Sebentar lagi Indonesia masuk ke era pedagangan bebas. KOmentar-komentar negatif soal hal ini lebih kenceng terdengar di telinga gw dibanding komentar antusias.
Ya iyalah, secara kalau perdagangan bebas, apa yang mau didagangin Indonesia. Kita mroduksi apa sih? Kita ga punya barang jadi yang bener-bener jadi kekuatan kita. Lebih banyak barang-barang perlengkap saja macam perhiasan dan barang kerajinan. ATau ya itu, pengimpor barang mentah.
Dosen gw pernah bilang, yang paham mengenai seluk beluk manufaktur paling enggak cuma dua: orang mesin atau orang teknik industri (TI). Maksudnya seluk beluk ya terkait dengan manajemen suatu proses produksi, mulai dari pengadaan, penjadwalan, efisiensi, quality control. dll. Tapi kenyataannya, dari sekian alumni TI, yang terjun ke dunia manufaktur cuma sekian persen. dikit. Jadi ya wajar sajalah kalau dunia manufactur kita gitu2 aja. Ga ada sensasinya..
Mahasiswa TI sebagian besar awalnya memilih Tekni Industri karena inilah jurusan IPA yang bisa ada IPS nya. Selain itu, lulusan TI bisa kerja di mana saja. Jadi di TI belajar apa??
Sederhana. Tekni Industri mengajarkan mahasiswanya untuk dapat merancang, menganalisa, memperbaiki suatu sistem. Logika untuk problem solving masalah apapun yang disusun secara sistematis dan terintegrasi. TI ITB memilih sistem manufaktur sebagai sistem contoh karena sistem manufaktur dianggap sistem yang memiliki elemen-elemen yang lengkap. Mulai dari sisi manusia, mesin, material, duit, dkk. Ketika lulus, diharapkan para alumni mahaisswa TI ini dapat menerapkan logika berpikir sistematik tersebut di bidang apapun: bank, sekolah, rumah sakit.
Ironisnya, manufaktur yang dijadikan permodelan malah tidak menjadi favorit. Karena? Kerja di manufaktur bukan kerja ala kantoran dengan blazer sepatu tinggi dan parfum mahal.. xp Hahaha..
Lalu, ke mana larinya para alumni2 TI pada khususnya dan alumni teknik ITB selama 2 dekade ini. Tega-teganya menjadikan kondisi bangsa seperti ini?? Sebagian dari mereka tampaknya lebih suka kerja di perusahan asing multinasional.. Aneh.. padahal kerjaan perusdahaan multinasional itu kan sama kayak BUMN ato perusahaan pemerintah... Lagi-lagi ya itu,, masalah duit.
Kesimpulan gw:
1. ITB sebagai perguruan tinggi Indonesia telah gagal menanamkan sikap kebngsaan dan nasionalisme sehingga menyebabkan kondisi seperti ini.
2. Manufaktur adalah salah satu roda utama perekonomian kita yang sedang terpuruk. Kalau bukan kita yang mau mengatasi dan mau nyemplung untuk bersusuah-susah di situ, siapa lagi? (walaupun harus berhadapan dengan kecurangan, ketidak adilan.. arrgh, banyak hal memuakkan di situ.. :(..)
3. BUMN di Indonesia harusnya bisa lebih mempopulerkan derajat mereka di mata para alumni muda sehingga kerja di pemerintah menjadi suatu gengsi.
4. ITB juga harus memberikan motivas pada para mahasiswanya untuk bekerja pada bangasa dan negara. ALumni cepet dapet kerja tapi jadi parasit sama aja NOL besar!!! jangan bikin career day buat perusahaan asing aja.. Bikin dong Carier Day khusus buat perusahaan nasional Indonesia!!
Fiuh... berat sih.. Tapi apa sih yang ga berat... Mau ngeliat Indonesia jadi kayak etiopia?? Kalu ga salah etiopia dan korea duu punya GNP yang sama. Sekarang liat bedanya.
Ayo orang2 yang masih merasa pintar, tapi belum nasionalis.. hiks.. kita butuh nasionalis yang pintar, taktis, dan kongkrit.. bukan cuma nasionalis yang jago ngomong dan emosian..!!!
-setelah ngobrol panjang lebar sama saska di siang yang aneh-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar