Day 5 : Meet our new pet!
Hari ke lima. Masih di Knysna, kami bangun pagi hari ini karena berencana untuk bersepeda! Kalau kamu berselancar di internet mencari tahu tentang apa-apa saja yang harus dilakukan di Afrika Selatan, bersepeda termasuk salah satu di antaranya.Berdasarkan hasil tanya-tanya ke Knysna Torism Information, ada beberapa trek sepedaan yang direkomendasikan, dan ada satu tempat yang menyediakan rental sepeda, sekitar 5 kilo meter dari pusat kota Knysna. Ke sanalah tujuan kami pagi itu.
Pagi itu suhunya 9 derajat celcius. Waktu kita sampai ke tempat sepedaannya, orang yang mengurus tempat itu bilang bahwa saat ini sedang masuk ke winter dan trek sepedaan yang ada itu levelnya untuk yang advance. Jadi dia tidak merekomendasikan kami untuk pergi bersepeda. Well, dari kami berempat, cuma saya yang tidak main sepeda. Agung, Benny dan Rendy, mereka bertiga suka main sepeda, biasanya ke puncak.
Garden of Eden
Akhirnya diputuskan, kita tidak jadi sepedaan, tapi pergi trekking ke hutan yang ada di pinggir jalan waktu kita menuju ke tempat sepedaan. Nama tempatnya "Garden of Eden". Untuk masuk ke sini, kita harus bayar, tapi murah banget kok. Kalau ga salah setara dengan lima belas ribuan apa ya. Lupa saya. Tapi kalo di sini, saya yakin sih uang yang kita bayar itu memang untuk perawatan Garden of Eden. Pas masuk ke dalamnya, bagus banget.
Jadi Garden of Eden ini adalah bagian dari Knysna Forest, salah satu hutan lindung yang ada di Afrika Selatan. Kayaknya di sini kita bisa memilih, mau treking sendiri, atau ngikutin jalur kayu yang dibuat dengan rapih memutari taman ini. Tentu saja kita pakai jalur yang kayu. Hahaha. Jalur ini aman buat penyandang cacat, dan kayaknya kalau musim panas banyak yang main ke sini buat piknik, soalnya di tengah-tengah hutan tiba-tiba ada meja kursi gitu.
Tempat ini dulunya benar-benar ga tersentuh manusia, kondisinya alami dan ada beberapa papan keterangan tentang tanaman di sekitar situ. Kita ga ketemu sama binatang yang aneh-aneh sih. Oiya, karena itu dingin banget, jadilah saya sempat push up satu seri dan laril-lari di situ.
Rute jalur kayunya ternyata ga terlalu luas. Kurang dari tiga puluh menit kita sudah selesai mengeliling Garden of Eden. Pas balik, sempat ngobrol sama petugas tiket dan kita cerita kalau kita ga jadi sepedaan karena bla bla bla. Eh dia jawab dengan enteng "Ya kalau ternyata jalurnya susah, kamu kan tinggal turun nenteng sepeda kamu.." Jeng jeng.. Hahahaha. Iya juga ya. Tiga teman saya langsung menyesal di tempat.
Knysna Elephant Park : No Food No Friendship
Dari Garden of Eden, kita masih ga rela balik ke hotel. Pagi ini alokasi waktunya kan untuk sepedaan. Hahaha. Sepanjang jalan dari Knysna ke Plettenberg ada beberapa tempat di pinggir jalan untuk melakukan aktifitas alam. Kita sempat mampir ke salah satunya, tapi sayang tempatnya tutup karena sudah mau masuk winter. Agung mengusulkanuntuk pergi ke Knysna Elephant Park. Usul diterima. Kemarin pas safari kita belum ketemu gajah soalnya.
Tadaaaa... Sampailah kita di Knysna Elephant Park. Untuk ikut tur selama satu jam, kita harus bayar 120 Rand, sekitar 120 ribu rupiah dan kalau mau ikut kasih makan gajah, kita beli buah2annya namah 30 rand.
Sambil menunggu waktu tur dimulai, kita disuruh menunggu di loungenya. Ga ngebosenin karena di ruang tunggunya ada banyak informasi tentang sejarah gajah, artiker tentang perkembangan piano yang mengancam populasi gajah, dan beberapa cerita tentang gajah yang pernah diasuh di Knysna Elephant Park.
Setelah menunggu sekitar lima belas menit, akhirnya tur dimulai. Pertama kita masuk ke ruang audio visual, diberikan video pengantar singkat mengenai sejarah Knysna Elephant Park dan beberapa peraturan keselamatan dasar ketika berinteraksi dengan si Gajah.
Dari ruang audio visual, kita diantar ke kandang gajah! Kandangnya besar. Hahaha, ya iyalah secara gajah emang besar. Ada sembilan gajah yang saat ini tinggal di Knysna Elephan Park. Kandang ini cuma ditinggali oleh gajah-gajah kalau malam. Kalau siang, gajahnya main di luar. Sementara si gajah main di luar, para petugas sibuk mengisi tiap kandang dengan makanan. Menurut tour guidenya, dari 24 jam dalam sehari, 20 jam dihabiskan oleh gajah untuk makan. Makanya di setiap kandang gajah, walaupun sudah malam, tetap harus tersedia makanan.
Oiya, di sini juga tersedia penginapan loh. Balkon kamarnya nyambung dengan kandang si gajah ini. Jadi kalau pingin tahu gimana rasanya tidur sama gajah, nah bisa tuh nginep di sini. Hihihi.
Setelah melihat kandang, ini dia bagian paling menariknya: bertemu gajah! Kita semua naik mobil bak terbuka, menuju ke tempat gajah-gajahnya yang sedang asyik bercengkrama. Begitu sampai di TKP, kita turun dan tiap-tiap rombongan dipandu oleh satu tour guide. Tour guide ini ngasih tahu gimana caranya kita ngasih makan si gajah. Ada aturannya. Kalau ke gajah dewasa, kita bisa sodorin makanan ke belalainya. Tapi kalau anak gajah, cukup dilempar ke dekat dia saja, karena kalau kita mencoba mendekati anak gajah, induknya akan marah dan mengusir kita. Seru loh ngasih makan gajah. Geli-geli serem gimana gitu. Hihihi...
Setelah kita ngasih makan gajah-gajah ini, guide kita memberi pengarahan bagiamana caranya menyentuh gajah. Kalau mau megang gajah, dari samping saja. Kalu dia jalan, kita juga ikut jalan. Jangan berada di belakang gajah dan jangan lari-lari di dekat gajah. OK. Kita siap menyentuh si gajah. Mulai dari yang kecil-kecil sih kalau saya. Yang kecil itu lebih tinggi dari saya loh. Dan bener, si gajah ini emang kerjanya makan melulu dan dia gerak ke sana, gerak ke sini. Susah dapet foto yang OK sama si gajah ini. Hahahaha.
Gajah-gajah ini menggemaskan sekali. Mereka sangat bersahabat dan tidak semenakutkan yang saya pikir. Sangat mudah untuk meneyentuh dan bermain di dekat mereka. Menurut guidenya, karena si gajah ini suka sekali makan, mereka itu prinsipnya "No Food, No Friendship". Makanya pas kita ngasih mereka makan dan makanannya habis, gajah-gajah ini otomatis langsung pergi meninggalkan area tempat ngasih makan untuk nyari cemilan mereka di padang rumput. Hahahahaha. Kita juga sempat menyaksikan gajah - gajah ini minum dan berbicara. Mereka menggunakan belalai mereka untuk saling ngobrol. Lucu deh.
Benny yang kemarin pas safari pingin punya pet jerapah, sekarang berubah jadi pingin melihara gajah. Hahahaha. Setelah satu jam puas bermain dengan gajah, waktu tour pun habis. Entah mengapa saya sedikit agak melankolis harus meninggalkan gajah-gajah ini. Walau cuma sesaat perjumpaan, tapi kesan yang ditinggalkan sungguh mendalam. Hahaha. Lebay. But anyway, we do enjoy our time in Knysna Elephant Park. Meet our new pets : Gajah. Hahahaha.
Dari Knysna Elephant Park, kita pulang kembali ke hotel untuk checkout. Penyesalan karena tidak jadi sepedaan terbayar dengan gajah-gajah Afrika ini. Happy :)
Sekitar pukul satu siang lewat, kita sudah selesai mandi, packing, dan berpamitan dengan pemilik hotel. Kebetulan ketika kita berpamitan, kedua orang tua pemilik hotel tempat kita menginap ada di tempat. Mereka sangat ramah dan kita sempat ngobrol sebelum kita pergi.
Dari Knysna, kita menuju ke Plettenberg dan berencana untuk makan siang di Lemon Grass. Jeng jeng, waktu sampai ke sana, restorannya tutup karena sedang direnovasi. Dari situ, kita memutuskan untuk menuju Ristorante Enrico, salah satu restoran yang banyak direkomendasikan oleh pelancong di internet. Sayangnya lagi lagi waktu kita sudah sampai di sana restorannya tutup. Emang ya ini orang-orang Afrika Selatan punya restoran buat hobi kali ya, buka tutup sesuka hati. Hahahaha.
Ristorante Enrico letaknya ini di pinggir pantai. Dan pantainya bagus. Ga bisa engga, saya pingin main air melihat pantainya. Yang terjadi adalah, kala itu saya pakai tight. Saya bela-belain ngelepas tight saya biar bisa main air. Hahaha. Kita menghabiskan waktu sekitar 20 menit menikmati pantai yang airnya dingin banget itu.
Balik ke mobil, kita mengalami krisi nasional. Makan siang di mana? Hahahaha. Di saat saat begini, memang portable modemnya Agung sangat berguna. Kita browsing ke tripadvisor dan mydestination untuk cari another recommended restaurant. Terpilihlah satu nama. "Emily Moon" River Lodge Restaurant.
Emily Moon - River Lodge\
Berbeda dengan Ristorante Enrico, Lookout Deck, dan Lemon Grass yang terletak di pinggir pantai, Emily Moon terletak di balik bukit. Sesuai dengan namanya, restoran ini menyajikan pemandangan sungai. Cantik banget. Hiks. Tempat ini benar-benar nyaman, dengan pemandangan cantik yang khas Afrika. :)
Sesuai namanya, Emily Moon adalah restoran Prancis. Eh bener kan ya Emily itu identik dengan Prancis. Hahahaha. Makanannya enak. Restoran ini menurut saya adalah restoran yang menyajikan makanan paling enak selama saya di Capetown! Dan lagi lagi dengan wine yang murah, tentu saja kita memesan sebotol wine. Hahaha.
Kenyang makan di Emily Moon, kita menuju ke pusat kota Plettenberg. Tujuan: mencari magnet dan beli stock logistik untuk hotel di Captown. Selama belanja itu, saya teler. Sepertinya kebanyakan minum wine, jalan berasa susah banget. Hahahaha.
Ternyata di Plettenberg susah nyari toko souvenir. Di Tourism Info Plettenberg, kita malah disarankan untuk mencari ke Knysna. Hehehehe. Sebelum kita kembali ke Knysna, sekalian jalan pulang ke Capetown, kita menyempatkan diri jalan-jalan keliling Plettenberg. Nice cit. Udara bersih, langit bir, pasangan kakek nenek yang berjalan di trotoar. Manis.
Puas jalan-jalan, kita cabut menuju ke Knysna. Tepatnya ke Knysna waterfront. Di sana ada beberapa toko souvenir. Agung sebenarnya yang ngebet mencari magnet kulkas. Dapet. Di situ harga oleh oleh lumayan mahal, tapi barangnya bagus. Puas belanja, kita menyempatkan diri menikmati waterfront-nya Knysna. Kalu di foto ga kayak di Afrika, tapi kayak di Belanda. Hehehehe.
Selesai goto-foto dan belanja, jam sudah menunjukan pukul lima. Kita segera jalan pulang menuju ke Capetown. Itu udah pasti banget kita bakal nyampe Capetown tengah malam. Saya menelfon hotel tempat menginap di Capetown, memberitahukan bahwa kita akan datang lewat tengah malam.
Sepanjang perjalanan awalnya saya tidur, tapi setengah sisanya, saya melek, berusaha berkontribusi nemenin yang nyetir. Dari berempat, cuam saya doang yang ga nyetir. Hehehe. Jam paling kritis itu jam setengah 12 malam. Tiba-tiba kabut turun dan jarak pandang cuma sekitar 2 meter ke depan. Itu serem banget. Saya berdoa sepanjang perjalanan saking takutnya. Hahahaha.
Jam setengah satu pagi akhirnya sampai deh ke Capetown. Tidak ada masalah berarti untuk kita mengantar Agung ke hotel mba Dina, dan kita sendiri lalu nyari hotel tempat kita menginap. Namanya Amalfi Hotel, di Sea Point. Hotel ini lebh tepatnya sebenarnya apartemen dengan satu kamar dan satu tempat tidur + satu sofa bed di ruang TV. Fasilitasnya juga lengkap. Ada kulkas, toaster, microwave. Lengkap lah. Begitu badan menyentuh kasur, enak banget. Semua langsung istirahat setelah beberes. Benny mengajak bangun pagi untuk lari esok hari. Saya mengiyakan saja, yang penting tidur dulu. Hahahaha. Hari ini melelahkan, tapi juga menyenangkan. Tidur saya lelap. Tidak sabar untuk explore Capetown!
Hari ke lima. Masih di Knysna, kami bangun pagi hari ini karena berencana untuk bersepeda! Kalau kamu berselancar di internet mencari tahu tentang apa-apa saja yang harus dilakukan di Afrika Selatan, bersepeda termasuk salah satu di antaranya.Berdasarkan hasil tanya-tanya ke Knysna Torism Information, ada beberapa trek sepedaan yang direkomendasikan, dan ada satu tempat yang menyediakan rental sepeda, sekitar 5 kilo meter dari pusat kota Knysna. Ke sanalah tujuan kami pagi itu.
Pagi itu suhunya 9 derajat celcius. Waktu kita sampai ke tempat sepedaannya, orang yang mengurus tempat itu bilang bahwa saat ini sedang masuk ke winter dan trek sepedaan yang ada itu levelnya untuk yang advance. Jadi dia tidak merekomendasikan kami untuk pergi bersepeda. Well, dari kami berempat, cuma saya yang tidak main sepeda. Agung, Benny dan Rendy, mereka bertiga suka main sepeda, biasanya ke puncak.
Garden of Eden
Akhirnya diputuskan, kita tidak jadi sepedaan, tapi pergi trekking ke hutan yang ada di pinggir jalan waktu kita menuju ke tempat sepedaan. Nama tempatnya "Garden of Eden". Untuk masuk ke sini, kita harus bayar, tapi murah banget kok. Kalau ga salah setara dengan lima belas ribuan apa ya. Lupa saya. Tapi kalo di sini, saya yakin sih uang yang kita bayar itu memang untuk perawatan Garden of Eden. Pas masuk ke dalamnya, bagus banget.
Jadi Garden of Eden ini adalah bagian dari Knysna Forest, salah satu hutan lindung yang ada di Afrika Selatan. Kayaknya di sini kita bisa memilih, mau treking sendiri, atau ngikutin jalur kayu yang dibuat dengan rapih memutari taman ini. Tentu saja kita pakai jalur yang kayu. Hahaha. Jalur ini aman buat penyandang cacat, dan kayaknya kalau musim panas banyak yang main ke sini buat piknik, soalnya di tengah-tengah hutan tiba-tiba ada meja kursi gitu.
Tempat ini dulunya benar-benar ga tersentuh manusia, kondisinya alami dan ada beberapa papan keterangan tentang tanaman di sekitar situ. Kita ga ketemu sama binatang yang aneh-aneh sih. Oiya, karena itu dingin banget, jadilah saya sempat push up satu seri dan laril-lari di situ.
Rute jalur kayunya ternyata ga terlalu luas. Kurang dari tiga puluh menit kita sudah selesai mengeliling Garden of Eden. Pas balik, sempat ngobrol sama petugas tiket dan kita cerita kalau kita ga jadi sepedaan karena bla bla bla. Eh dia jawab dengan enteng "Ya kalau ternyata jalurnya susah, kamu kan tinggal turun nenteng sepeda kamu.." Jeng jeng.. Hahahaha. Iya juga ya. Tiga teman saya langsung menyesal di tempat.
Knysna Elephant Park : No Food No Friendship
Dari Garden of Eden, kita masih ga rela balik ke hotel. Pagi ini alokasi waktunya kan untuk sepedaan. Hahaha. Sepanjang jalan dari Knysna ke Plettenberg ada beberapa tempat di pinggir jalan untuk melakukan aktifitas alam. Kita sempat mampir ke salah satunya, tapi sayang tempatnya tutup karena sudah mau masuk winter. Agung mengusulkanuntuk pergi ke Knysna Elephant Park. Usul diterima. Kemarin pas safari kita belum ketemu gajah soalnya.
Ini fotonya diambil dari google, soalnya entah kenapa ga nemu foto ini di folder foto. |
Tadaaaa... Sampailah kita di Knysna Elephant Park. Untuk ikut tur selama satu jam, kita harus bayar 120 Rand, sekitar 120 ribu rupiah dan kalau mau ikut kasih makan gajah, kita beli buah2annya namah 30 rand.
Sambil menunggu waktu tur dimulai, kita disuruh menunggu di loungenya. Ga ngebosenin karena di ruang tunggunya ada banyak informasi tentang sejarah gajah, artiker tentang perkembangan piano yang mengancam populasi gajah, dan beberapa cerita tentang gajah yang pernah diasuh di Knysna Elephant Park.
Setelah menunggu sekitar lima belas menit, akhirnya tur dimulai. Pertama kita masuk ke ruang audio visual, diberikan video pengantar singkat mengenai sejarah Knysna Elephant Park dan beberapa peraturan keselamatan dasar ketika berinteraksi dengan si Gajah.
Dari ruang audio visual, kita diantar ke kandang gajah! Kandangnya besar. Hahaha, ya iyalah secara gajah emang besar. Ada sembilan gajah yang saat ini tinggal di Knysna Elephan Park. Kandang ini cuma ditinggali oleh gajah-gajah kalau malam. Kalau siang, gajahnya main di luar. Sementara si gajah main di luar, para petugas sibuk mengisi tiap kandang dengan makanan. Menurut tour guidenya, dari 24 jam dalam sehari, 20 jam dihabiskan oleh gajah untuk makan. Makanya di setiap kandang gajah, walaupun sudah malam, tetap harus tersedia makanan.
Oiya, di sini juga tersedia penginapan loh. Balkon kamarnya nyambung dengan kandang si gajah ini. Jadi kalau pingin tahu gimana rasanya tidur sama gajah, nah bisa tuh nginep di sini. Hihihi.
Setelah melihat kandang, ini dia bagian paling menariknya: bertemu gajah! Kita semua naik mobil bak terbuka, menuju ke tempat gajah-gajahnya yang sedang asyik bercengkrama. Begitu sampai di TKP, kita turun dan tiap-tiap rombongan dipandu oleh satu tour guide. Tour guide ini ngasih tahu gimana caranya kita ngasih makan si gajah. Ada aturannya. Kalau ke gajah dewasa, kita bisa sodorin makanan ke belalainya. Tapi kalau anak gajah, cukup dilempar ke dekat dia saja, karena kalau kita mencoba mendekati anak gajah, induknya akan marah dan mengusir kita. Seru loh ngasih makan gajah. Geli-geli serem gimana gitu. Hihihi...
Setelah kita ngasih makan gajah-gajah ini, guide kita memberi pengarahan bagiamana caranya menyentuh gajah. Kalau mau megang gajah, dari samping saja. Kalu dia jalan, kita juga ikut jalan. Jangan berada di belakang gajah dan jangan lari-lari di dekat gajah. OK. Kita siap menyentuh si gajah. Mulai dari yang kecil-kecil sih kalau saya. Yang kecil itu lebih tinggi dari saya loh. Dan bener, si gajah ini emang kerjanya makan melulu dan dia gerak ke sana, gerak ke sini. Susah dapet foto yang OK sama si gajah ini. Hahahaha.
Gajah-gajah ini menggemaskan sekali. Mereka sangat bersahabat dan tidak semenakutkan yang saya pikir. Sangat mudah untuk meneyentuh dan bermain di dekat mereka. Menurut guidenya, karena si gajah ini suka sekali makan, mereka itu prinsipnya "No Food, No Friendship". Makanya pas kita ngasih mereka makan dan makanannya habis, gajah-gajah ini otomatis langsung pergi meninggalkan area tempat ngasih makan untuk nyari cemilan mereka di padang rumput. Hahahahaha. Kita juga sempat menyaksikan gajah - gajah ini minum dan berbicara. Mereka menggunakan belalai mereka untuk saling ngobrol. Lucu deh.
Benny yang kemarin pas safari pingin punya pet jerapah, sekarang berubah jadi pingin melihara gajah. Hahahaha. Setelah satu jam puas bermain dengan gajah, waktu tour pun habis. Entah mengapa saya sedikit agak melankolis harus meninggalkan gajah-gajah ini. Walau cuma sesaat perjumpaan, tapi kesan yang ditinggalkan sungguh mendalam. Hahaha. Lebay. But anyway, we do enjoy our time in Knysna Elephant Park. Meet our new pets : Gajah. Hahahaha.
Dari Knysna Elephant Park, kita pulang kembali ke hotel untuk checkout. Penyesalan karena tidak jadi sepedaan terbayar dengan gajah-gajah Afrika ini. Happy :)
Sekitar pukul satu siang lewat, kita sudah selesai mandi, packing, dan berpamitan dengan pemilik hotel. Kebetulan ketika kita berpamitan, kedua orang tua pemilik hotel tempat kita menginap ada di tempat. Mereka sangat ramah dan kita sempat ngobrol sebelum kita pergi.
Dari Knysna, kita menuju ke Plettenberg dan berencana untuk makan siang di Lemon Grass. Jeng jeng, waktu sampai ke sana, restorannya tutup karena sedang direnovasi. Dari situ, kita memutuskan untuk menuju Ristorante Enrico, salah satu restoran yang banyak direkomendasikan oleh pelancong di internet. Sayangnya lagi lagi waktu kita sudah sampai di sana restorannya tutup. Emang ya ini orang-orang Afrika Selatan punya restoran buat hobi kali ya, buka tutup sesuka hati. Hahahaha.
Ristorante Enrico letaknya ini di pinggir pantai. Dan pantainya bagus. Ga bisa engga, saya pingin main air melihat pantainya. Yang terjadi adalah, kala itu saya pakai tight. Saya bela-belain ngelepas tight saya biar bisa main air. Hahaha. Kita menghabiskan waktu sekitar 20 menit menikmati pantai yang airnya dingin banget itu.
Balik ke mobil, kita mengalami krisi nasional. Makan siang di mana? Hahahaha. Di saat saat begini, memang portable modemnya Agung sangat berguna. Kita browsing ke tripadvisor dan mydestination untuk cari another recommended restaurant. Terpilihlah satu nama. "Emily Moon" River Lodge Restaurant.
Emily Moon - River Lodge\
Berbeda dengan Ristorante Enrico, Lookout Deck, dan Lemon Grass yang terletak di pinggir pantai, Emily Moon terletak di balik bukit. Sesuai dengan namanya, restoran ini menyajikan pemandangan sungai. Cantik banget. Hiks. Tempat ini benar-benar nyaman, dengan pemandangan cantik yang khas Afrika. :)
Sesuai namanya, Emily Moon adalah restoran Prancis. Eh bener kan ya Emily itu identik dengan Prancis. Hahahaha. Makanannya enak. Restoran ini menurut saya adalah restoran yang menyajikan makanan paling enak selama saya di Capetown! Dan lagi lagi dengan wine yang murah, tentu saja kita memesan sebotol wine. Hahaha.
Kenyang makan di Emily Moon, kita menuju ke pusat kota Plettenberg. Tujuan: mencari magnet dan beli stock logistik untuk hotel di Captown. Selama belanja itu, saya teler. Sepertinya kebanyakan minum wine, jalan berasa susah banget. Hahahaha.
Ternyata di Plettenberg susah nyari toko souvenir. Di Tourism Info Plettenberg, kita malah disarankan untuk mencari ke Knysna. Hehehehe. Sebelum kita kembali ke Knysna, sekalian jalan pulang ke Capetown, kita menyempatkan diri jalan-jalan keliling Plettenberg. Nice cit. Udara bersih, langit bir, pasangan kakek nenek yang berjalan di trotoar. Manis.
Puas jalan-jalan, kita cabut menuju ke Knysna. Tepatnya ke Knysna waterfront. Di sana ada beberapa toko souvenir. Agung sebenarnya yang ngebet mencari magnet kulkas. Dapet. Di situ harga oleh oleh lumayan mahal, tapi barangnya bagus. Puas belanja, kita menyempatkan diri menikmati waterfront-nya Knysna. Kalu di foto ga kayak di Afrika, tapi kayak di Belanda. Hehehehe.
Selesai goto-foto dan belanja, jam sudah menunjukan pukul lima. Kita segera jalan pulang menuju ke Capetown. Itu udah pasti banget kita bakal nyampe Capetown tengah malam. Saya menelfon hotel tempat menginap di Capetown, memberitahukan bahwa kita akan datang lewat tengah malam.
Sepanjang perjalanan awalnya saya tidur, tapi setengah sisanya, saya melek, berusaha berkontribusi nemenin yang nyetir. Dari berempat, cuam saya doang yang ga nyetir. Hehehe. Jam paling kritis itu jam setengah 12 malam. Tiba-tiba kabut turun dan jarak pandang cuma sekitar 2 meter ke depan. Itu serem banget. Saya berdoa sepanjang perjalanan saking takutnya. Hahahaha.
Jam setengah satu pagi akhirnya sampai deh ke Capetown. Tidak ada masalah berarti untuk kita mengantar Agung ke hotel mba Dina, dan kita sendiri lalu nyari hotel tempat kita menginap. Namanya Amalfi Hotel, di Sea Point. Hotel ini lebh tepatnya sebenarnya apartemen dengan satu kamar dan satu tempat tidur + satu sofa bed di ruang TV. Fasilitasnya juga lengkap. Ada kulkas, toaster, microwave. Lengkap lah. Begitu badan menyentuh kasur, enak banget. Semua langsung istirahat setelah beberes. Benny mengajak bangun pagi untuk lari esok hari. Saya mengiyakan saja, yang penting tidur dulu. Hahahaha. Hari ini melelahkan, tapi juga menyenangkan. Tidur saya lelap. Tidak sabar untuk explore Capetown!