumayan menantang. Hahaha saya memilih kata menantang dibandingkan kata "berat" atau "susah" atau "rumit". Bermain-main dengan microsoft excel. Terimakasih Didi, rekan PLO yang mencekoki gw dengan rumus rumus aneh excel. Gw jadi ga gaptek gaptek amat. Terus akhirnya gw mengerti konsep "model". Maklumlah, kuliah "Pemodelan" yang cuma masuk lima kali satu semester itu memang tidak mampu membuat saya paham apa apa. Jadi kerja saya kali ini make model model ini itu. So excited!

Oh iya, ini kerja kantoran di belakang meja. Sangat jauh dari bayangan saya ketika kuliah tentang bagaimana karir saya di masa depan. Hahaha. Kantornya tapi enak. Dapat telpon genggam plus nomor Halo, dapat laptop, dan kubikal saya dekat jendela! Lumayan. Pemandangannya perumahan penduduk daerah belakang citos dari lantai dua puluh tiga. Toiletnya juga lo. Bilik paling kiri itu dinding sampingnya tembus pandang keluar. Buang hajat dengan pemandangan selatan Jakarta dari ketinggian sensasinya lebih gimana gitu. Hahaha.

Sekarang masih masa percobaan dulu tiga bulan. Semoga lancar jaya. Tapi capek. Banget. Ga pa-pa. Biar kurus. Hahaha. Mungkin entar bakal jarang ngepost. Dan mungkin blog ini akan menjai ajang curhat syalalala lagi. Hahaha. Biarin!

Oh ya. Satu lagi. Saya sudah ga jomblo lagi yaaaa!!! HAHAHAHA. Congkak.
Emang selama prosesnya gw ga heboh. Entah mengapa. Padahal biasanya kalo soal begini gw bawel mampus.

Kenal dia gara-gara kompasiana. Tulisan-tulisannya keren. Menurut saya sih begitu. Lalu pas main ke Jogja, ketemu. Dan nyambung. Dan berlanjut. Sms. Telfon. Chating. Lalu klik. Begitu saja. Rasanya cocok. Kenapa? Susah menjelaskannya. Tapi itu kayak ketemu seseorang yang mengudara di gelombang yang sama. Hahaha. Gw bisa mentoleransi semua ketidak cakapan dia, seperti mengapa dia belum lulus sampai sekarang sedangkan gw sudah bekerja.

Absurd? Iya. Dan lagi lagi lagi sekali lagi "beda". Hubungan ga bermasa depan? Gw harap enggak. Ini terlalu keren dan terlalu oke dan terlalu menyenangkan untuk dipupuskan hanya karena kotak macam itu. Kasmaran? Mungkin. Mabuk cinta mungkin tepatnya. Tapi dia adalah orang paling sopan, paling berkharisma, paling bisa bikin gw nurut apa yang dia bilang. Dan yang dia bilang rasional, beretika. Dan dia sopan. Penampilan emang begitu, kacau, urakan. Tapi gw yakin hidup bisa menyenangkan bersama dengan dia. Ini hubungan jarak jauh. Jakarta Jogja. So far so good.

Okai okai.
Itu saja updatenya.
Hahahaha.

Hepi syalalala semua!

Tiga Puluh Tujuh

Sepuluh tahun berlalu sejak tulisan ini Dan ternyata di ulang tahun ke tiga puluh tujuh ini, gw masih meminta hal yang sama. Semoga diberi k...