Minggu, 24 Juni 2012

#5 - Knysna and Plettenberg (Part 5)

Day 5 : Meet our new pet!


Hari ke lima. Masih di Knysna, kami bangun pagi hari ini karena berencana untuk bersepeda! Kalau kamu berselancar di internet mencari tahu tentang apa-apa saja yang harus dilakukan di Afrika Selatan, bersepeda termasuk salah satu di antaranya.Berdasarkan hasil tanya-tanya ke Knysna Torism Information, ada beberapa trek sepedaan yang direkomendasikan, dan ada satu tempat yang menyediakan rental sepeda, sekitar 5 kilo meter dari pusat kota Knysna. Ke sanalah tujuan kami pagi itu.

Pagi itu suhunya 9 derajat celcius. Waktu kita sampai ke tempat sepedaannya, orang yang mengurus tempat itu bilang bahwa saat ini sedang masuk ke winter dan trek sepedaan yang ada itu levelnya untuk yang advance. Jadi dia tidak merekomendasikan kami untuk pergi bersepeda. Well, dari kami berempat, cuma saya yang tidak main sepeda. Agung, Benny dan Rendy, mereka bertiga suka main sepeda, biasanya ke puncak.

Garden of Eden

Akhirnya diputuskan, kita tidak jadi sepedaan, tapi pergi trekking ke hutan yang ada di pinggir jalan waktu kita menuju ke tempat sepedaan. Nama tempatnya "Garden of Eden". Untuk masuk ke sini, kita harus bayar, tapi murah banget kok. Kalau ga salah setara dengan lima belas ribuan apa ya. Lupa saya. Tapi kalo di sini, saya yakin sih uang yang kita bayar itu memang untuk perawatan Garden of Eden. Pas masuk ke dalamnya, bagus banget.


Jadi Garden of Eden ini adalah bagian dari Knysna Forest, salah satu hutan lindung yang ada di Afrika Selatan. Kayaknya di sini kita bisa memilih, mau treking sendiri, atau ngikutin jalur kayu yang dibuat dengan rapih memutari taman ini. Tentu saja kita pakai jalur yang kayu. Hahaha. Jalur ini aman buat penyandang cacat, dan kayaknya kalau musim panas banyak yang main ke sini buat piknik, soalnya di tengah-tengah hutan tiba-tiba ada meja kursi gitu.

Tempat ini dulunya benar-benar ga tersentuh manusia, kondisinya alami dan ada beberapa papan keterangan tentang tanaman di sekitar situ. Kita ga ketemu sama binatang yang aneh-aneh sih. Oiya, karena itu dingin banget, jadilah saya sempat push up satu seri dan laril-lari di situ.

Rute jalur kayunya ternyata ga terlalu luas. Kurang dari tiga puluh menit kita sudah selesai mengeliling Garden of Eden. Pas balik, sempat ngobrol sama petugas tiket dan kita cerita kalau kita ga jadi sepedaan karena bla bla bla. Eh dia jawab dengan enteng "Ya kalau ternyata jalurnya susah, kamu kan tinggal turun nenteng sepeda kamu.." Jeng jeng.. Hahahaha. Iya juga ya. Tiga teman saya langsung menyesal di tempat.

Knysna Elephant Park : No Food No Friendship

Dari Garden of Eden, kita masih ga rela balik ke hotel. Pagi ini alokasi waktunya kan untuk sepedaan. Hahaha. Sepanjang jalan dari Knysna ke Plettenberg ada beberapa tempat di pinggir jalan untuk melakukan aktifitas alam. Kita sempat mampir ke salah satunya, tapi sayang tempatnya tutup karena sudah mau masuk winter. Agung mengusulkanuntuk pergi ke Knysna Elephant Park. Usul diterima. Kemarin pas safari kita belum ketemu gajah soalnya.

Ini fotonya diambil dari google, soalnya entah kenapa ga nemu foto ini di folder foto.

Tadaaaa... Sampailah kita di Knysna Elephant Park. Untuk ikut tur selama satu jam, kita harus bayar 120 Rand, sekitar 120 ribu rupiah dan kalau mau ikut kasih makan gajah, kita beli buah2annya namah 30 rand.

Sambil menunggu waktu tur dimulai, kita disuruh menunggu di loungenya. Ga ngebosenin karena di ruang tunggunya ada banyak informasi tentang sejarah gajah, artiker tentang perkembangan piano yang mengancam populasi gajah, dan beberapa cerita tentang gajah yang pernah diasuh di Knysna Elephant Park.

Setelah menunggu sekitar lima belas menit, akhirnya tur dimulai. Pertama kita masuk ke ruang audio visual, diberikan video pengantar singkat mengenai sejarah Knysna Elephant Park dan beberapa peraturan keselamatan dasar ketika berinteraksi dengan si Gajah.

Dari ruang audio visual, kita diantar ke kandang gajah! Kandangnya besar. Hahaha, ya iyalah secara gajah emang besar. Ada sembilan gajah yang saat ini tinggal di Knysna Elephan Park. Kandang ini cuma ditinggali oleh gajah-gajah kalau malam. Kalau siang, gajahnya main di luar. Sementara si gajah main di luar, para petugas sibuk mengisi tiap kandang dengan makanan. Menurut tour guidenya, dari 24 jam dalam sehari, 20 jam dihabiskan oleh gajah untuk makan. Makanya di setiap kandang gajah, walaupun sudah malam, tetap harus tersedia makanan.



Oiya, di sini juga tersedia penginapan loh. Balkon kamarnya nyambung dengan kandang si gajah ini. Jadi kalau pingin tahu gimana rasanya tidur sama gajah, nah bisa tuh nginep di sini. Hihihi.

Setelah melihat kandang, ini dia bagian paling menariknya: bertemu gajah! Kita semua naik mobil bak terbuka, menuju ke tempat gajah-gajahnya yang sedang asyik bercengkrama. Begitu sampai di TKP, kita turun dan tiap-tiap rombongan dipandu oleh satu tour guide. Tour guide ini ngasih tahu gimana caranya kita ngasih makan si gajah. Ada aturannya. Kalau ke gajah dewasa, kita bisa sodorin makanan ke belalainya. Tapi kalau anak gajah, cukup dilempar ke dekat dia saja, karena kalau kita mencoba mendekati anak gajah, induknya akan marah dan mengusir kita. Seru loh ngasih makan gajah. Geli-geli serem gimana gitu. Hihihi...

Setelah kita ngasih makan gajah-gajah ini, guide kita memberi pengarahan bagiamana caranya menyentuh gajah. Kalau mau megang gajah, dari samping saja. Kalu dia jalan, kita juga ikut jalan. Jangan berada di belakang gajah dan jangan lari-lari di dekat gajah. OK. Kita siap menyentuh si gajah. Mulai dari yang kecil-kecil sih kalau saya. Yang kecil itu lebih tinggi dari saya loh. Dan bener, si gajah ini emang kerjanya makan melulu dan dia gerak ke sana, gerak ke sini. Susah dapet foto yang OK sama si gajah ini. Hahahaha.


Gajah-gajah ini menggemaskan sekali. Mereka sangat bersahabat dan tidak semenakutkan yang saya pikir. Sangat mudah untuk meneyentuh dan bermain di dekat mereka. Menurut guidenya, karena si gajah ini suka sekali makan, mereka itu prinsipnya "No Food, No Friendship". Makanya pas kita ngasih mereka makan dan makanannya habis, gajah-gajah ini otomatis langsung pergi meninggalkan area tempat ngasih makan untuk nyari cemilan mereka di padang rumput. Hahahahaha. Kita juga sempat menyaksikan gajah - gajah ini minum dan berbicara. Mereka menggunakan belalai mereka untuk saling ngobrol. Lucu deh.

Benny yang kemarin pas safari pingin punya pet jerapah, sekarang berubah jadi pingin melihara gajah. Hahahaha. Setelah satu jam puas bermain dengan gajah, waktu tour pun habis. Entah mengapa saya sedikit agak melankolis harus meninggalkan gajah-gajah ini. Walau cuma sesaat perjumpaan, tapi kesan yang ditinggalkan sungguh mendalam. Hahaha. Lebay. But anyway, we do enjoy our time in Knysna Elephant Park. Meet our new pets : Gajah. Hahahaha.


Dari Knysna Elephant Park, kita pulang kembali ke hotel untuk checkout. Penyesalan karena tidak jadi sepedaan terbayar dengan gajah-gajah Afrika ini. Happy :)

Sekitar pukul satu siang lewat, kita sudah selesai mandi, packing, dan berpamitan dengan pemilik hotel. Kebetulan ketika kita berpamitan, kedua orang tua pemilik hotel tempat kita menginap ada di tempat. Mereka sangat ramah dan kita sempat ngobrol sebelum kita pergi.

Dari Knysna, kita menuju ke Plettenberg dan berencana untuk makan siang di Lemon Grass. Jeng jeng, waktu sampai ke sana, restorannya tutup karena sedang direnovasi. Dari situ, kita memutuskan untuk menuju Ristorante Enrico, salah satu restoran yang banyak direkomendasikan oleh pelancong di internet. Sayangnya lagi lagi waktu kita sudah sampai di sana restorannya tutup. Emang ya ini orang-orang Afrika Selatan punya restoran buat hobi kali ya, buka tutup sesuka hati. Hahahaha.

Ristorante Enrico letaknya ini di pinggir pantai. Dan pantainya bagus. Ga bisa engga, saya pingin main air melihat pantainya. Yang terjadi adalah, kala itu saya pakai tight. Saya bela-belain ngelepas tight saya biar bisa main air. Hahaha. Kita menghabiskan waktu sekitar 20 menit menikmati pantai yang airnya dingin banget itu.

Balik ke mobil, kita mengalami krisi nasional. Makan siang di mana? Hahahaha. Di saat saat begini, memang portable modemnya Agung sangat berguna. Kita browsing ke tripadvisor dan mydestination untuk cari another recommended restaurant. Terpilihlah satu nama. "Emily Moon" River Lodge Restaurant.

Emily Moon - River Lodge\

Berbeda dengan Ristorante Enrico, Lookout Deck, dan Lemon Grass yang terletak di pinggir pantai, Emily Moon terletak di balik bukit. Sesuai dengan namanya, restoran ini menyajikan pemandangan sungai. Cantik banget. Hiks. Tempat ini benar-benar nyaman, dengan pemandangan cantik yang khas Afrika. :)
Sesuai namanya, Emily Moon adalah restoran Prancis. Eh bener kan ya Emily itu identik dengan Prancis. Hahahaha. Makanannya enak. Restoran ini menurut saya adalah restoran yang menyajikan makanan paling enak selama saya di Capetown! Dan lagi lagi dengan wine yang murah, tentu saja kita memesan sebotol wine. Hahaha.


Kenyang makan di Emily Moon, kita menuju ke pusat kota Plettenberg. Tujuan: mencari magnet dan beli stock logistik untuk hotel di Captown. Selama belanja itu, saya teler. Sepertinya kebanyakan minum wine, jalan berasa susah banget. Hahahaha.

Ternyata di Plettenberg susah nyari toko souvenir. Di Tourism Info Plettenberg, kita malah disarankan untuk mencari ke Knysna. Hehehehe. Sebelum kita kembali ke Knysna, sekalian jalan pulang ke Capetown, kita menyempatkan diri jalan-jalan keliling Plettenberg. Nice cit. Udara bersih, langit bir, pasangan kakek nenek yang berjalan di trotoar. Manis.

 Puas jalan-jalan, kita cabut menuju ke Knysna. Tepatnya ke Knysna waterfront. Di sana ada beberapa toko souvenir. Agung sebenarnya yang ngebet mencari magnet kulkas. Dapet. Di situ harga oleh oleh lumayan mahal, tapi barangnya bagus. Puas belanja, kita menyempatkan diri menikmati waterfront-nya Knysna. Kalu di foto ga kayak di Afrika, tapi kayak di Belanda. Hehehehe.

Selesai goto-foto dan belanja, jam sudah menunjukan pukul lima. Kita segera jalan pulang menuju ke Capetown. Itu udah pasti banget kita bakal nyampe Capetown tengah malam. Saya menelfon hotel tempat menginap di Capetown, memberitahukan bahwa kita akan datang lewat tengah malam.

Sepanjang perjalanan awalnya saya tidur, tapi setengah sisanya, saya melek, berusaha berkontribusi nemenin yang nyetir. Dari berempat, cuam saya doang yang ga nyetir. Hehehe. Jam paling kritis itu jam setengah 12 malam. Tiba-tiba kabut turun dan jarak pandang cuma sekitar 2 meter ke depan. Itu serem banget. Saya berdoa sepanjang perjalanan saking takutnya. Hahahaha.

Jam setengah satu pagi akhirnya sampai deh ke Capetown. Tidak ada masalah berarti  untuk kita mengantar Agung ke hotel mba Dina, dan kita sendiri lalu nyari hotel tempat kita menginap. Namanya Amalfi Hotel, di Sea Point. Hotel ini lebh tepatnya sebenarnya apartemen dengan satu kamar dan satu tempat tidur + satu sofa bed di ruang TV. Fasilitasnya juga lengkap. Ada kulkas, toaster, microwave. Lengkap lah. Begitu badan menyentuh kasur, enak banget. Semua langsung istirahat setelah beberes. Benny mengajak bangun pagi untuk lari esok hari. Saya mengiyakan saja, yang penting tidur dulu. Hahahaha. Hari ini melelahkan, tapi juga menyenangkan. Tidur saya lelap. Tidak sabar untuk explore Capetown!


Minggu, 17 Juni 2012

Kalau

Kalau salah satu dari kita pergi?

Salah satu dari kita pasti akan mencari.

Tahu dari mana?

Dari sini.

Ini dada. Bukan radar.

Iya, tapi sudah menyimpan memori satu sama lain kan?

Digital.

Pergi sama dengan hilang?

Engga kok. Ga akan menghilang. Ini, ini dan ini. Ga bisa hilang.

Kalau dicari pasti ketemu.


Kalau ga dicari, mungkin juga akan bertemu. 

__________________

Suatu hari di bulan November 2010. 


Jadi lagi asik ngebuka-buka tulisan yang ada di folder "draft" dan nemu tulisan di atas. Memori digital tentang sebuah percakapan. Agak kaget waktu liat tanggalnya. November 2010. Sudah 1,5 tahun berlalu. Dan memang benar demikian. Keadaan belum berubah, Masih berlaku sampai sekarang, Juni 2012. Tidak peduli seberapa keras kita berdua berusaha membunuh dan membenci satu sama lain.

Never knew that a feeling could remain the same after all of this time..
Hiks..


Sabtu, 16 Juni 2012

#5 - Knysna and Plettenberg (Part 4)

Day4 : The Unexpected Safari!

Selasa, 15 May 2012. Pagi itu kita bangun agak siang karena malamnya kita minum wine lumayan banyak.
Dingin. Suhunya sekitar 12 derajat celcius. Permasalahan pertama di hari itu adalah colokan listrik.Hahahaha. Karena bentuk colokan yang aneh maka hanya beberapa gadget yang bisah dicharge.

Masalah kedua hari itu adalah sarapan. Jadi malam sebelumnya kita sempat mampir ke supermarket, membeli mie instan dan telur untuk sarapan. Nah, pagi ini ketika sudah waktunya sarapan, timbul krisis nasional karena kita ga tahu cara nyalain kompornya. Hahaha. Awalnya saya berpikir saya akan tidur-tiduran manis menunggu mie instan itu jadi di tangan ketiga kawan saya. Hahahaha. Itu tidak terjadi. Setelah Benny berhasil menemukan cara menyalakan api kompor, ternyata mereka belum cukup teruji buat memasak mie instan. Akhirnya saya memasak buat kita semua deh. Mie instannya mereknya Heinz, pas dilihat bagian belakangnya, ternyata diproduksi di Indonesia! Hahahaha. Rasanya memang agak ga karuan karena enam bungkus dimasak barengan dengan rasa beda-beda. Hehehehe.

Setelah sarapan, masalah berikutnya adalah urutan mandi. Ini sebenarnya tidak penting, tapi entah kenapa saat itu terasa penting. Hasil akhirnya bagaimana saya juga tidak ingat sih, mengingat memang ini hal yang tidak penting.Hahahaha.

Setelah selesai mandi, kita jalan-jalan keluar. Udara cerah, tapi anginnya dingin. Ada kolam renang di halaman kamar kita ternyata. Kalau ga sedingin ini saya pasti sudah nyebur di sana. Senang deh udaranya cerah seperti ini, mengingat saat itu di sana sedang peralihan ke musim dingin, jadi akan sering turun hujan.

Mengingat hari ini kita mulai cukup siang, kami memutuskan untuk memperpanjang masa tinggal kami di Knysna. Tadinya kami ingin pulang hari ini juga, tapi rencana berubah. Pemilik penginapan sedang tidak ada di tempat, oleh karena itu kami hanya menitipkan pesan ke petugas bersih-bersih.

Plettenberg

Rencana hari ini adalah pergi ke Plettenberg. Itu jaraknya sekitar 50 menit menyetir dari Knysna. Menurut segambreng brosur yang ada diatur rapi di meja ruang tamu kamar kami,  ada banyak aktifitas yang bisa dilakukan di Plettenberg. Namun setelah bingung-bingung selama sekian belas menit, atas usul Agung kami memutuskan untuk terlebih dahulu pergi ke Tourist Information di pusat kota. Dari situ baru diputuskan, tempat mana yang akan kami kunjungi.

Petugas yang menerima kami di Knysna Tourism ini sangat ramah dan informatif. Dia memberitahu beberapa pilihan kegiatan, tapi saya langsung fokus ke satu pilihan yang dia sebutkan : Safari. Kami semua langsung berbinar-binar waktu dibilang harga paket dua jam safarinya "cuma" 390 Rand, itu sekitar 400 ribu. Saya ingat, waktu di Jakarta, saya sempat browsing harga paket safari, paling murah itu 900 ribuan. Tanpa pikir panjang, Game Reserve menjadi tujuan kami hari itu. Nama tempatnya "Game Reserve" itu letaknya sekitar beberapa kilo meter dari kota Plettenberg. Jam sudah menunjukan pukul setengah 11. Kami segera meluncur ke Plettenberg.

Kurang dari satu jam kami sampai di Plettenberg. Another beauty city of South Africa!Kota ini terletak di pinggir pantai. Hiks..


Ketika baru masuk ke dalam kota, tiba-tiba Rendy melihat papan petunjuk "Lookout Deck". Menurut Rendy, tempat ini OK punya dan harus dikunjungi. Kami pun putar balik mengikuti pentujuk arah "Lookout Deck" ini. Begitu sampai tempatnya, saya langsung kehabisan kata-kata.. Bagus banget. Lookout Deck adalah sebuah restoran di pinggir pantai, pondasinya didominasi oleh kayu, jadi menyatu dengan alam. Yang paling bikin "Wow" itu ya pemandangannya. Bagus banget. Halaman restoran ini ya penatai. Langitnya biru, airnya biru, batu-batuan coklat dan hitam, dan ada burung camarnya. Hiks.. Speechless..



Setelah puas foto-foto narsis dan mengagumi pantai di situ, kami bertanya ke pelayan restoran lokasi si Game Reserve. Tadinya maunya makan siang dulu di Lookout Deck, baru ke tempat safari, tapi ternyata kalau dihitung-hitung ridak akan keburu. Oleh karena itu kami pesan take away kentang goreng dan minuman lalu langsung meluncur ke sana.

Game Reserve

Lokasi Game Reserve ini sekitar 5 kilometer dari jalan utama. Jalannya sedang diaspal. Pada waktu jalan menuju ke sana, kita sempat haru berhenti sekitar 15 menit karena kita harus menunggu truk aspal untuk lewat. Sambil menunggu, kita sempat ngobrol dengan pengendara mobil yang menunggu di belakang kita. Namanya Tim. Dia berasal dari Cape Town, tapi sudah pindah kewarganegaraan ke Kanada. Doi bilang "I don't wanna spend my whole life living only in one country." Hahahaha. Kalimat ini adalah sangat penting karena menginspirasi saya untuk lebih banyak menjelajah tempat-tempat baru, dan menginspirasi teman-teman saya untuk pindah ke Kanada. Hahahaha.

Begitu sampai di sana kami langsung disambut. Karena sedang sepi, tampaknya siang itu hanya kami satu-satunya pengunjungnya. Lobbynya sangat nyaman. Feels like home. Setelah menyelesaikan bayar membayar, kami bersiap-siap memulai tur safari kami.


Game Reserve adalah area yang luas. Saya lupa berapa hektar, tapi itu milik swasta, bukan pemerintah.  Untuk turnya, kami naik mobil jip terbuka. Tour guide kami namanya Alister, kami berasumsi itulah namanya karena ternyata tidak ada salah satu dari kami yang benar-benar mendengar siapa namanya. Hahahaha.



Safari berlangsung selama 2 jam. Diawali dengan melihat singa! Lalu dilanjutkan dengan binatang-binatang koleksi Game Reserve. Cuaca memang terik, tapi percayalah itu anginnya dingin banget. Saya menggigil sepanjang safari. Dan kelaparan. Tapi puas. Bisa lihat singa, jerapah, zebra, kuda nil, buaya, badak. burung onta, anthelope, kudu, kerbau, dan semuanya di alam terbuka, lagi makan bersantai lari-lari. Itu luar biasa.


Yang paling seru tentu saja pas ke tempat singa. Singa itu areanya dipisah dengan binatang yang lain.
 Game Reserve cuma punya dua ekor singa. Satu jantan, satu betina. Mereka itu binatang malam, jadi kalau siang cerah jam jam segini, kerjanya cuma tidur malas-malasan. Allister mengeraskan mesin mobil suapa si singa ni bangun dan menegakan kepala. Begitu melihat tidak ada apa-apa, singa-nya tidur-tiduran lagi deh.

Kalau binatang-binatang yang lain, mereka berbaur jadi satu. Si Allister dengan fasih bisa cerita soal setiap binatang yang ada di situ. Seperti berapa lama si zebra hamil, jerapah jantan yang ga suka sama manusia, atau si zebra yang lagi main kejar-kejaran. Semua binatang ini kan pindah-pindah ya, jadi si Allister ini sambil nyetir dia juga sambil nyariin koloni binatang-binatangnya. Binatang yang ngumpet agak jauh itu adalah kerbau. Kerbau afrika sama kok kayak kerbau Jawa, sama-sama dikerubungin lalat. Hahaha, tapi berdanya ukuran mereka lebih gede dan tanduknya lebih besar. Serem.

Dan akhirnya dua jam berlalau. Dua setengah jam malah. Puas. Bahagia. Saya ga berhenti-berhenti bilang ke Benny dan Agung , "Makasih ya udah maksa maksa gw iktu kalian ke sini. Hiks. Ini bagus banget. Gw ga nyesel." Hahahaha. Kita semua happy deh pokoknya. Allister kita kasih tip 100 rand.


Lookout Deck

Jam sudah menunjukan pukul tiga sore ketika kita meninggalkan Game Reserve. Lapar tingkat dewa! Kami memutuskan untuk kembali ke Lookout Deck dan makan di sana. Bukan cuma pemandangan yang indah, makanannya juga OK loh. Tapi ya itu, karena kelaparan, makanannya ga sempat difoto. Hahahaha.

Kami duduk di bagian luar, tepat di pinggir, berbatasan langsung dengan laut. Pemandangannya bagus, walaupun saya sempet heboh sendiri gara-gara tempat duduk saya silau banget. Makanan enak, pemandangan bagus, suara ombak, dan wine yang murah. I couldn't ask for more.


Suasana Lookout Deck sangat nyaman . Kami tinggal di sana sampai matahari tenggelam.

Sambil melihat langit menggelap, di pinggir pantai, mendengar suara ombak, angin bertiup dingin, setel mp3, saya galau di tempat. Hahahaha.


Hari sudah gelap. Kita kembali ke hotel kita di Knysna. Setelah sampai di hotel, saya segera menyelesaikan urusan bayar membayar untuk perpanjangan satu malam dan juga berusaha mencari colokan ke pemilik hotel, siapa tahu mereka punya extention yang friendly untuk colokan punya kami. Akhirnya ada satu sih. Tapi termyata cuma bisa buat colokan yang kepalanya pipih.. Lalalalala..

Cornuti, The Heads

Nah, untuk makan malam kali ini, kita memilih pergi ke daerah The Heads. Di ujung jalan, ada sebuah restoran cantik bernama Cornuti.



Nah tanggal 16 May 2012, Rendy ulang tahun. Walaupun masih tanggal 15 May, tapi karena di Indonesia hari sudah masuk 16 May, maka malam itu kita sekaligus merayakan ulang tahun Rendy. Happy Birthday Rendy!

Pulang ke hotel, kita masih punya wine yang belum habis. Birthday wish nya si Rendy cuma satu. Kobam. Tapi apa daya, ternyata wine yang tersisa di hotel masih kurang. Seperti malam sebelumnya, kita menghabiskan sisa wine sambil ngobrol ke sana ke mari dan sebagian besar pembicaraan adalah betapa serunya hari ini!

Untuk besok, kita berencana untuk pergi bersepeda. Kalau mau pergi bersepeda, besok harus bangun pagi. Jam 6. Challeng accepted. Sebelum tidur, masing-masing pada pasang alarm. Karena faktor u, sekali lagi saya yang tidur paling belakangan. Puas untuk hari ini. Ga sabar untuk besok! :)



I Remember - Deadmau5 & Kaskade

Feeling the past moving in
Letting a new day begin
Hold to the time that you know
You don’t have to move on to let go

Add to the memory you keep
Remember when you fall asleep
Hold to the love that you know
You don’t have to give up to let go

Remember turning on the the night
And moving through the morning light
Remember how it was with you
Remember how you pulled me through

I remember


Dengerin lagu ini habis minum white russian, terus nyetir di jalan sudirman yang sepi jam setengah satu pagi, itu bukan saya. Tapi lagu ini betul betul saya.

Move on. 
Give up. 
Let go.

Saya suka lagu ini. Suatu saat nanti harus coba  mendengarkan lagu ini dengan 3S. Shrooming, Sunset, Seminyak. Hahahaha.

Sabtu, 09 Juni 2012

#5 - Knysna and Plettenberg (Part 3)

Day 3 - 14 May : Knysna!

Hari Senin pagi, 14 May 2012. Hari ini sampai hari Rabu nanti, kita berencana untuk Road Trip. Jadi kita akan menyetir ke kota kecil bernama Knysna, itu sekitar 400 kilo dari Capetown. Rute yang kita ambil ini namanya Garden Route.
Garden Route itu adalah rute dari Capetown menuju ke Port Elizabeth. Awalnya kita ingin lanjut terus dari Knysna ke Port Elizabeth, Tapi akhirnya kita memutuskan untuk sampai ke Plettenber saja, itu kota kecil satu jam dari Knysna. Alasannya adalah karena kita juga ingin mengexplore Capetown, jadi tidak mau menghabiskan waktu di jalan.

Pemandangan sepanjang perjalanan dari Capetown ke Knysna cukup OK. Jalannya mulus dan lurus, berasa kayak di Eropa sih kalau kata saya.

Gambar yang terkahir ini udah berasa kayak ngeliat layar Windows 95 ga sih? Hahahaha.

Satu hal yang menarik dari Afrika Selatan ini adalah sopan santu berlalulintasnya. Salah satunya adalah kalau kita ketemu bunderan, kita harus mendahulukan mobil di bunderan tersebut. Walaupun mobilnya masih agak jauh dan sebenernya baik-baik aja kalau kita maju, tapi kita pasti udah diklaksonin. Jangan coba-coba etika yang ini deh di Indonesia, ga bakal jalan-jalan mobilnya. Hahaha.

Selain itu, di sini juga kalau lagi di jalan tol , misal mobil di depan kita lambat dan dia lihat bahwa mobil kita cepat, dia akan ngasih jalan loh. Teru sebagai ucapan terimakasih, kita harus ngasih lampu hazard sekali, sebagai ucapan "sama-sama" nya, si mobil bersangkutan akan ngasih lampu dim. Itu manis banget loh. Hehehehe.

Oiya, di Afrika Selatan, jalan tolnya ga pakai gerbang tol. Mereka kayak punya sensor gitu, jadi kita di sana ga bayar tol. Pembayaran tolnya itu dikenakan ke rental mobil, dan rental mobilnya akan motong dari kartu kredit kita. Di sana juga ada daerah yang ada batas kecepatannya, dan kalau kita langgar, dendanya juga akan masuk ke rental mobil, dan si rental mobil itu akan motong dari kartu kreditnya.

Sudah canggih lah sistem transportasi di sana. Ada kamera pemantau kecepatan, dan setiap mobil sudah dikasih sensor, mungkin semacam bluetooth gitu, jadi kalau ngelanggar speed limit, secara otomatis dendanya langsung dikenakan ke akun bank pemilik mobil tersebut. Begitu juga dengan biaya tol. Susahnya adalah, karena ga ada gerbang tol, kita di sana selalu bingung bedain mana jalan tol mana yang bukan, secara sama bagusnya. Hahaha. Hal paling tolol yang pernah kita lakukan adalah, saking kita ga tahu mana jalan tol mana yang bukan, pas GPS bilang kita disuruh ngambil "exit tol", kita keterusan sampe tiga exit gitu. Hahahaha. Untuk bukan di jakarta, buat puterbalik cuma butuh 10 menit :D

Di tengah perjalanan, kita sempat berhenti di sebuah toko wine dan melongo bego ngeliat harga wine cuma 40ribuan. Hahaha. Setelah muter ke kiri ke kanan liat ini liat itu, kita memutuskan untuk membeli dua botol wine. Hahahaha. Jam sudah menunjukan pukul dua siang. Kita semua kelaparan. Kita memutuskan untuk makan di Mossel Bay.


Mossel Bay

Mossel Bay adalah kota kecil di pinggir laut. Hahaha, iyalah, namanya ada Bay. Setelah browsing di tripadvisor.com dan mydestination.com, salah satu restoran yang paling banyak direkomendasiin orang di Mossel Bay adalah Cafe Gannet. Dengan bantuan GPS canggih, kita berhasil sampai ke sana. :)

Karena belum belajar dari kesalahan tadi malam dan kita semua lapar, kita pesan makanan masing-masing satu porsi. Itu porsinya gede-gede. Enak semua, tapi banyak banget. Kita pada habis gitu. Hahahaha.
Tapi menurut kita semua, yang paling ultimate dari restoran ini adalah kerangnya! :)


Cafe Gannet ini punya dua tempat makan, yang indoor dan yang outdoor. Pas kita sampai, sedang hujan, jadi kita makan di dalamnya. Tapi pas selesai makan, hujannya sudah reda, jadi kita sempat minum wine sambil menikmati pemandangan. Viewnya OK loh, pantai :)

Cafe Gannet ini pelayanannya juga OK loh. Mereka ngasih rekomendasi menu yang bagus, ramah, selain itu, mereka juga nyimpenin payung saya dan Rendy yang ketinggalan. Hari Rabu, waktu kita jalan balik ke Capetown dan mampir ke sini lagi, mereka masih nyimpen payung kita. Hehehehe.



Sebelum kita melanjutkan perjalanan ke Knysna, kita sempat jalan kaki muterin kota Mossel Bay. Kota ini kecil, jadi sore jam empatan, toko-toko sudah pada tutup. Setelah keliling-keliling kita memutuskan segera melanjutkan perjalanan ke Knysna.

Jam sudah menunjukkan pukul enam sore ketika mobil kita masuk ke kota Knysna. Kita belum memesan penginapan, jadi sekali lagi dengan berbekal tripadvisor, booking.com dan agoda.com, kita berhasil mendapat rekomendasi "B My Guest" Hotel.

Waktu lagi nyari-nyari lokasi hotel itu, Benny yang sejak dari Mossel Bay ketiduran gara-gara kebanyakan minum wine, tiba-tiba bangun dan pingin boker. Kita sempat berhenti di SPBU Caltex nungguin Benny boker. SPBU itu di dua hari ke depan menjadi satu titik penting karena merupakan patokan apakah kita sudah keluar dari kota Knysna atau belum. SPBU ini kita beri nama Tibo, Titik Boker. Di kemudian hari, di antara kita berempat, kata tibo digunakan untuk mengganti kata kerja buang air besar. Hahahaha. Ini penting amat ya.

Satu orang per malam kena charge 200 Rand, itu sekitar 210 ribu. Kita mendapat semacam satu unit rumah. Isinya 2 kamar, 1 kamar dengan 2 tempat tidur, 1 kamar lagi 1 tempat tidur, plus sofa bed di ruang tamu. Dilengkapi dengan televisi, satu kamar mandi satu kitchen sink, satu set kompor, satu toaster, satu microwave dan seperangkat perabotan dapur lengkap mulai dari panci sampai gelas wine.  We are happy with that. :)

Nyaman banget tempat ini. Berasa kayak di rumah. Yang mengurus penginapan ini adalah pasangan lansia yang sangat ramah. Penginapan ini punya anak mereka, dan mereka yang mengurus pengelolaannya. Mereka ramah sekali dan jam check in, check outnya santai. Mungkin karena sedang low season kali ya.

Masalah paling besar yang kita hadapi kemudian adalah colokan listriknya aneh! Bahkan colokan listrik internasional punya Benny ga punya sambungan yang kayak gini. Hahahaha. selama di Knysna, kita krisi listri nasional lah pokoknya. Cuma ada dua colokan yang bisa kita pakai, itu pun yang kaki dua pipih. Jadi ga semua gadget bisa dicharge. Hehehehe.



Setelah sempat bertanya tanya dan browsing di internet mengenai di mana tempat makan yang recommended, akhirnya malam itu kita memutuskan untuk pergi ke Knysna Waterfront. Hampir mirip seperti Waterfrotn yang di Capetown, letaknya di pinggir dermaga. Sayang waktu kita sampai ke sana, hujan turun deras sekali. Kita memutuskan untuk makan di Falcon Creek Spur.

Kita semua di sana kelaparan, jadi begitu makannya datang, langsung sikat habis, lupa moto. Yang jelas makanannya enak sih. Hahahaha.

Karena hujan, kita ga begitu leluasa buat jalan-jalan, lagipula anginnya dingin banget. Begitu sampai di hotel, langsung deh kita buka wine yang kita beli tadi siang. Rasanya yang satu kayak tanah, yang kedua aneh. Hahaha. Tapi efeknya bikin tidur pules sih.  Seruuuuu! Jam setengah satu pagi, semua udah pada tepar.. Kecual saya. Hahaha. Faktor usia sepertinya. Hahahah. End of day 3. Be ready for more adventure on the next day!!  :)

#4 - Capetown (Part 2)


Day 2 - 13 May : Capetown!

Perjalanan dari Singapore ke Johannesberg itu sekitar 10-11 jam. Supaya tidurnya enak, setelah makan malam pada mesen wine. Saya tentunya juga ikut memesan. Waktu saya minta ke pramugaranya, doi bilang dengan tenang "I'm sorry, but you know we have this limitation of age to the passenger to have a wine..."
Jeng jeng jeng.
Hahahaha. Saya jutek di tempat, teman-teman saya yang lain cuma ngetawain saya. Awet muda :)

Perasaan saya udah tidur, bangun lagi, tidur lagi, bangun lagi, masih belum sampai juga. Pesawat akhirnya mendarat di Johannesberg sekitar pukul tujuh pagi waktu setempat. Kita tidak turun, cuma menunggu di pesawat. Sekitar 45 menit setelah urusan ini itu, akhirnya pesawat berangkat menuju Capetown. Pemandangan sepanjang perjalanan dari J-berg (bahasa asik Johannesberg hehehe) ke Capetown dari pesawat saja sudah bikin deh-degan. Saya masih belum percaya sedang berada di atas benua Afrika.


Begitu sampai di bandara, standardlah. Imigrasi, ambil bagasi, ambil uang di ATM dan kita ke tempat rental mobil untuk mengambil mobil yang akan dipakai selama kita di capetown. Kita memesan Audi A4. Tapi begitu sampai di tempat, ternyata dapatnya Chevrolet. Well, sama-sama mobil OK. Hahaha.

Dari Bandara, kita segera menuju ke hotel The Capetonian. Dengan bantuan GPS, ga ada masalah yang berarti sih. Setelah check in, kita pada mandi lalu siap-siap jalan nganterin Agung ke hotel istrinya, terus ke Table Mountain! Yey :)

Table Mountain

Table mountain adalah tempat yang HARUS kamu datangi kalau kamu ke Capetown. Ini gambar Table Mountain yang saya ambil dari google  untuk menjelaskan posisi kota Capetown dan Table Mountain.

 Jadi, liat gunung yang rata di tengah? Nah itu namanya Table Mountain. Terus di sebelah kanan ada gunung lancip? Itu naman Lions Head. Bagian bawah sebelah kiri, itu Waterfront.


Menuju ke Table Mountain, ada banyak pemandangan yang mengagumkan. Langit yang bersih, udara yang sejuk. Hiks. Benar-benar bikin saya ga bisa berhenti foto.


Sistem pariwisata di Capetown memang OK punya. Petunjuk jalan yang lengkap dan ada pos Tourist Information membuat kita berhasil sampai ke lokasi Cable Car nya. Jadi untuk sampai ke atas Table Mountain, kita harus naik Cable Car, semacam kereta gantungnya gitu. Kalau mau hiking juga bisa loh. Tapi itu dingin banget.


Pemandangan begitu sampai di atas benar-benar BAGUS! Kota Capetown terlihat cantik dari atas sini :D Kalo lagi Summber, sunset dari tempat ini pasti bagus banget.


Kita makan siang di sini. Ber empat, makan kenyang plus buka satu botol wine, total nya IDR 400rb. Hahaha. Murah amat yak.


Setelah makan, kabut turun, jadi yang tadinya cerah terang benderang, jadi gelap dan sejauh mata memandang cuma ada kabut. Kita memutuskan untuk jalan-jalan menyusuri table mountain. Seru, berasa ada di dunia fantasi antah berantah gitu. Hahaha.


Satu hal yang cukup membuat saya kagum dengan Table Mountain ini adalah infrastruktur dan fasilitas penunjuang yang yang OK, bersih, pelayanannya yang memuaskan dan keramahan orang-orang sekitarnya. Bahkan setukang parkinya pun OK. Waktu kita baru parkir, tukang parkirnya menghampiri kita. "Hello, my name is John, I will take a good care of your car. You wanna go up? Put on your jacket. It will be very cold up there."  Dan emang bener, di atas itu dingin banget. Untung kita diingetin sama si John. Kalau engga, mati beku lah di sana. Uang parkirnya sebesar 10 rand, itu sekitar 10ribu rupiah.

Oiya, pas datang, kita juga difoto sama petugasnya, terus pas kita mau pulang, ternyata foto kita sudah diolah menjadi tiga buah kartu post dan satu gantungan kunci dengan latar belakang Table Mountain, lengkap dengan CD foto dan satu map berisi keterangan tentang kota Capetown. Mapnya bagus loh. Harganya 200ribu. Kita ambil, karena menurut saya itu cukup setimpal dengan harga dua ratus ribu. Hehehe.

Setelah puas bersenang-senang di Table Mountain. Kita baik ke Capetown menjemput mbak Dina untuk dinner di Waterfront. Ini semacam Mall di pinggir dermaga dengan pemandangan yang indah dan pilihan makanan yang banyak. Sayang ketika kita ke sana hujan, jadi ga bisa leluasa untuk memilih tempat makan yang outdoor.


Beda sama Indonesia, walaupun dia di pinggir dermaga, tapi airnya bersih dan ga bau. Hahaha. Kalo di Jakarta entah kenapa yang saya ingat langsung Muarah Angke. Hahahaha.


Selain makan, di sana kita mencari SIM card yang bisa dipakai untuk internetan. Jadi Agung bawa dari Jakarta modem wifi. Ternyata ga susah mencarinya. Kita nemu di counternya Vodacom. Satu kartu harnya 200 Rand, setara dengan 220ribu, untuk internet kapasitas 2 Giga. Itu lebih dari cukup. Selama 8 hari di sana, kita semua bisa online dan BB-an dengan aman lancar sentosa :)

Di sana kita makan di restoran San Marco. Pelayannya cantik, kayak Alicia Keys. Hahaha. Suasananya enak dan cukup nyaman, terlepas dari angin lautnya yang dingin ngin ngin. Porsi makanannya besar banget. Saya waktu itu cuma pesan pancake karena merasa masih kenyang dengan makan siang waktu di Table Mountain. Harga wine di sini kan murah, oleh karena itu kita tetap pesan wine dong. Hehehe.

Cheers for first day in Capetown! Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam waktu capetown, which is itu jam empat pagi waktu Indonesia. Pantesan sara berasa capek banget. Pulang ke hotel, langsung tertidur pulas. Kumpulin energi siap-siap untuk perjalan besok ke Knysna!
Yey yey yey..

#4 - Capetown (Part 1)



Sekedar menjelaskan. Resolusi saya tahun 2012 ini adalah pergi ke 12 tempat wisata baru, baik domestik maupun internasional. Setelah Pulau Tidung, Teluk Kiluan, dan Bangkok. Ini dia perjalanan yang paling jauh, paling mahal, tapi paling seru! Tempat keempat : Capetown. Tempat kelima : Knysna - Plettenberg


















Yap.. Itu letaknya di Afrika selatan! Yes, this is my first time going to Africa! :)

Why and How

Kenapa Capetown dan kok bisa? Awalnya adalah karena kantor saya ada acara di Capetown. Mba Dina, salah satu istri teman kantor saya , Mas Agung, menjadi panitia di acara tersebut, sehingga si mas Agung ini tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia ikut pergi, tidak lupa membujuk teman-teman lainnya, termasuk saya, untuk ikut. Awalnya sata tidak mau karena itu MAHAL. Untuk bulan Mei, saya sudah berencana untuk pergi ke Derawan. Tapi setelah dibujuk secara intensif selama sebulan penuh oleh mas Agung dan mas Benny, akhirnya pendirian saya goyah. Setelah hitung-hitung alur kas untuk beberapa bulan ke depan dan mendapat restu dari ibu, hahahaha, saya menyatakan diri mau dan mampu pergi ke Capetown.

Apa yang terjadi selanjutnya adalah magic. Untuk pengurusan visa, saya tidak bayar sama sekali, karena si mas Agung masih berhutang ke saya sebesar biaya pengurusan visa. Jadilah, via diurus tanpa saya mengeluarkan uang sesen pun, dan akhir Maret sudah keluar. Soal tiket, ini lebih magic lagi. Saya ingat betul itu hari Jumat ketika saya mengosongkan tabungan saya untuk membeli dollar US guna membayat tiket Qatar airways sebesar 1,181.9 USD di hari Senin. Jeng jeng. Lalu Sabtu siang ada kabar dari Mbak Lay bahwa di JCC, hari Sabtu - Minggu, ada travel expo dan SQ sedang ada promo untuk penerbangan Jakarta - Capetown sebesar 1,058 USD, bisa dicicil selama 6 bulan bunga 0% pakai kartu kredit BCA! Wow wow wow.

 Saya tidak punya kartu kredit BCA, jadi sempat kehilangan harapan. Tapi eh tapi kok bisa-bisanya mas Benny menemukan mas Mario, kawan kantor lain, yang rela meminjamkan kartu kreditnya untuk pembayaran.  Maka jadilah, saya membeli tiket dengan pembayaran dicicil 6 bulan via kartu kredit orang, dan uang dollar yang sudah saya tukar itu tidak jadi dipakai. Lumayan lah, investasi vallas :) Terimakasih sebesar-besarnya untuk mba Lay dan mas Mario. Tanpa dua orang ini, saya ga bakal pergi ke Capetown :)

Setelah tiket beres, hari-hari berikutnya adalah benar-benar dipakai untuk merencanakan perjalanan sebaik mungkin. Mulai dari mencari penginapan, sewa mobil, pilihan aktifitas yang bisa dilakukan, dan tempat-tempat apa saja yang harus dilihat. Seru!

Setelah browsing - browsing, kita melakukan beberapa booking untuk :
1. Mobil
Sekitar 500ribu rupiah per hari, mobilnya Audi A4. Itu tidak termasuk sopir dan tidak termasuk bensin. Kalau dibandingkan dengan ongkos sewa mobil Jakarta, hampir mirip lah. Mobilnya bagus pula, jadi kita golongkan itu sebagai murah :D Kita pakai rental mobil Budget. Servisnya cukup OK. Recommended.

2. Hotel
Kita berencana untuk berada di sana selama 8 hari. Untuk tiga hari, kita berencana untuk jalan menyusuri Garden Route, dan menginap di kota yang dilalui jalur itu. Kita cuma book hotel yang untuk di Capetwon, sedangkan untuk hotel selama di Garden Route, diputuskan untuk mencari di sana saja.
Untuk di Capetown, kita mendapat apartemen di daerah Seapoint, satu orang jatuhnya sekitar 220ribu rupiah per malam.

3. Bikin SIM Internasional
Ini terkait dengan poin nomor 1, sewa mobil. Dari kita berempat, cuma saya yang tidak membuat sim Internasional. Sudah ada tiga orang yang menyetir, mengapa saya harus ikut ikut. Hahaha. Biayanya murah, sekitar dua ratus lima puluh ribu rupiah, cukup membawa fotokopi paspor, KTP, SIM yang berlaku.

Dua itu aja si yang sudah dibook dari Jakarta. Menurut saya sudah cukup. Untuk booking booking itu kita cari di Agoda.com atau Booking.com. Yang harus dicermati itu antara lain jumlah maksimum orang dalam satu kamar, perbandingan harga, dan juga review dari orang-orang yang pernah tinggal di situ. Berdasarkan pengalaman, rating yang ada di website itu benar-benar mencerminkan keadaan nyata.




Day 1 - 12 May : The beginning of the fun stupidity!


Yey yey, ini adalah awal perjalanan kita! Rute pesawatnya adalah Jakarta - Singapore - Johannesburg - Capetown. Pesawat dijadwalkan berangkat sekitar pukul 7. Kita sudah di Bandara sejak jam empat sore, menunggu di executive lounge karena kartu kredit BNI platinum (thanks Papa!). Sampai di Singapore dijadwalkan pukul sembilan malam dan pesawa ke Johannesberg pukul setengah dua pagi. Sepanjang menunggu boarding, beberapa masalah krusial dibahas, seperti bagaimana pengaturan tempat duduk di pesawat dan apa yang harus dilakukan sambil menunggu pesawat ke Johannesberg. Percayalah, topik ini sungguh penting dan membutuhkan energi untuk mendapat solusinya. Hahahaha.


Perjalanan lancar, tidak ada masalah dengan posisi tempat duduk. Begitu sampai di Singapore, kita memutuskan untuk keluar, mengambil kereta dan pergi ke Marina Bay Sands. Setelah perjalanan jauh yang dilengkapi dengan perdebatan ini itu, tanya ini itu, akhirnya kita berhasil sampai ke stasiun Marina Bay.


Jeng jeng. Ternyata kalau mau ke Marina Bay Sands, turunnya buku di stasiun Marina Bay. Hahahaha. Jam sudah menunjukan pukul setengah 12 malam. Akhirnya kita memutuskan balik lagi ke bandara. Hahahaha. Ini perjalanan belum apa-apa udah tolol duluan. Begitu samapai interchange terakhir sebelum ke Bandara, ada pengumuman kalau kereta ke Bandara udah ga ada. Jeng jeng. Akhirnya kita balik ke bandara naik taksi. Hahahaha. Kita berempat cuma ketawa-ketawa aja. Semoga pas nyampe Capetown, kita udah sedikit lebih pintar dan ga nyasar di situ-situ aja. Hahahaha.

Well, yang penting kita udah nyampe Marina Bay, walaupun cuma stasiun keretanya doang. *pembenaran* Hahahaha.

_________________________
*Karena ternya ini akan menjadi tulisan yang panjang sekali, akhirnya saya memutuskan untuk membagi-bagi tulisan ini menjadi beberapa bagian, supaya ga capek dibaca :) Silakan klik label "12 places 2012" untuk cerita perjalanan lainnya yaaa..

Tiga Puluh Tujuh

Sepuluh tahun berlalu sejak tulisan ini Dan ternyata di ulang tahun ke tiga puluh tujuh ini, gw masih meminta hal yang sama. Semoga diberi k...