Sudah tiga bulan terkahir ini, sejak awal Februari, hidup saya tercurah untuk Kelas Inspirasi.
Kelas Inspirasi adalah kegiatan satu hari di mana para profesional mengajar di sekolah-sekolah dasar, bercerita tentang profesi. Tujuannya adalah memberikan pengetahuan tentang ragam profesi dan memotivasi anak-anak untuk kerja keras demi mencapai cita-citanya.
Saya sudah tahu Kelas Inspirasi sejak pertama dilaksanakan pada tahun 2012. Tapi waktu itu saya tidak tergerak sama sekali, mungkin karena kepala saya saat itu penuh dengan ambisi menginjakkan kaki ke 12 tempat baru sebelum dunia kiama di 12-12-12. Hahaha. Lalu sahabat baik saya, Nagea, gigih menyuruh saya untuk ikut Kelas Inspirasi ke 2. Akhirnya saya ikut. Tapi setelah itu juga kurang tergerak. Karena rasanya seperti gerakan instan dikemas dengan ringan dan sangat pop. Refleksinya lebih ke diri sendiri, merasa harus berbuat sesuatu lagi.
Dan akhirnya saya ikut membantu Nagea di Festival Gerakan Indonesia Mengajar. Di situ, saya mulai tersentuh. Faith in humanity restored. Dari situ saya mendapatkan kembali semangat dan optimisme terhadap Indonesia. Hahaha.. Silakan ketawa, tapi ini beneran. Bulan November, saya ikut Kelas Inspirasi Tulungagung bersama ayah saya!
Lalu awal tahun 2014, ketika datang ajakan untuk jadi panitia Kelas Inspirasi, saya ga pake mikir untuk bilang iya. Dimulai dari hanya sekedar anggota biasa di Divisi Sekolah dan Acara, jebakan batman bergulir dan di situlah saya menjadi koordinator fasilitator, yang mana untuk pertama kali di KI 3 Jakarta ini, dilakukan recruitmen khusus fasilitator. Saya kira itu bukanlah sesuatu yang besar dan dengan PD mengajukan diri, tanpa menyadari saya menjerumuskan diri ke hal yang jauh lebih besar dari apa yang ada di otak saya yang dangkal ini.
Menjadi koordinator fasilitator adalah pengalaman baru yang melelahkan. Kayaknya otak saya ga pernah bekerja selelah ini selama 3 tahun terakhir hahaha. Capek, banyak dramanya, banyak berantem dan lecet-lecetnya. Hahaha. Belum lagi mencari ruangan gratis yang cukup untuk menampung 1000 orang plus curi-curi waktu untuk mengerjakan printilan ini itu di tengah kegilaan beban kerja karyawan pada umumnya. Hahaha.
Masih ada lagi drama mencari sekolah yang mau didatangi, drama proses seleksi relawan pengajarnya, dan tentu saja drama mempersiapakan workshop dan briefing untuk 75 fasilitator
Dan entah bagaiamana, akhirnya kami melalui semuanya. Hari Briefing, Hari Inspirasi, Hari Refleksi. Kami bisa mengumpulkan 991 relawan terdaftar dan 100an orang panitia. Bekerja bersama-sama untuk memberi inspirasi.
Dan di hari refleksi, pak HH memberikan pertanyaan yang herannya susah untuk saya jawab.
"Hal apa yang paling membuat kamu bahagia selama mengikuti KI?" Saya tidak menjawab. Ga tau apa jawabannya. Hahaha.
Nah tadi malam, koordinator KI3 Jakarta, Vani, menanyakan pertanyaan ini ke para koordinator. Saya ngeles-ngeles menjawab seadanya, Tapi pertanyaan itu benar-benar melekat. Dan pagi ini saya akhirnya berbagi apa yang saya pikirkan dan ternyata tanggapan dan jawaban kawan-kawan lain membuat mata saya berkaca-kaca,
Repost dari blognya vani dengan sedikit pembukaan dari saya.
Apa yang membuatmu paling bahagia dalam perjalanan KIJkt3?
Apa tujuan hidupmu? Hal-hal kecil dan sederhana apa yang ingin kamu raih kelak?
Di Kelas Inspirasi Jakarta 3, kami menemukan apa yang kami pikir kami cari : belajar menjadi orang yang lebih baik.
Belajar berpikir baik-baik sebelum mengambil keputusan.
Belajar konsisten dan komit atas apa yang sudah diputuskan.
Belajar fleksibel ketika keadaan sudah tidak kondusif.
Belajar mengatakan tidak.
Belajar mengabaikan hal-hal negatif dan fokus ke hal positif.
Belajar mengesampingkan ego dan emosi pribadi untuk kepentingan bersama.
Belajar terbuka, tulus dan optimis di dalam situasi seburuk apapun.
Belajar untuk menyederhanakan kerumitan pikiran yang menyulitkan.
Belajar bahwa niat baik itu tidak selalu terbungkus dalam kemasan yang juga baik.
Belajar dewasa.
Belajar sabar.
Belajar minta maaf.
Belajar memaafkan.
Belajar mengumpulkan keping-keping pengetahuan yang berserakan.
Belajar mengaitkan satu keping dengan keping lainnya.
Belajar membentuk sketsa yang sedikit mirip ataupun dengan banyak modifikasi dan kombinasi.
Belajar mengerti karakter setiap pribadi.
Belajar memahami perbedaan di tengah visi yang sama.
Belajar membedakan “leadership” dalam karya ini dengan karya lainnya.
Belajar memotivasi team disaat diri sendiri perlu motivasi.
Belajar memahami dinamisnya karya ini.
Belajar memahami begitu besarnya harapan yang muncul dari karya ini
Belajar begitu berharganya setiap dampak yang terjadi dari karya ini
Belajar arti kata sukarela yang sebenarnya
Belajar arti kata sepenuh hati yang sebenarnya
Belajar arti kata bahagia yang sebenarnya
Proses belajar ini tidak mudah. Kadang harus ada beda pendapat, berantem, marah & tangis. Namun, energi positif di KI ada dimana-mana yang membuat proses belajar ini menjadi tidak terasa berat karena bahagia yang dijadikan bungkusnya. Apapun kejadiannya, teman-teman memberikan aura bahagia yang positif disitu. Energi positif KI selalu membuat kami bisa melupakan hal-hal negatif di sekitar kami. Saat kami selalu bahagia setelah meeting di Galuh atau virtual meeting akan selalu mengalahkan rasa terbeban karena capai dan kurang tidur.
Ketika kami melakukan hal baik dan secara bersamaan bisa menjadi manusia yang lebih baik, apalagi yang dicari? Dan ketika pencarian menemukan jawaban, mungkin kami menemukan “rumah” untuk pulang.
Setelah ini, mungkin kami akan sibuk dengan rencana masing-masing. Menikah, berkeluarga, sekolah, buat usaha sendiri, pindah pekerjaan baru, backpacker keliling dunia. Mungkin kesibukan akan buat kami lupa dan jauh satu sama lain. Tidak apa, hidup adalah pencarian yang tak kunjung selesai.
Travelling sejatinya juga satu proses menemukan “rumah” dan mengajarkan arti tentang rumah. Seeksotis apapun tempat yang didatangi, segila apapun pengalaman yang didapat, tidak pernah mengalahkan rasa bahagia ketika menginjakkan kaki ke rumah. Bercerita tentang perjalanan tersebut dan bertemu orang-orang yang harap-harap cemas menunggu.
Analogi yang sama ini juga ditemukan di Galuh, di KI. Ada “rumah” dalam manifestasi yang lain.
Jika suatu hari tiba-tiba segala sesuatu terasa melelahkan dan sulit, kami bisa pulang ke “rumah KI” dan beristirahat sejenak. Menghirup energi positif dari setiap foto, tulisan, lagu dan cerita dari para panitia dan relawan. Re-charge.
Karena rumah sesungguhnya adalah rumah yang tidak melarang penghuninya untuk pergi namun mampu membuat merasa bersalah jika tak segera pulang.
Bagi kami, Kelas Inspirasi adalah rumah.
Rumah yang me-recharge baterai energi positif kita.
Bagi kami, bahagia itu sederhana.
Sesederhana menemukan orang lain yang punya tempat pulang yang sama.
Karena pulang itu selalu menyenangkan. Kemanapun definisi pulang itu sendiri.
Ditulis dalam grup chat WA & path oleh para koordinator #KIJkt3 yang kemudian disatukan dalam tulisan ini
- Yusa | Gea | Meylin | Vani | Stefy | Gita | Aan | Steph -
SDN 23 Petang Pulogebang |
Saya sudah tahu Kelas Inspirasi sejak pertama dilaksanakan pada tahun 2012. Tapi waktu itu saya tidak tergerak sama sekali, mungkin karena kepala saya saat itu penuh dengan ambisi menginjakkan kaki ke 12 tempat baru sebelum dunia kiama di 12-12-12. Hahaha. Lalu sahabat baik saya, Nagea, gigih menyuruh saya untuk ikut Kelas Inspirasi ke 2. Akhirnya saya ikut. Tapi setelah itu juga kurang tergerak. Karena rasanya seperti gerakan instan dikemas dengan ringan dan sangat pop. Refleksinya lebih ke diri sendiri, merasa harus berbuat sesuatu lagi.
Dan akhirnya saya ikut membantu Nagea di Festival Gerakan Indonesia Mengajar. Di situ, saya mulai tersentuh. Faith in humanity restored. Dari situ saya mendapatkan kembali semangat dan optimisme terhadap Indonesia. Hahaha.. Silakan ketawa, tapi ini beneran. Bulan November, saya ikut Kelas Inspirasi Tulungagung bersama ayah saya!
Lalu awal tahun 2014, ketika datang ajakan untuk jadi panitia Kelas Inspirasi, saya ga pake mikir untuk bilang iya. Dimulai dari hanya sekedar anggota biasa di Divisi Sekolah dan Acara, jebakan batman bergulir dan di situlah saya menjadi koordinator fasilitator, yang mana untuk pertama kali di KI 3 Jakarta ini, dilakukan recruitmen khusus fasilitator. Saya kira itu bukanlah sesuatu yang besar dan dengan PD mengajukan diri, tanpa menyadari saya menjerumuskan diri ke hal yang jauh lebih besar dari apa yang ada di otak saya yang dangkal ini.
Menjadi koordinator fasilitator adalah pengalaman baru yang melelahkan. Kayaknya otak saya ga pernah bekerja selelah ini selama 3 tahun terakhir hahaha. Capek, banyak dramanya, banyak berantem dan lecet-lecetnya. Hahaha. Belum lagi mencari ruangan gratis yang cukup untuk menampung 1000 orang plus curi-curi waktu untuk mengerjakan printilan ini itu di tengah kegilaan beban kerja karyawan pada umumnya. Hahaha.
Masih ada lagi drama mencari sekolah yang mau didatangi, drama proses seleksi relawan pengajarnya, dan tentu saja drama mempersiapakan workshop dan briefing untuk 75 fasilitator
Dan entah bagaiamana, akhirnya kami melalui semuanya. Hari Briefing, Hari Inspirasi, Hari Refleksi. Kami bisa mengumpulkan 991 relawan terdaftar dan 100an orang panitia. Bekerja bersama-sama untuk memberi inspirasi.
Suasana Hari Briefing. Kerumunan positif :) |
"Hal apa yang paling membuat kamu bahagia selama mengikuti KI?" Saya tidak menjawab. Ga tau apa jawabannya. Hahaha.
Nah tadi malam, koordinator KI3 Jakarta, Vani, menanyakan pertanyaan ini ke para koordinator. Saya ngeles-ngeles menjawab seadanya, Tapi pertanyaan itu benar-benar melekat. Dan pagi ini saya akhirnya berbagi apa yang saya pikirkan dan ternyata tanggapan dan jawaban kawan-kawan lain membuat mata saya berkaca-kaca,
Repost dari blognya vani dengan sedikit pembukaan dari saya.
Apa yang membuatmu paling bahagia dalam perjalanan KIJkt3?
Apa tujuan hidupmu? Hal-hal kecil dan sederhana apa yang ingin kamu raih kelak?
Di Kelas Inspirasi Jakarta 3, kami menemukan apa yang kami pikir kami cari : belajar menjadi orang yang lebih baik.
Belajar berpikir baik-baik sebelum mengambil keputusan.
Belajar konsisten dan komit atas apa yang sudah diputuskan.
Belajar fleksibel ketika keadaan sudah tidak kondusif.
Belajar mengatakan tidak.
Belajar mengabaikan hal-hal negatif dan fokus ke hal positif.
Belajar mengesampingkan ego dan emosi pribadi untuk kepentingan bersama.
Belajar terbuka, tulus dan optimis di dalam situasi seburuk apapun.
Belajar untuk menyederhanakan kerumitan pikiran yang menyulitkan.
Belajar bahwa niat baik itu tidak selalu terbungkus dalam kemasan yang juga baik.
Belajar dewasa.
Belajar sabar.
Belajar minta maaf.
Belajar memaafkan.
Belajar mengumpulkan keping-keping pengetahuan yang berserakan.
Belajar mengaitkan satu keping dengan keping lainnya.
Belajar membentuk sketsa yang sedikit mirip ataupun dengan banyak modifikasi dan kombinasi.
Belajar mengerti karakter setiap pribadi.
Belajar memahami perbedaan di tengah visi yang sama.
Belajar membedakan “leadership” dalam karya ini dengan karya lainnya.
Belajar memotivasi team disaat diri sendiri perlu motivasi.
Belajar memahami dinamisnya karya ini.
Belajar memahami begitu besarnya harapan yang muncul dari karya ini
Belajar begitu berharganya setiap dampak yang terjadi dari karya ini
Belajar arti kata sukarela yang sebenarnya
Belajar arti kata sepenuh hati yang sebenarnya
Belajar arti kata bahagia yang sebenarnya
Proses belajar ini tidak mudah. Kadang harus ada beda pendapat, berantem, marah & tangis. Namun, energi positif di KI ada dimana-mana yang membuat proses belajar ini menjadi tidak terasa berat karena bahagia yang dijadikan bungkusnya. Apapun kejadiannya, teman-teman memberikan aura bahagia yang positif disitu. Energi positif KI selalu membuat kami bisa melupakan hal-hal negatif di sekitar kami. Saat kami selalu bahagia setelah meeting di Galuh atau virtual meeting akan selalu mengalahkan rasa terbeban karena capai dan kurang tidur.
Meeting Koordinator sampai jam 12 malam untuk memutuskan pergantian tanggal Hari Inspirasi |
Setelah ini, mungkin kami akan sibuk dengan rencana masing-masing. Menikah, berkeluarga, sekolah, buat usaha sendiri, pindah pekerjaan baru, backpacker keliling dunia. Mungkin kesibukan akan buat kami lupa dan jauh satu sama lain. Tidak apa, hidup adalah pencarian yang tak kunjung selesai.
Travelling sejatinya juga satu proses menemukan “rumah” dan mengajarkan arti tentang rumah. Seeksotis apapun tempat yang didatangi, segila apapun pengalaman yang didapat, tidak pernah mengalahkan rasa bahagia ketika menginjakkan kaki ke rumah. Bercerita tentang perjalanan tersebut dan bertemu orang-orang yang harap-harap cemas menunggu.
Analogi yang sama ini juga ditemukan di Galuh, di KI. Ada “rumah” dalam manifestasi yang lain.
Jika suatu hari tiba-tiba segala sesuatu terasa melelahkan dan sulit, kami bisa pulang ke “rumah KI” dan beristirahat sejenak. Menghirup energi positif dari setiap foto, tulisan, lagu dan cerita dari para panitia dan relawan. Re-charge.
Karena rumah sesungguhnya adalah rumah yang tidak melarang penghuninya untuk pergi namun mampu membuat merasa bersalah jika tak segera pulang.
Bagi kami, Kelas Inspirasi adalah rumah.
Rumah yang me-recharge baterai energi positif kita.
Bagi kami, bahagia itu sederhana.
Sesederhana menemukan orang lain yang punya tempat pulang yang sama.
Karena pulang itu selalu menyenangkan. Kemanapun definisi pulang itu sendiri.
Ditulis dalam grup chat WA & path oleh para koordinator #KIJkt3 yang kemudian disatukan dalam tulisan ini
- Yusa | Gea | Meylin | Vani | Stefy | Gita | Aan | Steph -
1 komentar:
faith in humanity restored. hmm...i know that feel git, gimana mindset pesimisme gue ditampar sama fakta klo msh banyak org baik yg ga diam :)
Posting Komentar