Rabu, 06 Januari 2016

Cerita Saya Mencari Jodoh

Hari ini tiba-tiba dapet pertanyaan random dari Mba Susan,

"Pernah ga sih sebelum ketemu sama si mas ini mau menyerah untuk pasangan hidup?"

Dan jawabannya adalah "Tentu saja pernah!"

Well, mencari pasangan hidup adalah suatu drama tersendiri dalam hidup saya. Saya ingat beberapa orang selalu bilang "drama banget si lo Git?"

Yaaaa begitulah. Saya orangnya gampangan, jadi mudah sekali buat suka si ini, suka si itu, ngarep si ini, ngarep si itu. Berkali-kali suka dengan orang yang "salah". Kenapa salah nya tanda kutip? Karena ya relatif sih salahnya, tergantung dari value apa yang kita pegang dan budaya yang kita jalankan.

2010 saya ingat betul saya jatuh cinta sejatuh jatuhnya sama seseorang yang jelas-jelas tidak akan diterima oleh keluarga. Ketika akhirnya saya memutuskan untuk move on, di situlah saya benar-benar desperate setengah mati untuk move on dan jadi lebih "gampangan".

Hasilnya? Nihil. Kenapa? Karena saya mencoba mencari hubungan baru semata-mata untuk melupakan hubungan yang lama. Ga bagus dan ga sehat. Saya kerap membanding-bandingkan segala sesuatu dengan mantan, bahkan masih berkomunikasi dengan mantan. Ya udahlah ga jadi-jadi.

2012, teman kantor saya menyuruh saya membuat daftar kriteria pasangan yang saya mau. Terus saya berdoa deh sama Tuhan, minta dikasih sesuai dengan yang saya mau. Saya membuat listnya dan ada 12 kriteria yang saya mau :
1. Katolik (Kristen boleh lah)
2. Sayang sama saya
3. Diterima oleh mama papa dan adek-adek
4. Keluarganya sayang sama saya
5. Entrepreneur (atau paling ngga mapan lah)
6. Do sports (futsal, sepeda, lari)
7. Suka traveling
8. Bisa diajak hangout (drink alcohol :p)
9. Sabar
10. Bisa ngasih tahu kalau saya salah
11. Berjiwa sosial
12. Menerima dan diterima oleh teman-teman saya
Komentar teman saya pas liat list ini : "Susah amat Git, emang bakalan ada orang kayak gini?"
Bodo amat, toh ini yang saya mau kan?

Well, dari 2012 - 2014 saya ketemu dengan berbagai macam orang.. Sebagian besar dari mereka 70-80% sesuai dengan kriteria yang saya buat ini. Tapi ternyata ga jadi-jadi juga. Kenapa? Ya karena ini adalah hubungan antara 2 manusia. Mau kriterianya sesuai dengan yang saya cari, kalau ga ada perasaan ya mana bakal jadi.

Ada mas fotografer yang ngobrolnya asik, tapi at some point ga nyambung aja dan ternyata dia deket ke beberapa orang dan saya hanya serpihan biskuit di kaleng Kong Guan :))
Dari mas ini saya belajar bahwa setiap orang bisa dekat dengan banyak orang dan oleh karena itu jangan terburu-buru dan jujur pada diri sendiri. Nyaman atau engga'?

Ada pak dokter misterius yang perhatian tapi berakhir drama karena tiba-tiba ada mantan yang datang dan semuanya hilang begitu saja.
Dari bapak yang ini saya belajar tentang adanya external force yang bisa mengacaukan segala-galanya ketika semua dirasa baik-baik aja. Dan bahwa ketika kita terburu-buru menyimpulkan segala sesuatu, ya jadinya berantakan aja. Dan kayaknya waktu itu saya masih childish, masih pingin jadi orang yang "diperjuangkan" daripada mencoba lebih mengerti dan sama-sama berusaha untuk memperbaiki keadaan. Intinya sih ketika semua kejadian timingnya salah, ya ga bakal ketemu aja.

Ada mas tukang makan yang udah sayang-sayangan tapi ternyata oh ternyata lagi-lagi saya cuma pilihan kedua. Ini, sakitnya mentok banget.  Hahaha.
Dari mas yang ini saya belajar lagi-lagi saya suka terburu-buru menyimpulkan segala sesuatu dan ketika saya terlihat terburu-buru, saya cuma bikin si mas ini tambah mundur karena dia sedang tidak mau buru-buru. Intinya? Beda phasing dan speed di perasaan.

Ada mas ganteng yang cuma lewat sekelabat. Ini bener-bener cuma sekelabat lewat doang, tapi karena yang bersangkutan gantengnya lahir batin hahaha, ga bisa ngga dilewatin.
Dari mas ganteng satu ini lagi lagi dan lagi saya seperti biasa terburu-buru dan banyak bikin blunder, end up dengan pertanyaan dari dia "lo bener-bener pingin banget punya pacar ya git?" dan nasihatnya adalah "ya jangan minum-minum lagi". Di titik itu saya akhirnya sadar, saya terlalu sibuk mencari laki-laki yg sesuai buat saya, tapi saya ga berusaha jadi wanita yang lebih baik yang pantas diperjuangkan.

Hahaha.

Akhirnya saya ngerem. Mencoba lebih rileks dan mencoba jujur pada diri sendiri bahwa saya takut jomblo seumur hidup. Saya kurang ingat apa yang terjadi kemudian, tapi saya menemukan diri saya lebih rileks dan lebih open. Lebih disiplin dan lebih fokus ke kerjaan. Lebih fokus dengan hidup dan dengan keluarga.

Lalu datanglah Silvia memperkenalkan tinder, lalu Gea dan Novi yang memaksa install tinder. Lalu semuanya terjadi begitu saja. Saya berkenalan dengan mas Koko, dan kemudian semuanya benar-benar berjalan mulus. Effortless. Saya pikir saya tetap melakukan kesalahan-kesalahan di hubungan-hubungan sebelumnya. Terburu-buru. Tapi karena saya dan mas Koko melihat ke titik akhir yang sama, buru-burunya saya membantu dia untuk membuat keputusan. Dan dia ga keberatan dengan saya yang minum-minum. Dan ga ada masalah timing. Dan kita nyambung pakai banget. Dan ternyata ini yang membuat segala sesuatunya bekerja. Good conversation, good feeling and good timing. Faktor orangnya, chemistrynya dan kehendak Tuhan yang mahakuasa.

Dan dan dan di sinilah kami berdua sekarang, 128 hari lagi menuju pernikahan.
Dan tau ga, pas saya bandingin mas Koko dengan list yang saya bikin di tahun 2012, itu cocok semua! Hahaha.

Well, jodoh itu emang di tangan Tuhan karena kadang-kadang cara ketemu dan cara kerjanya ga terduga-duga. Semua quote quote soal cinta, jodoh dan pasangan hidup mulai terasa masuk akal :)

Jadi untuk menutup cerita panjang malam ini, saya mau ambil satu quote yang agak norak tapi menurut saya benar adanya. Lebih kurang seperti ini ;

"Kalau orang yang kamu sayang tiba-tiba menghilang dari hidupmu, percayalah itu karena Tuhan lagi membuka jalan supaya kamu bisa ketemu sama jodohmu"





Selasa, 05 Januari 2016

Refleksi 2015

Dan tiba-tiba tahun sudah berganti menjadi 2016. Perasaan baru kemarin tahun baruan 2015, baru kemarin tiba-tiba jadian dan ngomongin nikah tahun depan.Tapi ya namanya juga perasaan, perasaan itu kan bisa salah.

Lalu apa refleksi 2015?

Secara keseluruhan, saya menyimpulkannya dalam satu kalimat :

"sebaik-baiknya manusia berencana, Tuhan yang menentukan"

Berikut ini beberapa contoh kejadiannya:

1, Naik gunung
Rencana: pingin ke Semeru dan ke Argopuro
Kenyataan: ga ada naik gunung sepanjang 2015 karena jadi TKI di negeri gajah

2. Foto pre-wed
Rencana: prewed di Semeru atau Bromo!
Kenyataan: serba dadakan di UI, senopati dan blok S seperti halnya foto prewed pada umumnya. Hahaha.

3. Berat Badan
Rencana: kemali ke ukuran 49 kg
Kenyataan : stuck di 51.5 dan ga bisa turun2 lagi kecuali ga makan nasi sama sekali yang adalah susahnya bukan main. Harus mulai lari lagi sih.

4. Relationship
Rencana: lebih mengenal satu sama lain sebelum akhirnya menikah bulan Mei 2016
Kenyataan: LDR  sampai nanti Mei 2016 dan tanpa direncanakan akhirnya tunangan aja gitu. Lebih banyak berantemnya karena LDR itu susahnya bukan main. Sejujur-jujurnya, kalo ga pake tunangan, mungkin ga akan seteguh sekarang hehehe.

Lalu? Ya sudah, harus lebih giat lagi di tahun 2016. Banyak rencana dan harapan di 2016. Harus lebih banyak berdoa dan berusaha :)

semangat!

Tiga Puluh Tujuh

Sepuluh tahun berlalu sejak tulisan ini Dan ternyata di ulang tahun ke tiga puluh tujuh ini, gw masih meminta hal yang sama. Semoga diberi k...