Selasa, 31 Oktober 2017

Bersyukur

Sungguh sulit untuk bersyukur kalau lagi scrolling postingan di instagram. Gampang banget iri dengan pencapaian-pencapaian orang-orang. Kayaknya hampir semua teman-teman seumuran sudah bisa memberikan sesuatu untuk kehidupan ini. Entah dengan tulisan, lagu, jadi artis, jadi orang terkenal, belajar lagi, bikin sesuatu yang dimuat di TV atau koran atau medsos.

Sedangkan saya, mamak Bob, hidupnya stagnan, di situ-situ aja di sekitaran urusan rumah tangga dan kayaknya ga bakal sanggup untuk bisa melakukan hal-hal lain selain urusan rumah dan kerjaan kantor. Sebagai ibu pun, saya adalah ibu yang biasa-biasa saja. Ga pake metode montessori, ga pake metode BLW, ga jago masak, ga ada yang istimewa lah. Hahaha.

Saya ga pernah merasa ambisius, tapi semakin ke sini kok rasanya rasa ambisiusnya semakin parah. Punya ambisi tapi ga ngerti gimana cara memenuhinya, dan buntut-buntutnya jadi ga bisa bersyukur dengan kehidupan yang sekarang saya jalani.

Bukannya ga happy ya, happy sih, tapi ya itu kok kayakanya hidup ini rasanya mandeg di sini-sini aja. Hahaha.

Pingin balik nulis lagi, tapi rasanya hilang sudah kemampuan untuk menulis. Bisanya curhat doang, kayak gini hahaha, kan males yak.

Anyway, untuk bisa membuat saya bersyukur lagi, saya mau menulis selama 30 hari berturut-turut setiap hari 3 hal yang harus saya syukuri setiap hari. di blog aja ga mau di IG, ntar dianggap pamer. hahaha

Kamis, 05 Oktober 2017

Cerita Lahirannya Bob - Stanislaus Banyu Mahadri :)



Stanislaus Banyu “Bob” Mahadri, lahir pada 11 April 2017, 16.02 WIB, lewat proses gentle C-section. Banyak yang ngira saya lahiran normal loh hahaha, mungkin akibat pencitraan persiapan lahiran mulai dari kelas hypnobirthing, kelas privat, prenatal yoga, karena emang rencananya pingin lahiran normal. Tapi seperti biasa, pada akhirnya manusia bisa berencana, Tuhan yang menentukan :)

Kenapa saya bilang gentle C-section? Karena gentle birth itu bukan masalah lahir normal atau cesar, tapi bagaimana proses kelahiran bisa dijalani dengan trauma seminim mungkin. Setelah saya menjalani proses kelahiran dan menyusui selama hampir enam bulan ini, saya menyadari bahwa soal trauma itu tidak hanya trauma rasa sakit, tapi juga trauma secara mental, ketika hal yang kita rencanakan tidak sesuai dengan kenyataan. Memahami konsep gentle birth membantu saya untuk selalu ikhlas dan pasrah dengan apapun proses yang saya alami sehingga bisa selalu positif dan membantu proses bonding antara saya dengan Bob setelah dia lahir.

Saya menjalani pembukaan 2 selama 5 hari dan pembukaan 3 selama 2 hari, karena pembukaan macet di 3 dan usia kehamilan sudah masuk week 40, akhirnya dokter obsgyn saya, dokter Agung memutuskan untuk induksi. Padahal pinginnya kan bisa melahirkan tanpa ada intervensi apapun, pinginnya sealami mungkin. Tapi setelah diskusi panjang lebar dengan suami dan mempertimbangkan kondisi fisik saya yang mulai drop karena hampir seminggu tidur kurang gara-gara kontraksi hebat yang datang dan pergi, maka kami setuju untuk induksi.

Induksinya sakit ga? Well, jauh lebih sakit kontraksi alami yang saya rasakan selama seminggu terakhir. Kontraksi yang gara-gara induksinya mah gitu-gitu aja. Hahaha

Selama induksi dibantu doula mba Mila saya ceria dan positif, ga sabar ketemu dedek bayi. Masih bisa main gymball, rebozzo, makan siang, jalan-jalan, ketawa bercanda. Tiga jam kemudian, ketuban pecah, tapi ternyata pembukaannya ga nambah, masih di 3, dan kemudian denyut jantung dedek drop – masuk kondisi gawat janin. Sedih dan agak down sebenar-benarnya begitu tau pembukaan ga nambah, apalagi ketika dokter bilang harus cesar karena gawat janin. Mungkin karena down, saya yang sebelumnya merasa santai jadi tegang dan shock. Setiap kontraksi datang rasanya sakit banget. Walau sesaat kecewa karena haru C-section, tapi saya ingat afirmasi yang selalu saya bilang tiap malam :  Bisa bertemu dengan dedek janin dalam keadaan sehat. Jadi bila memang haru C-section maka ikhlas dijalani.

Operasi C-section bukan berarti bebas rasa sakit untuk kasus saya. Berhubung tindakan cesarnya mendadak, maka saya harus menunggu satu jam untuk persiapan operasi. Itu satu jam paling lama yang saya rasakan karena kontraksi sudah intens dan sakitnya pas mantap. Hehehe. Nah kepake deh itu ilmu yoga dan hypnobirhthing. Segala cara nafas yang diajarkan di kelas yoga saya coba semua. Dan ilmu hypnobirthing lewat afirmasi kepake untuk bisa mengatasi rasa sakit selama satu jam. Mba Mila membantu memberi afirmasi positif supaya nafas saya tetap stabil. Karena setiap nafas saya memendek karena kesakitan, denyut jantung bayinya drop. Air mata menetes dikit sih, tapi bukan karena sakitnya, lebih karena sebuah kesadaran penuh bahwa Bob butuh oksigen dan semua itu tergantung saya untuk terus bisa bernafas dengan baik.

Sebenarnya sudah ada plan kalo harus cesar ada musiklah, ini lah , itu lah. Tapi ya karena keputusan tindakannya dadakan, yang keinget sebelum masuk kamar operasi cuma ngasih minyak lavender ke tangan, itu pun mba Mila yang ngasih. Hahaha. Dan akhirnya pukul 16.02 Bob lahir dengan suara tangisan keras berat badan 3,6 kg - lebih berat dari perkiraan usg yang 3,2 kg dan panjang 51 cm. Bob besar kayak bapaknya hahaha. Ga sia-sia saya nambah berat badannya banyak banget, anaknya ternyata emang gede hehehe.

Begitu Bob lahir, sayangnya momen sayang-sayangan bertiga bareng suami sambil IMD 30  menit lagi-lagi hanyalah rencana. Berhubung operasinya dadakan, saya ga pake puasa. Jadi begitu Bob lahir dan ditaroh di atas dada saya, ga lama kemudian saya muntah. Langsung deh Bob diambil dari saya Hahaha. Udahlah muntah, terus menggigil kedinginan, terus akhirnya ketiduran. Bangun-bangun udah di ruang recovery. Hahaha.

Walaupun tanpa IMD,  dan kolostrum saya ga keluar, saya ga panik karena saya tahu apa yang harus dilakukan – skin to skin sama Bob. Begitu masuk kamar, saya langsung skin to skin dengan Bob selama yang saya mau. Itu saya yang proaktif minta, hihi. Foto yang saya taro di atas itu foro skin to skinnya saya dengan Bob. Liat deh mukanya Bob, damai kan ya. Lalu berkat militansi dari dokter-dokter laktasi dan juga perawat KMC, Bob sudah bisa nyusu keesokan harinya. KMC ini sistemnya room-in, dokter laktasi visit setiap hari untuk cek pelekatan dan perawat yang ngecek tiap shift selalu bantu saya menyusui dengan memberi tips atau membetulkan posisi menyusui. Ohiya tambahan. Nipple saya itu agak datar jadi sejak bulan ke 8 saya sudah pakai nipple former sehingga pas hari H –nya, nipple saya sudah kenyal, jadi walaupun datar Bob lebih mudah menyusui. Ohiya untuk nipple yang flat ada tips2 tersendirinya buat menyusui dan ini saya dapatkan dari para perawat dan dokter laktasi KMC.

Menyusui sendiri menurut saya adalah seni, ga ada pakem yang saklek, harus pake trial and error, karena tiap bayi punya karakternya sendiri-sendiri. Hihihi. Tapi saya percaya, koneksi antara saya dan Bob yang sudah saya coba bangun dari sejak kehamilanlah yang juga membantu proses menyusui ini. Walau tanpa IMD, selama skin to skin saya merasakan bahwa Bob bisa mengerti apa yang ada di kepala saya. Proses belajar menyusui berjalan dengan lancar tanpa drama walaupun ASI saya baru keluar di hari ke 2. Bob juga cenderung tidak rewel, ketika bayi lain terdengar menangis meraung-raung dari kamar sebelah, saya bisa tidur cukup selama di rumah sakit. Proses lahiran mungkin ga sesuai rencana, tapi soal menyusui, saya masih punya kesempatan untuk sesuai rencana, memberi ASI ke Bob sampai 2 tahun.

Ohiya satu lagi, pas baru lahir, kepala Bob munjung karena uda ndusel-ndusel ke arah rahim, jadi sering dikira kalo  Bob lahirnya normal hahaha. Well, di hari terkahir sebelum kami pulang dari rumah sakir dr Agung bilang bahwa kepala bob dan rahim saya bentuknya agak beda, sehingga kalaupun pembukaan saya lancar sampai 10 proses lahirannya akan sulit dan menyakitkan, jadi menurut dia C-section adalah option terbaik. Saya jadi inget salah satu hal yang saya ingat dari kelas Hypnobirthing - bayi kita juga akan memilih bagaimana cara dia dilahirkan. So I believe this is how Bob want it to be hihihi dan yang pasti terbaik karena sampai detik ini baik saya dan Bob dalam keadaan sehat tanpa kurang satu apapun.

Sempat baby blues kah? Well, so far manageable sih :) Ga sempet ngalamin nangis-nangis tapi seringnya marah-marah haha itu termasuk baby blues ga sih? Faktor penting lainnya juga adalah saya punya supporting sistem yang sangat-sangat baik. Suami yang standby 24 jam di samping saya dan Mama Papa Tony Paskal Mama Papa Mertua semuanya yang sangat sigap selama proses lahiran sampai setelah lahiran dalam membantu dan mensupport saya.

Demikianlah cerita proses lahiran saya yang walau jauh dari rencana awal terasa sangat menyenangkan, syahdu dan indah. Seperti yang sudah saya share di atas tadi, karena sudah belajar mengenai konsep gentle birth dan hypnobirthing, walau banyak hal-hal yang tidak sesuai ekspetasi, saya merasa bisa melaluinya dengan baik tanpa rasa kesal atau sedih, tapi lebih fokus ke solusi dan langkah perbaikan ke depannya.

Terimakasih untuk Mba Fonda, Bu Lanny atas kelas Hynobirthing Hypnobreastfeedingnya, mba Yessie @bidankita untu kelas privatnya, Nujuhbulan studio untuk kelas yoga di trimester ke 2 dan mba Mila, doula serta instruktur yoga di trimester terakhir.

Demikian cerita proses kelahirannya BOB. Semoga sharing ini berguna ya buat yang lagi mau lahiran atau sedang mempersiapkan kelahiran yaaaa :)

Tiga Puluh Tujuh

Sepuluh tahun berlalu sejak tulisan ini Dan ternyata di ulang tahun ke tiga puluh tujuh ini, gw masih meminta hal yang sama. Semoga diberi k...