Minggu, 15 Desember 2013

Ketika 'Faith in Humanity Restored' (cerita tentang Festival Gerakan Indonesia Mengajar)

Saya yakin saya tidak sendiri. Generasi usia dua puluhan yang menikmati hidup di level maksimal. Yang punya banyak mimpi jalan-jalan ke luar negri, atau senang menghabiskan akhir pekan dengan jajan di tempat kuliner yang sedang ramai dibicarakan, atau sekedar diam di rumah rally nonton DVD serial populer. Yang memilih sibuk bekerja, meniti jenjang karir, menjadi yang terbaik, kerja keras, menabung demi masa depan. Yang terlalu lelah membaca berita dan menonton televisi karena isinya hanya seputar gosip, korupsi dan bencana. Yang memilih menjadi apatis.

Saya pikir semua orang ada bagiannya masing-masing. Yang idealis silakan menjadi idealis. Yang mau berpolitik silakan berkoar-koar. Yang nyinyir, silakan memaki-maki di media sosial. Yang mau cuek silakan juga, harus ada orang yang cuek supaya orang yang peduli terasa keberadaannya.

Lagi pula kalau berbicara soal bangsa negara, ujung-ujungnya ke masalah politik yang penuh dengan korupsi dan manipulasi. Melelahkan. Kebaikan untuk kepentingan publik sepertinya hampir tidak ada sama sekali. Figur pemimpin yang tidak menginspirasi, kasus korupsi di mana, mana, sekali kalinya ada hal baik eh ternyata ditunggangi kepentingan politik. Bantuan-bantuan atas nama tokoh tertentu, gerakan-gerakan yang ujung-ujungnya untuk tujuan tertentu. Melelahkan dan menyebalkan.

Semakin ke sini keadaan semakin buruk. Saya sempat berpikir bangsa Indonesia ini mungkin sudah sebegitu terpuruknya dan rasanya masa depannya suram sekali.  Saya cinta kok sama Indonesia. Tapi sepertinya tidak ada yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya. Menikmati hidup dengan jadi manusia baik yang tidak menyusahkan adalah usaha terbaik saya untuk memperbaiki negara ini. Cukupkah? Pastinya tidak, tapi ya sudahlah ya. Kan saya apatis.

Itu adalah saya tiga bulan yang lalu. Kalau sekarang? Saya memutuskan untuk berhenti menjadi apatis. Ini gara-gara saya ikut Festival Gerakan Indonesia Mengajar bulan Oktober lalu.

Jadi saya punya sahabat bernama Nagea yang sudah sering berkegiatan  bersama komunitas Indonesia Mengajar. Tahun ini mereka mengadakan acara Festival Gerakan Indonesia Mengajar (FGIM), sebuah kegiatan dua hari berupa kerja bakti bersama membuat alat bantu belajar untuk sekolah-sekolah yang ada di pelosok dengan akses informasi terbatas. Hasil dari dua hari kegiatan ini bermacam-macam. Mulai dari ensiklopedia, alat peraga sains, video profesi, video dongeng, video lagu anak dan lagu nasional, surat semangat dan paket buku-buku bacaan. Semuanya ini lalu dikirimkan ke sekolah-sekolah yang merupakan tempat relawan Pengajar Muda bertugas. Pengajar Muda sendiri adalah relawan program Indonesia Mengajar, program menjadi sukarelawan untuk mengajar di sekolah terpencil selama satu tahun.

Sekilas nampak seperti kegiatan yang sangat bagus, bermanfaat dan sangat menarik bukan? Nagea sudah mengajak saya berkali-kali untuk ikut serta sejak tengah tahun. Tapi saya yang apatis cuma memberikan seribu satu alasan untuk bilang tidak. Selain karena merasa kegiatan ini ada unsur kepentingan politiknya, saya malas saja. Hahaha.

Nah, Nagea ini kan sahabat saya dari kuliah yang seingat saya bukan tipe aktivis kampus dan bukan juga yang punya nasionalisme tinggi gitu. Sebagai panitia, menjelang hari H FGIM Nagea terlihat sangat bersemangat sekaligus pusing memikirkan teknis ini itu. Tapi bukan itu yang membuat saya heran, melainkan postingannya di media sosial mulai sedikit menjadi sangat nasionalis dan berwawasan kebangsaan. Hahaha. Sesuatu yang tidak saya sangka bisa keluar dari seorang Nagea. Nagea adalah gadis normal yang punya banyak penggemar dan sibuk memikirkan masalah hati atau mimpi punya pabrik coklat, kenapa bisa jadi begini? Hahaha.

Penasaran saya bertambah lagi ketika kemudian Nagea berhasil mengajak Dias, temannya yang juga teman saya, untuk membantu timnya di FGIM. Bayangkan Dias sebagai eksekutif muda penampilan necis dan waktu pas kuliah dulu, dia itu teman saya facial ke n**sha! Saya tidak pernah menyangka Dias ini bisa nyemplung di kegiatan semacam FGIM.

Akhirnya seminggu sebelum hari H, saya bilang ke Nagea untuk bersedia membantu di FGIM. Nagea adalah koordinator wahana Surat Semangat, jadi saya ikut bantu-bantu di wahana Surat Semangat. Dan setelah delapan hari bekerja bersama di lingkungan panitia FGIM ini, saya jadi paham betul kenapa Nagea dan Dias bisa jadi begini. Auranya positif sekali. Sangat positif. Tim Surat Semangat terdiri dari bermacam-macam orang, mulai dari mahasiswa gahul kocak, penyanyi ganteng, muda mudi galau sampai tante-tante hepi. Ok, ini definisinya mungkin agak lebay. Hahaha. Intinya, ini semacam mengumpulkan semua orang baik jadi satu (dan ternyata orang baik itu bentuknya macam-macam yes) dan ketika ini terjadi, ide apa saja bisa jadi kenyataan!

Ketika hari H, pengalamannya lebih luar biasa lagi. Saya bertemu rombongan anak seri rupa dengan pensil warna dan crayonnya, keluarga kecil yang membawa serta anak-anaknya, oma-oma yang harus pakai kursi roda, anak jakarta gaul dengan model rambut masa kini, anak band yang gaul betul, teman SMA saya yang dulunya anak dance nan gaul, mantan pacar saya yang gondrong dengan jins belel yang dulu kerjanya ngerokok dan minum doang, teman kantor saya orang finance yang bawel kalo soal uang-uangan, teman kuliah saya yang sekarang kerja di oil company asing dan dia datang membawa surat dari teman-teman kantornya! Terlalu banyak jenis orang di acara ini dan mereka datang ke sini dengan satu tujuan : mau membantu memperbaiki pendidikan Indonesia :)

Tim Wahana Surat Semangat

Saya adalah orang yang suka membuat stereotype. FGIM telah mematahkan semua stereotype yang pernah saya buat tentang orang-orang di sekitar saya. Bahwasanya setiap orang pastinya memiliki keinginan untuk berbuat baik terhadap sesama. Mungkin sudah dilakukan tapi saya tidak tahu, atau mungkin belum dilakukan karena tidak tahu harus ke mana dan FGIM adalah wahana yang tepat untuk menyalurkan kebaikan itu.

Singkat cerita, setelah FGIM berlalu, saya sempat berdiskusi dengan Nagea, Ais yang juga ikut membantu di Surat Semangat dan Dika, ex Pengajar Muda yang juga salah satu bosnya FGIM. Kita berdiskusi tentang dampak dari FGIM ini dan bagi saya yang sudah beberapa tahun jadi apatis, FGIM telah mencairkan keapatisan saya. Well, saya masih percaya sih apa pun yang terkait Indonesia Mengajar berpotensi ditunggangi kepentingan politik. Tapi sekarang saya tidak terlalu peduli lagi. Indonesia masih punya banyak orang baik, dan bila kebaikan itu dikumpulkan, perubahan sangat mungkin terjadi.

Oiya, soal Wahana Surat Semangat, jadi ini wahana untuk orang-orang mengirimkan surat kepada murid dan guru di sekolah terpencil. Sampai saat ini sudah ada surat yang dibalas loh :)

salah satu surat dari relawan FGIM :)
Surat yang sudah dibalas!

Nagea dan Dias telah menginspirasi dan menggerakan saya untuk kembali mau berpikir dan berbuat untuk kepentingan orang banyak. Saya pun juga harus bisa menginspirasi orang lain. Bila setiap orang baik bisa menginspirasi orang lain untuk berbuat kebaikan demi kepentingan bersama, tentu Indonesia bisa jadi lebih baik. Dan memang benarlah adanya pepatah "Mulai dari sekarang, mulai dari diri sendiri!" Saat ini saya sudah punya beberapa hal di kepala mengenai membuat Indonesia bisa jadi lebih baik. Semoga ini bukan sementara, dan semoga benar ada kelanjutannya.

Kesimpulannya?
Faith in humanity : Restored!

[ ]

Selasa, 03 Desember 2013

Buat Ning




Pasti datangkah semua yang ditunggu
Detik detik berjajar pada mistar yang panjang
Barangkali tanpa salam terlebih dahulu
Januari berjajar di tembok itu jua
Lalu Desember..
Musim pun masak sebelum menyala cakrawala
Tiba-tiba kita bergegas pada jemputan itu

Sapardi Djoko Damono

Sabtu, 23 November 2013

Mendaki Semeru, Mengalami Mahameru

Sejujur-jujurnya naik gunung tidak pernah menjadi pilihan liburan sampai bulan Mei lalu saya naik gunung Rinjani. Hahaha. Kepuasan batin dari naik gunung itu lumayan adiktif. Makanya di bulan Juli, ketika Octa muncul di halaman facebook dengan ajakan naik gunung Semeru, tanpa pakai mikir (seperti biasa ya Git :3) saya langsung mengiyakan. Lagi-lagi tanpa tahu kalau Semeru ini gunung tertinggi di Jawa. Hahaha.

Rombongan pendaki kali ini cukup bervariasi. Saya diajak Octa, Octa mengajak teman NAVnya David, Hana dan Ruli, dan juga teman Mandirinya Chris, Cindy, Dharma. Ruli mengajak adik dan sepupunya: Ricko dan Sri. Hana mengajak teman SMA nya : Bastian. Chris mengajak adiknya : Aldian. Jadi total kita ber 12. Rame ya  :)

Atas permintaan Octa, saya dengan agak malas-malasan  senang hati mencoba menceritakan trip kali ini sebaik mungkin. Hahaha. Janjinya sih Oktober kemaren. Tapi ya namanya juga manusia, tempatnya khilaf dan lupa (bukannya salah dan dosa ya?).

Meeting point kita adalah kota Malang. Bagaimana cara pergi ke Malanng?
1. Naik kereta dari Jakarta. mulai dari matarmaja 65 ribu sampai Gajayana 300 ribu.
2. Naik pesawat langsung ke Malang. Sekali jalan dari mulai 500an sampai 1 jutaan tergantung promo.
3. Via Surabaya bisa naik kereta dengan harga hampir sama dengan kalau ke Malang, atau naik pesawat dengan harga normal sekitar 500 ribuan. Dari surabaya ke Malang bisa pakai travel yang ada di bandara sekitar 90ribuan tapi biasanya harus pesen dulu, atau dari situ naik taksi ke terminal (sekitar 50-60ribuan) dari terminal naik bis ke malang tapi jalannya nunggu penumpang dulu, itu sekitar 20 ribuan.

Oiya, di terminal kalo bingung jangan langsung percaya sama orang kalo dibilang bisnya baru datang 4-5 jam lagi. Soalnya buntut-buntutnya dia nawarin travel yang harganya ga masuk akal juga. Hahaha. Cari aja itu mesti ada kok bisnya, sekalipun itu jam dua pagi. Hehehe.

Jadi waktu itu rombongan terbagi dua, yang datang dari Surabaya dan yang langsung ke Malang. Dengan waktu kedatangan berbeda-beda singkat cerita kita semua berhasil berkumpul semua sekitar jam 11 di stasiun Malang. Daaaan petualangan dimulai! Uhuy :)

Dari stasiun Malang, kita nyarter angkot 120 ribu rupiah untu mengantar kita ke Tumpang. Dari Tumpang, kita menyewa lagi jip untuk membawa kita ke Ranupani, 500 ribu rupiah. Ranupani itu pos pelaporan terkahir sebelum memulai pendakian. Bener ga si ini bahasany? Hahaha.




Dari Malang ke Tumpang sekitar 1 jam, dari Tumpang ke Ranupani itu sekitar 2 jam. Kita sampai di Ranu pani sekitar pukul tiga sore. Karena sedang bulan puasa, suasananya sepi. Sempat makan-makan dulu, istirahat, re-packing, sambil menunggu penjaga pos datang. Kita harus mendaftar dulu dan membayar biaya administrasi yang saya lupa berapa. Hehehe. Kita juga memutuskan untuk menggunakan jasa porter karena jumlah orang yang banyak dan logistiknya lumayan banyak juga. Hehehe. Porter itu sektiar 125 ribu sehari.



Jam empat sore kita mulai jalan. Kita berencana untuk kemping di danau legendaris Ranu Kumbolo. Perjalanan sekitar empat jam dari Ranupani ke ke Ranu Kumbolo. Tracknya gampanglah. Sampai satu jam pertama, jalannya masih paving blok. Jam kedua mulai turun hujan gerimis. Tapi di jam terakhir udara bagus dan kita bisa selamat sampai ke Ranu Kumbolo. Dingin banget nget nget. Pinginnya adalah cepat makan dan tidur. Hahaha.

Ranu Kumbolo

Besok paginya, itu adalah salah satu pagi yang paling menyenangkan. Bangun pagi melihat danau yang diselimuti kabut. Mistis.





Tujuan hari itu adalah mencapai Kalimati. Perjalanan paling lama sekitar 5-6 jam. Pukul 10 siang kami berangkat. Dari Ranu Kumbolo kita melewati beberapa tempat berikut :

Tanjakan Cinta

Konon katanya kalau kita bisa menaiki tanjakan cinta ini nonstop dengan kepala lurus ke depan tanpa menoleh ke belakang, nah jodohnya segera datang tuh. Well, saya sih ceritanya kemarin bisa tuh jalan nonstop gitu. Semoga jodohnya cepet dateng yes. Hahaha.

Oro-oro Ombo





Oro-oro ombo adalah hamparan tanaman Verbana brasiliensis yang ada di balik bukit tanjakan cinta. Cantik sekali dengan warna ungu di mana-mana. Banyak foto narsis di sana tapi ya sudahlah ya. Hahaha.

Cemoro Kandang

Arti namanya adalah pohon cemara yang dikandangin, hahaha. Setelah melintasi oro-oro ombo, kita mulai menanjak naik melewati hutan cemara.




Setelah sekitar 3 jam mendaki cemoro kandang, yang kalau tidak salah banyak sekali istirahatnya sampai kita di Jambangan.

Jambangan

 Dengan langit yang bersih, kita bisa melihat si ganteng Semeru dari sini. Masih ada satu jam lagi dari Jambangan ke Kalimati dan kita agak santai karena waktu masih menunjukan jam setengah dua siang.



Kalimati

Dan akhirnya Kalimati :) Kita sampai ke Kalimati jam tiga sore. Setelah pasang tenda lalala lili kita sempat juga mengambil air. Saya menikmati sisa hari itu. Kalimati adalah tempat yang manis dan damai.






Summit Attack

Tibalah saat yang dinanti nanti. OK. SUMMIT ATTACKNYA SEMERU ITU 100% BIKIN NANGIS !
Ok mungkin itu agak lebay. Hahaha. Tapi sejauh yang saya ingat yang saya ingat hanya pasir,  delosor ke bawah, kehabisan nafas. Hahahaha. Dan itulah yang saya lalui selama 8 jam saudara-saudara!

Dan jam setengah 8 pagi akhirnya saya sampai di puncak semeru : Mahameru
Rasanya...
Hmmm..
Hening.

Kadang-kadang sesuatu yang kita alami terjadi sangat sangat sangat emosional sehingga begitu giliran harus menceritakan di sini, malah jadi bingung.
Setelah lima menit mengatur nafas lalu memandangi sekitar untuk mengagumi, barulah foto foto narsis.






Dan perjalanan pulang dari puncak ke bawah itu lamaaaa sekali karena kaki saya bengkak dan berjalan sangat-sangat lambat. Kita baru sampai lagi ke Kalimati jam 1 siang.

Satu hal yang menjadi pengalaman berharga dari summit attack kali ini adalah, kalau menurut saya, belajar untuk tidak egois. Jadi rombongan terpecah menjadi tiga. Yang cepat, yang sedang-sedang saja, dan yang lambat. Ternyata rombongan yang lambat dan tertinggal di belakang benar-benar tertinggal di belakang dan sedikit agak terabaikan dengan minuman dan makanan yang tidak memadai. Dan konyolnya, saya yang ada di rombongan sedang-sedang saja tau kondisi mengenaskan rombongan yang lambat dari pendaki lain. Setelah sedikit agak drama, untunglah semuanya bisa selamat sampai kembali ke Kalimati. Saya rasa intinya adalah jangan egois dan pengendalian diri. Tahu kapasitas diri sendiri dan lebih peduli dengan teman-teman satu tim. Saya sempat ditegur oleh pendaki lain ketika  "drama" terjadi. Hahaha. Malu sih sebenarnya. :(

Setelah semua menenangkan diri, beberes dan bersiap-siap. Jam tiga sore kita jalan kembali ke Ranu Kumbolo dan baru sampai di situ jam tujuh malam.

Keesokan paginya, itu adalah pagi paling indah sejagat raya :)
Ranu Kumbolo di sebuah pagi yang cerah secerah-cerahnya :)




Jam sembilan pagi kami jalan kembali ke Ranupani. Pemandangan di jalan pulang ternyata sangat menyenangkan juga. Aneh sekali ya rasa capek mau mati yang saya rasakan waktu summit attacks menghilang entah ke mana. Hahaha. Kita sampai kembali ke Ranupani dengan berapa kali berhenti beristirahat sekitar jam 2 siang. Oiya, semua sampah-sampah kita selama ngecamp di atas harus dibawa balik ke Ranupani ya :)



Daaaaan berakhirlah perjalan Semeru. Sesampainya di Ranupani, mobil jip yang janji akan menjemput kita ternyata tidak muncul, akhirnya kita balik ke Tumpang menggunakan truk barang, satu orang kalau ga salah cuma 20-30ribu rupiah. Dari Tumpang, kita charter angkot lagi ke Malang dan diantar sampai terminal.

Semeru itu... penuh kejutan. Kalau lihat dari pemandangannya sih saya lebih senang Rinjani. Tapi kalau untuk pengalaman dan sensasinya, Semeru benar-benar berkesan. Selama perjalanan mendaki Semeru, banyak berkontemplasi. Oiya, bareng bersama rombongan kita adalah keluarga kecil dengan dua anak yang masih SD yang pergi mendaki walau hanya sampai Kalimati. Itu menyenangkan sekali nampaknya. Dear futurehusband, kita kayak gitu juga ya ntar. Hahaha.

Suka mencoba hal baru? Mau uji stamina? Limited budget tapi haus petualangan. HARUS banget masukin Semeru di wishlist jalan-jalan kamu :)

[ ]

Selasa, 19 November 2013

#11 Overland Flores - Bagian 5 : Bye Bye Flores (SELESAI)

Ini adalah tulisan tentang catatan perjalanan saya November lalu ke tanah Flores. Bagian pertama, kedua, ketiga dan keempat bisa dibaca di sini.

19 November 2012

Tidur di dalam kapal itu sangat panas. Pukul dua pagi saya terbangun dan memutuskan tidur di dek kapal saking panasnya. Karena tidur di udara terbuka, pagi sekali saya sudah terbangun dan menyaksikan pagi yang sangat syahdu (bahasanya git..). Gunung, danau yang sepi, suara burung, dan sinar matahari yang perlahan terik. Bahagia itu sederhana yak :)




Agenda hari ini adalah melihat komodo di Pulau Rinca, kembali ke Labuan Bajo, mengunjungi Gua Batu Cermin, beli oleh-oleh dan kembali ke jakarta via Denpasar. Akhirnya liburan ini selesai juga.

Komodo di propinsi NTT itu cuma ada di beberapa pulau. Pulau Rinca adalah salah satu pulau dengan populasi komodo paling banyak. Jumlah komodo di Rinca itu lebih banyak dibandingkan di pulau Komodo. Menurut ranger di Rinca, karena populasinya lebih banyak, komodo di Rinca lebih kecil dan lebih lincah karena persaingan perebutan makanannya lebih keras dibandingkan kalo di pulau komodo.

Medan tracking di Pulau Rinca lebih seru dan menurut saya sih lebih informatif. Ada papan peta trackingnya, dan juga ada "koleksi" rangka binatang yang menjadi korban keganasan komodo. Hahaha. Mulai dari kancil, kerbau, kuda (!)





Pagi itu kita cukup beruntung karena ketemu cukup banyak komodo. Salah satu komodonya ada yang berpose pulau. Jadilah kita bisa punya foto kece bareng Komodo.



Oiya, fun fact. Hari itu Bita lagi dapet. Harusnya kalau lagi mens itu ga boleh deket-deket komodo karena komodo ini peka sama bau darah dan bau makanan. Bita pake celana dobel entah berapa dan pake celana olahraga yang ketat, plus jaga jarak sama si komodo. Ga mau deket-deket. Tidak ada tanda-tanda komodo-komodo yang kita temui mencium sesuatu sih, mereka santai-santai aja. Tapi menurut saya itu bukan untuk ditiru. Mungkin hari itu kita cuma beruntung saja, kita ga tahu kan kalau ternyata ada apa-apa di lain kesempatan.

Di Pulau Rinca ini banyak spot foto keren. Salah satunya foto yang di bawah ini. Hampir semua temen-temen gw yang ke sini pasti foto di spot ini. Kebetulan waktu kita ke sana tahun lalu memang lagi musim kering, jadi rumputnya warna coklat. Coba bayangin deh kalau warnanya hijau semua :)




Di sini kita cukup beruntung. Selain bisa melihat sisa sarang komodo waktu dia bertelur, anak komodo, kita sempet aja gitu melihat komodo berantem gara-gara rebutan betina. Hahaha.


Selesai dari Pulau Rinca, kita masih punya satu kesempatan lagi untut snorkeling! Yeay yeay :)
Spot snorkeling nya sangat sangat sangat sangat bagus. Ini namanya snorkeling sensasi diving. Karang warna warni, ikan warna warni di kedalaman 1-2 meter. Kulit hitam gosong ga masalah. Menikmati hari terakhir di Flores dengan bersenang-senang menikmati jernihnya air dan birunya langit! 





Sekitar pukul setengah 11 siang kita sudah merapat kembali ke Pelabuhan Labuan Bajo. Satu lagi tujuan wisata, eh dua deng, sebelum kita terbang kembali ke Denpasar untuk kemudian pulang ke Jakarta adalah : gua batu cermin dan beli oleh-oleh!

Gua Batu Cermin ini sekitar 30 menit naik mobil dari pelabuhan. Tempatnya cukup rapih dan ketika datang sudah ada guide yang menemani kita untuk berjalan mengelilingi gua. Kita juga dikasih helm untuk melindungi kepala. Jejak petualang banget deh.



Dinamakan gua batu cermin karena batu-batuan di gua ini mengandung semacam kristal, sehingga dalam kondisi tertentu bagian dalam gua nya itu bisa berkilat-kilat macam cermin. Oiya, jaman dahulu kala, tempat ini itu adalah lautan, diperkuat dengan fosil ikan yang kita liat di dinding gua. 

Sayang karena keterbatasan kemampuan kamera, foto-foto di tempat ini ga begitu banyak. Di dalam gua ini selain bisa melihat kilatan pasi kaca di dinding gua, ada juga laba-laba buta yang merupakan penghuni gua, lalu ada juga stalamit yang bentuknya sedemikian rupa sehingga menyerupai bunda Maria, jadi gua ini juga kerap dijadikan tempat berdoa.

Dan akhirnya, sampailah kita di destinasi terakhir : TOKO OLEH-OLEH. Ga tahu namanya apa, spanduk segede gaban di pintu cuma menulis "SOUVENIR SHOP. Oleh-oleh Khas Flores" hahaha ga membantu bangets. Toko ini deket bandara. Cukup lengkap dan komplit dan bisa bayar pake kartu. Hahahaha.



Daaaaan setelah selesai belanja, kita langsung ke bandara. Kita balik pake Trans Nusa ke Denpasar. Di Denpasar kita sempet pijet dulu  hahaha sebelum akhirnyajam 7 malam balik ke Jakarta.

Ok. Budget. Ini salah satu trip paling menyenangkan dari segi budget. Untuk paket selama di Flores, kita make jasa guide paling oke sejagad raya : Teddy Aimbal (teddyaimbal@yahoo.com). Dari Maumere sampe Labuan Bajo lengkap dengan penginapan, kendaraan, sopir, bensin, tidak termasuk makan siang selama perjalanan darat, untuk 6 hari 5 malam kita ber 4 dibebankan biara Rp 14 juta rupiah. Jadi satu orang kena kira-kira 3,5 juta.
Tiket Jakarta-Denpasar sekitar 1 juta. Tiket Denpasar Maumere sekitar 1 juta, Tiket Labuan Bajo Denpasar sekitar 800 ribu. Jadi Ditambah belanja lalala lilili, saya cuma habis Rp 7 juta rupiah. Tapi kayaknya hari gini harganya ga mungkin segitu lagi sih.

Flores adalah kebanggan Indonesia. Saya jatuh cinta pake banget. Konon katanya Sumba jauh lebih bagus. Oleh karena itu tahun depan saya sudah berencana buat menyambangi Sumba! 

Kesimpulannya? Punya uang lebih, bisa cuti lama, harap segera masukkan Flores di wish listmu! Ga akan Nyesel! 


Bersama Teddy dan driver yang lupa siapa namanya :p

Selasa, 12 November 2013

Lelah

Jadi begini.
Hari ini saya merasa sangat-sangat lelah. Seperti banyak hal yang belum saya selesaikan dan entah saya masih punya energi atau tidak untuk menyelesaikannya.

Saya seperti tidak ingin melakukan apa-apa dulu dan menghabiskan waktu di kamar mandi menangis sambil sabunan. Manusiawikah ini? Wajarkah ini? Harusnya iya kan ya?'

Ya sekian sajalah. Sudah lama tidak mencurahkan isi hati di blog pribadi. Hahaha.

Kamis, 19 September 2013

#11 Overland Flores - Bagian 4 : Bertemu Komodo!

Ini adalah tulisan tentang catatan perjalanan saya November lalu ke tanah Flores. Bagian pertama, kedua dan ketiga bisa dibaca di sini.

18 November 2012

Pagi ini kita bangun dengan perasaan sangat-sangat bersemangat. Selain karena akhirnya kita bisa menikmati kasur super empuk dan pemandangan pagi yang ciamik di Hotel Jayakarta Labuan Bajo, agenda hari ini super menarik. Main di Pink Beach dan melihat Komodo! Yeay :)


Pantai yang ada di hotel Jayakarta kalau tidak salah baru indah untuk matahari tenggelam. Waktu saya turun untuk main-main di pantainya, hari sudah agak siang. Okelah hotelnya, kalau mau tempat tinggal yang rapih bersih dan elegan, hotel ini sangat recommended. Ya iyalah, berbintang git..


Suasana pantai yang sedang surut di pagi hari.



Bagian hotel yang menghadap ke pantai. Kolam renangnya bikin pingin nyebur!
Sekitar pukul setengah sembilan, kita dijemput untuk menuju  ke Pelabuhan. Jadi nanti untuk menuju ke Pulau Komodo, kita akan menggunakan kapal malam ini kami akan bermalam di atas kapal. Kita berempat benar-benar bersemangat!

Pelabuhan Labuan Bajo merupakan jantung kehidupan kota Labuan Bajo, tempat yang paling ramai. Kalau mau cari restoran atau toko-toko gitu ya di sekitar pelabuhan ini sih. Di sana selain tempat datang perginya barang-barang utama untuk menunjang kehidupan macam makanan, minuman dan barang dagang lainnya, pelabuhan ini juga merupakan satu-satunya pelabuhan yang bisa digunakan  kalau kita ingin menuju Pulau Komodo.

Sepanjang pelabuhan ini banyak sekali kapal-kapal yang memang ditujukan untuk wisata. Jadi kapal ini menyediakan kamar tidur dan di bagian atasnya ada tempat duduk dan meja untuk makan-makan. Hari ini agendanya adalah snorkeling ke Pink beach, tracking di Pulau Komodo, lalu bermalam di dekat Pulau Rinca. Yak betul, malam ini kita tidur di atas kapal!

Pelabuah Labuan Bajo dari atas bukit

Pose dulu di depan kapal yang akan kita naiki :p
Kita berangkat sekitar pukul 10 pagi. Lautnya tenang. Pemandangannya menyenangkan, di beberapa tempat, air lautnya bening, saking beningnya kita bahkan bisa lihat coral-coral di bawahnya. menyenangkan sekali lah pokoknya.


Mari kita berlayar!


Air yang bening, bukit yang cantik

Sejauh mata memandang..
Dan akhirnya sampai jugalah kita di pantai legenda yang kerap menjadi buah bibir orang-orang yang baru balik dari Komodo : Pink Beach! 

Untuk menjaga kelestarian terumbu karang di sekitar pink beach, kapal dilarang merapat ke pantai, jadi kita harus berenang dari kapal menuju pantai. Pink beach ini baguuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuus banget! Pokoknya salah satu pantai paling seksi yang pernah saya datengin. Kita snorkerling dan dilanjutkan dengan  foto-foto pantai ala kalender seperti biasa. Snorkelingnya itu effortless banget. Airnya bening dengan terumbu karang warna warni dan ikan di mana-mana. Pantainya bersih dengan pasir berwarna putih kemerahan, sehingga kalau dari jauh atau kalau difoto, warnanya pink. Warna pink ini berasal dari perpaduan pasir di pantai dengan sisa-sisa coral berwarna merah dari dalam laut yang terbawa ombak. Cantik banget deh pokoknya.

Pink beach. Benar-benar Pink!

Ini dia penyebab warna pink nya ;)

narsis bentar ya hahaha
Foto special edition nih. Hahaha. Bikininya uda ga ada lagi, terbang pas dijemur di kapal.

The usual beach pose :p
Pokoknya kita puaaaaas banget sama pink beach ini, rasanya kayak ga mau balik ke kapal. Hahaha. tapi karena laper, jadinya ya balik lagi ke kapal sih buat makan siang. Walaupun makannya di atas kapal, tapi percayalah makanannya enak-enak loh. Kayak makan di restoran. Habis snorkeling, dingin-dingin, dikasih makanan enak, terus makannya sambil ngeliatin laut yang airnya biru dan bening itu surga kawan. Hehehehe.

Sore sekitar pukul tiga, kita akhirnya sampai di Pulau Komodo. Kapal bersandar di darmaga dan kami turun. Jadi inilah tempatnya ya, Pulau Komodo yang dinominasikan sebagai salah satu keajaiban dunia :)


Sandaran kapal menuju pulau Komodo

Selamat datang di taman Nasional Komodo!
Karena paket yang kita ambil sudah termasuk tiket masuk, jadi datang-datang kita tidak usah mengurus daftar mendaftar lagi. Pada saat kita datang, kebetulan ada komodo betina yang lagi nognkrong di bagian depan. Kata penjaganya kita cukup beruntung, karena ketika datang, ada komodo yang berkeliatan d sekitar pintu masuk. Kita pun mengambil foto di komodo, tapi sungguh itu agak ngeri. Takut tiba-tiba doi loncat lalu merekam. Hahaha. Tak lama, kita langsung mendapatkan guide, atau istilahnya ranger, yang akan mengantar kami mengelilingi Pulau Komodo. 

Foto sama komodo nya jarak min 1.5 m hihihi


Siap berangkat pak ranger!
Sebelum berangkat, kita dikasih penjelasan tentang hal-hal apa saja yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan di sana. Ga boleh lari-lari, ga boleh bawa makanan, dan kalau lagi menstruasi harus bilang. Komodo ini peka sekali dengan bau makanan, daging segar dan darah. Serem dah pokoknya.

Selain Komodo, di pulai ini juga tinggal beragam jenis binatang lain. Ada babi hutan dan rusa, yang notabene adalahah makanan si komodo. Ada juga berbagai macam serangga dan burung. Dalam perjalanan mengelilingi Komodo kita sempat bertemu dengan rusa, babi hutan, kancil dan tentu saja si komodo.


kancil

burung

babi hutan

burung lagi

rusa
Nah pas ketemu komodo, ternyata ga semenyeramkan yang kita kira. Dia cuma tiduran gitu ga bergerak kayak batang kayu. Rangernya menjelaskan kalau komodo ini memang memiliki trik demikian. Dia akan diam seperti itu sehingga si mangsanya tidak akan menyangka bahwa dia adalah ancaman. Ketika mangsanya sudah dekat, baru deh si komodo ini menggigit. Gigitannya tidak akan membuat korbannya langsung mati, tapi butuh beberapa hari. Komodo ini ga makan daging dari korban yang masih hidup. Nah karena digigit, bau darah dan daging segar kan akan menyebar di udara, komodo-komodo lain akan datang mendekat. Jadi biasanya, korban yang sekarat akan dikelilingi oleh banyak komodo yang menunggu dia mati. Begitu mati, baru deh diserbu dan dimakan rame-rame. Serem ya. Tapi itu loh yang paling engga banget, menipu hewan lain supaya disangka bukan hewan berbahaya. 

Si komodo pemalas

nyaru di antara pepohonan

Foto bersama si komodo dari jarak aman. Hahaha.
Ini adalah satu-satunya komodo yang kita temui sore itu sepanjang tracking di Pulau Komodo. Selain komodonya, Pulau Komodo itu sendiri adalah pulau yang sangat indah dan eksotis. Kita menyempatkan diri untuk berfoto-foto di puncak bukit sebelum kembali ke kapal.

Pulau komodo!

memandang masa depan (?)
Kejutan menyenangkan adalah ketika kita sampai di pos awal dekat dermaga, kita bertemu kawanan komodo lagi! yeay! Jadi di salah satu rumah panggung yang ada di dekat pos, ada yang sedang memasak. Karena mencium bau masakan, si komodo-komodo ini datang dan berkerumun tepat di bawah rumah panggungnya. Berharap mendapat makanan. Dasar pemalas. 


Komodo kelaparan!
Ketika kita meninggalkan pulau Komodo, hari sudah cukup sore. Tujuan selanjutnya adalah Pulau Rinca, tempat kami bermalam sekaligus merupakan destinasi terakhir trip ini. Pemandangan sore ini adalah salah satu pemandangan yang tidak akan pernah saya lupakan. Kita duduk di dek paling atas ditemani pisang goreng dan teh panas sambil menikmati langit yang makin lama makin jingga, menunggu matahari terbenam. 

Rasa nasionalisme tiba-tiba naik ke level maksimal. Nyanyi nyanyi lagu nasional sambil menikmati langit sore. Hahaha.

pisang gore, teh, dan matahari tenggela,

Indonesia tanah air beta!
Hari yang cukup melelahkan. Setelah kapal sandar, kita segera makan malam dilanjutkan dengan sesi curhat. Hahaha. Kesimpulannya hari ini  adalah hari yang memuaskan. Pink beach dan tracking komodo benar-benar bikin hati senang dan lupa sama capek-capek 3 hari kemari. Sekitar pukul sembilan kita pun tidur. Besok pagi, kita akan tracking lagi di Pulau Rinca. Katanya di sana komodonya lebih banyak dan lebih lincah. Mari kita lihat besok :)

[ ]


Tiga Puluh Tujuh

Sepuluh tahun berlalu sejak tulisan ini Dan ternyata di ulang tahun ke tiga puluh tujuh ini, gw masih meminta hal yang sama. Semoga diberi k...