Minggu, 06 Februari 2011

Cahayanya Mbah

Malam itu selesai misa 40 harian almarhum mbah kung, Raka, adik sepupu saya yang kelas satu esde disuruh ibunya -yang adalah bulik saya- untuk membacakan sebuah puisi. Puisi ini dibuat oleh bulik saya, ditujukan untuk kedua orang tuanya, yang juga adalah orang tua bapak saya, yang artinya adalah kakek nenek saya. Keduanya sudah meninggal. Nenek saya meninggal tahun 90an. Kakek saya meninggal 28 Desember lalu.

Pada saat Raka membacakan puisi, saya mengambil fotonya dari samping ruangan. Pada saat foto pertama, ada cahaya berbentuk lingkaran besar. Saya pikir itu pantulan blits. Jadi setelah itu saya ambil lagi beberapa foto dari beberapa sudut yang lain. Cahaya dalam bentuk lingkaran besar itu tidak tampak lagi.

Setelah acara selesai, saya tinjau ulang foto-foto saya itu. Sedikit merinding saya baru sadar bahwa cahaya lingkaran itu bukan berasal dari pantulan blits karena di situ tidak ada kaca sama sekali...



Lihat kan lingkaran bercahaya yang saya maksud? Terlalu terang dan terlalu aneh karena sumbernya entah dari mana. Lagipula pada saat itu, tidak ada orang yang melihat cahaya di daerah sekitar situ.

Esok paginya, saya dapat cerita dari ibu saya bahwa ketika membaca puisi, Raka sempat mendengar suara cukup keras, suara yang mirip dengan suara almarhum mbah kung saya. Suara itu bilang, "Raka, mana ibumu?". Waktu mendengar suara itu, Raka kaget, tapi karena tidak melihat sumber suaranya, dia lanjut baca terus.

Ibu juga cerita kalau sepupu saya yang lain, Febi, tiga tahun, yang tinggal di rumah mbah di Tulung Agung kadang-kadang suka membuka kamar alm mbah dan bilang " Mbah Kung.. " seolah-olah ada mbah kung di sana.. Hmm tambah merinding.

Menurut kepercayaan, selama empat puluh hari, arwah orang meninggal masih jalan-jalan, baru setelah itu naik. Makanya harus didoakan terus supaya bisa istirahat dengan tenang. Cahaya lingkaran itu menandakan sesuatu yang damai dan nyaman kan ya? Semoga penampakan cahaya itu maksudnya adalah memberi tahu bahwa arwah alm mbah senang didoakan dan sudah bisa beristirahat dengan tenang. Amin!

1 komentar:

Pungky Prayitno mengatakan...

git... gue merinding dah baca ini :|

amiinnnn :)

Tiga Puluh Tujuh

Sepuluh tahun berlalu sejak tulisan ini Dan ternyata di ulang tahun ke tiga puluh tujuh ini, gw masih meminta hal yang sama. Semoga diberi k...