Kamis, 27 Juni 2013

#11 Overland Flores - Bagian 2 : Kepulauan Riung - Sejengkal Surga di Kepulauan Riung

Ini adalah catatan perjalan saya ketika berwisata ke Pulau Flores bulan November kemarin.

16 November 2012

Bangun pagi dengan perasaan sangat bersemangat karena hari ini kita akan pergi snorkeling! Sarapan disediakan di penginapan. O iya, nama penginapannya adalah Pondok SVD Riung. Sarapannya lucu. Semacam pancake gitu tapi dicampur tomat lengkap dengan mentega dan selai. Agak absurd tapi ya sudahlah. Harus makan banyak biar kuat berenang. Heehehe.

Pancake tomat nangka!  Rasanya?Absurd.

Sekitar jam delapan kita berangkat menuju dermaga. Sebelumnya kita mampir dulu ke tempat peminjaman fin dan snorkeler nya. Pagi,pagi, airnya surut. Dermaganya tidak terlihat begitu menarik sih. Saya sempet dehg-degan, kok gersang amat ya.

Desa nelayan sepanjang jalan menuju ke dermaga

Dermaga yang gersang itu
Tapi kekhawatiran saya sirna perlahan seiring dengan melajunya kapal. Nama kepulauan ini adalah kepulauan Tujuh Belas. Tidak ada kaitannya dengan jumlah pulau di kepulauan ini, tapi ini menyesuaikan dengan tanggal kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus. Pemilihan nama ini juga merupakan bentuk penghormatan unuk Bung Karno. Beliau pernah diasingkan di Flores, dan dari Flores inilah beliau terinspirasi untuk membuat konsep Bhinneka Tunggal Ika. Di Flores, ada 9 suku berbeda yang berbicara dengan bahasa yang berbeda pula. Namun mereka tetap dapat hidup damai berdampingan.

Saya terkesan dengan cerita Teddy soal latar bekalang nama Kepulauan Tujuh Belas ini. Sangat nasionalis. Yang sayangnya tidak dihargai sepadan walau hanya dengan memberikan akses listrik 24 jam ke daerah ini.

Setelah menempuh perjalan sekitar tiga puluh menit, hawa-hawa nyemplung mulai menguat. Air di kepulaun ini jernihnya bukan main. Rasanya ingin segera nyemplung ke air.

The sky reflection
Dan kita merapat ke salah satu pulau, namanya pulau Tiga. Dinamakan demikian karena pulau ini memiliki tiga puncak bukit. Tidak ada siapa-siapa di situ, hanya kami rombongan wisatawan yang bermain di situ. Serasa pulau pribadi! Foto session dulu lah kami sebelum nyemplung buat snorkeling.





Masih belum puas foto-foto tapi sebelum matahari semakin naik, kami memutuskan untuk mulai snorkeling. Dan ketika saya mulai snorkeling, jeng jeng jeng. Ini JAUH LEBIH BAGUS daripada snorkeling di Derawan! Benar-benar puas. Karena masih alami dan jarang dijamah manusia, ekosistem di bibir pantainya masih terjaga. Banyak rumput laut dan ikan ikan kecil berenang di perairan dangkal. Enak banget deh snorkeling di sini :)



Sempat ada tragedi google saya jatuh ke dasar yang cukup dalam Hebatnya, bapak tukang perahu yang membawa kami bisa menemukan dan mengambil google saya ini dalam waktu 10 menit padahal kita-kita sudah nyerah mencari selama 30 menit. Hahaha.

Dari pulau Tiga, kita meluncur lagi ke satu pulau yang saya lupa namanya apa. Di situ kami snorkeling lagi dan tentu saja kemudian foto-foto lagi. Pemandangan alamnya luar biasa indah! Susah move on dari sini. Hahaha.





Puas bermain-main, waktu sudah menunjukan pukul setengah 11. Kami harus segera bergegas kembali karena setelah makan siang masih ada 6 jam perhalanan menuju Bajawa untuk kami bisa melihat desa adat. Sebelum pulang, kami mampir dulu ke pulau yang bernama Pulau Kalelawar karena di sana isinya kalelawar semua. Hahaha. Karena itu siang hari, maka para kelelawar ini lagi boci : bobo ciang. 



Dan akhirnya, selesai sudahlah petualangan air di hari itu. Kapal membawa kami kembali ke dermaga.


Happy face after snoerkling!
Waktu kita kembali, air diermaga sudah pasang. Ternyata kalau ada airnya, dermaga ini OK juga.


Sampai di penginapan, kami bergegas mandi dan mempacking barang-barang kami. Habis snorkeling, keramas, luistrik mati, rambut saya jadi acak adut. Hahaha. Sekitar setengah 1 siang kami check put sekalian maan siang di restoran tempat kami makan malam. Enak semua makanannya! Mungkin karena faktor kelaparan sehabis snorkeling tadi. Hahaha. Oiya, nama tempat makannyaitu Cafe Del Mar.

sluuurrppsss!

Cafe Del Mar!

Sesi foto dulu lah sebelum pulang. Hehehe.
Dengan perut kenyang, kami meninggalkan Riung menuju ke Bajawa. Di Bajawa, esok pagi, kami akan mengunjungi Desa Adat Bajawa. Karena lelah sepagian main air dan bersenang-senang di pantai, kami semua lebih banyak tidur sepanjang perjalanan. 

Sore sekitar jam empatan, mobil kami sempat berhenti di sebuah desa untuk memberi waktu sopir beristirahat. Kami sempat bermain-main dengan anak-anak sekitar. Kami membagikan sebagian makanan kecil yang menjadi stok bekal di mobil plus mengajak mereka bernyanyi. Kondisi mereka memprihatinkan, jarang mandi, dekil dan berdebu. Air tampaknya masih jadi barang langka di daerah ini :(

Kids of Flores!
Sekitar pukul lima, kami singgah di sebuah pemandian air panas alami bernama "Mengeruda". Ini benar-benar alami. Jadi ada sumber air panas yang langsung  dialirkan oleh sungai, dan oleh pemerintah dibuar sedemikian rupa sehingga ada kolam dan jalur sungainya memungkinkan pengunjung untuk bisa berendam santai di sisi pinggirnya. Badan pegal-pegal karena snorkeling jadi rileks setelah berendam air panas. Liburan kali ini benar-benar luar biasa. Naik gunung, snorkeling, dan sekarang mandi air panas!



Pukul sembilanan malam akhirnya kami tiba juga di Bajawa. Tempat penginapan kami bernama Vila Silverin. Kami diberi kamar yang menghadap ke Timur, supaya nanti bisa melihat pmandangan matahari terbit. Tempat menginapnya OK, bersih dan nyaman. Paling cuma banyak serangga di waktu malam. Oiya, ini juga termasuk dataran tinggi, jadi lumayan dingin hawanya.

Sekian cerita hari kedua. Secara keseluruhan kami semua sangat happy dengan hari ini. Kepulauan Riung benar-benar indah tiada tara. Setengah hari menghabiskan waktu di atas pasir lengkap dengan air jernih dan langit biru benar-benar orgasmik. Suatu saat nanti saya pasti akan kembali ke Riung!

bersambung..

*Foto-foto berasal dari koleksi saya, Inu, Bita, Sapri, hasil jepretan kita berempat. Hehehe.
** Bagian pertama tulisan ini bisa dilihat dengan mengklik di sini

Rabu, 26 Juni 2013

#11 Overland Flores - Bagian 1 : Kelimutu Plus Plus

Sebenar-benarnya saya pergi ke floresnya sudah hampir 7 bulan yang lalu. Tapi hasrat untuk menulis cerita perjalanan kemarin itu baru muncul ya tadi pas saya lagi mandi. Hahaha. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Hehehe.

Sekedar menjelaskan. Resolusi saya tahun 2012 lalu adalah pergi ke 12 tempat wisata baru, baik domestik maupun internasional. Absen dulu : Pulau Tidung, Teluk Kiluan, Bangkok, Capetown dan Knysna - Plettenberg. Medan, Singapura, Derawan, Pulau Pramuka, Semarang. Dan inilah tempat ke sebelas : FLORES!!

Bagi yang kurang paham letak Flores itu ada di Indonesia bagian mana, ini saya kasih peta dari halaman facebook saya. Bisa dilihat bahwa ada 890 foto lebih yang dihasilkan selama kita jalan-jalan ke situ. Hahaha.



Perjalanan ini sedikit agak tidak terduga. Tidak pernah terlintas di kepala saya bahwa saya akan jalan-jalan ke Flores. Saya pertama mendengar keindahan Flores dari kawan-kawan trip Derawan. Menurut mereka, Flores itu jauh jauh jauh lebih bagus daripada Derawan dan merupakan tempat yang WAJIB dikunjungi. Tapi sedikit agak mahal dan harus menabung.  

Lalu suatu hari sekitar bulan September, kawan kuliah saya Bita tiba-tiba mengajak saya untuk join trip ke Flores bersama Inu dan Sapri bulan November. Saya masih agak ragu karena itu sekitar 6 minggu lagi dan saya belum mengajukan permohonan cuti. Setelah berpikir cukup lama dan menghitung-hitung cashflow, kayaknya saya masih sanggup nih. Hahaha. Kebetulan bulan September itu adalah bulan terakhir saya harus membayar cicilan tiket jalan-jalan ke Capetown bulan Mei kemarin, jadi agak berasa punya duit. Hahaha.


Anyway, keputusan untuk ikut trip ini benar-benar salah satu keputusan impulsive-namun-cerdas saya di 2012.  Saya sangat tidak menyesal sama sekali. Makasih banget banget kepada Inu Bita Sapri yang kepikiran untuk mengajak saya. Hehehe.

Pengeluaran pertama adalah tiket pesawat. Ini lumayan agak mahal karena saya belinya mepet mepet.

1. Tiket Jakarta-Denpasar PP 1,3 juta. Kalau dapet promo, bisa cuma setengahnya. Inu, Sapri, Bita naik garuda dengan harga 700 ribu rupiah saja loh.
2. Tiket Denpasar - Maumere : Wingsair sekitar 1,2 juta. Wajar sih mahal, Maumere itu jauuuuh banget.
3. Tiket Labuan Bajo - Denpasar : Transnusa sekitar 700 ribu.

Jadi untuk tiket saja persiapkanlah budget kira-kira 3- 3,5 juta rupiah. Kalau lagi nemu promo tiket ke Denpasarnya itu membantu banget. Hehehe.


Untuk itinerary selama di sana, kita memutuskan untuk memakai tour guide yang bernama Teddy Aimbal. Saya sangat merekomendasikan doi. OK banget, servis memuaskan, hepi deh pokoknya. Dia bisa dikontak di facebook. Kita dapet nama dia dari beberapa travelling blog dan nama doi direkomen banget. Terbukti :D

Untuk perjalanan kami di Flores selama 6 hari 5 malam, total berempat itu 14 juta rupiah, termasuk penginapan, kendaraan (sopir dan bensin), tiket masuk ke tempat-tempat wisata, sewa kapal dan peminjaman alat untuk snorkeling, tidak termasuk makan selama di perjalanan (kecuali makan waktu di Komodo) dan beli oleh oleh. Pukul rata berempat, satu orang  kena sekitar 3,5 juta. Untuk 5 malam, harga ini menurut saya masuk akal dan bersahabat. Mobilnya mobil innova dan tempat menginapnya semua memuaskan. Oiya, harga segini ini termasuk menginap di hotel Jayakarta ketika bermalam di Labuan Bajo loh. Hehehe.

Jadi untuk perjalanan overland Flores, budgetnya itu sekitar 7 jutaan. Harga ini lebih murah dibandingkan gambaran harga yang diberikan oleh teman Derawan saya. Waktu itu dia bilang budgetnya bisa sampai 10 jutaan. Mungkin budget segitu dengan fasilitas yang di-upgrade kali ya.


Demikian penjabaran saya terkait budget. Sekarang saya akan mencoba mengingat-ngingat apa-apa saja yang kami lakukan di trip ini. Hehehehe

13 - 14 November 2012


Meeting point kami malam itu adalah Bandara Ngurah Rai, Denpasar. Berangkat dari Jakarta selasa malam, sampai di Denpasar selasa malam juga. Kami menginap semalam di Denpasar, pesawat untuk berangkat ke Maumere adalah keesokan harinya, Rabu siang. Jadi selasa malam sampai Rabu pagi kita santai-santai menikmati Denpasar. Malam minum minum cantik di Potato Head, paginya brunch di Dejavu Seminyak.



Geng Flores Hore ki-ka : Sapri - Inu - Gita - Bita
Setelah brunch, kalau ga salah kami langsung menuju ke bandara setelah sebelumnya menemani Bita mencari sepatu untuk trip ini. Hahaha. Flightnya sekitar jam setengah satu siang. Ini kali pertama saya naik Wings Air, pesawat kecil dengan baling baling di sayapnya. Pesawat terlambat sekitar setengah jam. Kami akhirnya mendarat dengan selamat di bandara Frans Seda Maumere sekitar pukul tiga sore.
Bandara mungil Frans Seda - Maumere
norak dikit ya, ini pertama kali naik pesawat yang pake baling-baling. Hahaha
Dari Bandara kita mampir dulu ke supermarket untuk membeli makanan minuman untuk bekal selama di perjalanan. Dari Maumere, kita masih haru menempuh perjalanan darat menuju Moni. Moni ini adalah semacam "kota" terdekat dari Gunung Kelimutu. Spot wisata pertama kita besok adalah melihat matahari terbit di Gunung Kelimutu.

Perjalanan ke Moni ternyata lumayan lama. Hahaha. Kami tiba di Moni sekitar pukul delapan malam. Nama tempat menginapnya saya benar-benar lupa apa, tapi bersih dan nyaman. Kalau tidak salah ada air panasnya. Moni ini hawanya kayak hawa Puncak gitulah, soalnya kan dekat dengan gunung. Pas masuk ke kamarnya, saya dan Bita ketawa-ketawa sendiri. Ini semacam kamar untuk orang honeymoon ga sih? Hahahaha.



Kamar Pengingapan di Moni
15 November 2012

Jam 4 pagi kami sudah dibangunkan dan bergegas berangkat menuju Gunung Kelimutu. Dari tempat parkir, kami berjalan kaki sekitar tiga puluh menit, melewati dua kawah untuk kemudian sampai di puncak menikmati matahari terbit. Fasilitas pendukungnya rapih dan terawat, naik gunung Kelimutu ga pake penderitaan deh, nyaman banget. Kami berhasil sampai di puncak sesaat sebelum matahari terbit. Pemandangannya bagus sekali. Saya mencoba mengabadikan menggunakan fitur panoramik di telfon cerdas saya. Ya, lumayanlah. Hahaha



Morning has broken at the top of Kelimutu

Setelah matahari benar-benar terbit, kami masih menikmati keindalah alam gunung Kelimutu. Hari itu adalah sangat sempurna. Langit yang biru, pegunungan yang hijau. Heaven is on earth bebeb.


Jadi teman-teman, di Gunung Kelimutu ada tiga buah kawah yang memiliki warna yang berbeda dan beubah-ubah. Menurut Teddy, sampai saat ini belum ada penjelasan yang pasti apa yang menyebabkan warna air tiap kawaj bisa berubah- ubah. Perubahannya juga tidak menentu. Bisa hijau, lalu putih, lalu merah tua, lalu hitam lalu hijau lagi. Hehehe. Tiga kawah ini menurut kepercayaan setempat adalah tempat di mana arwah orang-orang yang meninggal pergi. Tiap kawah ada namanya tapi saya tidak menghafalkan. Lebih baik goggling saja deh. Kawah yang warnanya paling hitam, itu dipercaya merupakan tempat arwah orang jahat, tukang tenung, pencuri, dan arwah orang jahat lain. Kawah dengan warna air hijau muda merupakan tempat arwah anak-anak. Sedangkan arwah orang mudanya akan menuju kek kawah dengan warna air hijau yang lebih pekat.


Oiya, di sana itu juga banyak monyet loh, mereka bebas berkeliaran. Selama di sana sih mereka tidak mengganggu. Malah kita yang sering gangguin mereka. Hahaha.



the protective mom :')

Setelah puas menikmati pagi dan foto-foto, kami segera kembali ke area parkiran. Di parkiran ternyata banyak yang menjual kain tenunan khas Flores. Tidak banyak pilihan, saya membeli satu kain ikat kepala dan menyempatkan diri ngobrol dengan "kuncen" nya Kelimutu yang membatu kami  berbelanja.



Sampai ke hotel, kami sarapan lalu mandi. Menu sarapan di tempat penginapan itu sudah kebule-bulean. Alih-alih nemu menu macam nasi goreng, kedai ini menyediakan semacam omelet. pancake, yang macam bule itulah. Hahaha.


Sekitar pukul setengah 11, kami melanjutkan perjalanan kami. Sebelum meninggalkan  Maumere, kami dibawa ke sebuah air terjun alam bernama air terjun Koloranggo. Kita tidak siap bermain air karena ini kunjungan ke air terjun ini sungguh seingat saya tidak ada di itinerary. Air terjunnya bagus! Refresh deh pokoknya!



panoramic view of the waterfall
Inu with his usual pose :p
Air Terjun Koloranggo
Dari Moni kami meluncur menuju ke Riung. Di Riung nanti kita berencana akan snorkeling dan main main di pantai. Di tengah perjalanan, Teddy mengajak kami mampir ke pantai namanya Pantai Batu Biru-Hijau. Dinamakan demikian karena di sepanjang pesisir pantai ini, banyak ditemukan batu batu cantik berwarna hijau dan biru. Menurut Teddy, sebagian batu batu ini diimport ke Jepang!


Penuh dengan batu hijau-biru
batu warna warni
Perfect day for playing football :)
Pose!

Kami tidak lama-lama di situ karena cuaca panas. Lagipula perjalanan dari Moni ke Riung cukup memakan waktu. Pemandangan sepanjang perjalan cukup menarik. Kami melewati pegunungan semacam padang savana. Sore sekitar pukul empat, kami berhenti di daerah bernama Mbay. Mobil kami berhenti di puncak bukit dan pemandangannya adalah asyo geboy!  Langsung deh foto-foto lagi :)



Mbay
Seperti entah di mana
Pemandangan Sepanjang Jalan
Pemandangan di Mbay ini benar-benar bagus. Foto-foto yang kami ambil tidak ada yang bisa benar-benar mewakili yang sebenarnya. Kami tidak akan melewati tempat ini lagi, jadi kami benar-benar memuas-muaskan diri menikmati pemandangannya. Sekilas suasana Mbay mengingatkan saya pada Afrika. Jenis tanamannya, teksturnya. Bagus! Apalagi buat foto-foto. Teddy harus sedikit agak membujuk kami untuk kembali masuk ke mobil melanjutkan perjalanan.

Dan akhirnya sekitar pukul tujuh, kami sampai juga di Riung! Kami menginap di penginapan sederhana yang lagi lagi saya juga lupa namanya apa. Sangat sederhana, mengingatkan saya akan tempat retret. Listrik hanya menyala di daerah ini dari pukul enam sore sampai enam pagi. Sedih sekali, di tahun 2012 seperti ini masih bisa ya listrik tidak bisa diakses 24 jam. Hiks.


Malam itu kami tutup dengan makan malam super enak di restoran dekat dengan penginapan kita. Ikannya enak sekali! Mungkin karena benar-benar fresh dari laut. 



Sluuuuurrrrppppssss!
Selesai sudah cerita perjalanan hari pertama. Pulang ke penginapan, saya langsung tidur pulas. Efek lelah seharian di perjalanan, plus excited untuk kegiatan yang berhubungan dengan ai-airan : snorkeling!

Bersambung..


*foto-foto dari akun facebook dan koleksi pribadi saya, hasil jepretan Saya, Inu, Sapri, Bita dan Teddy

Rabu, 19 Juni 2013

Cerita tentang Konser Melbi - Outro Joni dan Susi

Ini bukan review konser. Kalau mau cari review yang membahas aspek musikalitas Melancholic Bitch, google lebih pandai menjawab. Tidak usah dipertanyakan lagi kok. Mereka adalah band indonesia dengan live performance paling OK yang pernah saya tonton. Di beberapa lagu malah kayak dengerin CD.

Balik lagi. Jadi ini bukan tulisan tentang review konser Melbi. Ini adalah cerita bagaimana saya menonton konser Menuju Semesta band Melancholic Bitch. Ok. Ini cenderung mengarah ke curhat. Hahaha. 87,95% curhat sih.

Saya suka semua lagu Melbi! Ga ada yang ga saya suka, adanya cuma  lagu-lagu yang jarang saya dengarkan. Jarang didengar bukan berarti tidak suka kan. Hehehe. Selain liriknya yang menurut saya kuat dan ga gampangan, musiknya juga kaya akan bunyi, bukan musik gampangan. Dari awal saya kenal band ini, teman saya sudah bilang bahwa band ini stage performancenya ok punya. Sayangnya mereka ini jarang tampil, sekali-kalinya konser eh konsernya di Jojga. Agak sulit buat saya datang ke Jogja. Hehehe. Belakangan saya baru tahu mereka jarang ngegigs karena anggotanya terpencar-pencar  baik secara lokasi maupun fokus hidup (?) hahaha. Dengan latar belakang seperti itu, waktu saya dengar melbi akan ngegigs akhir Mei di Bandung, langsung ga pake mikir pokoknya harus nonton!

Saya pernah bercerita soal Melancholic Bitch di sebuah postingan tahun 2011. Di tulisan itu saya bercerita soal orang yang memperkenalkan saya pada simelbi ini. Nah itu adalah mantan saya. Hahaha. Dia ini yang menginfokan gigs melbi ini (tapi saya juga uda tau kok dari twitter haha) plus berbaik hati membelikan tiketnya. Hehehe. Dulu waktu masih pacaran, kita punya kaos pasangan gitu. Tulisannya Joni dan Susi. Karena judulnya hubungan saya dan mantan saya adalah "mantan-tapi-kenapa-masih-seperti-orang-pacaran" maka kami berdua sepakat untuk menggunakan kaos ini pada saat menonton konser.

Seminggu sebelum konser, saya dan mantan saya ini semacam bertengkar. Hmm bukan bertengkar sih, tapi semacam ingin mengakhiri semua yang sudah seharusnya berakhir setelah ada beberapa kejadian kecil di sana sini. Tapi mengakhiri ini semua tidak gampang. Rumitlah. Jadinya malah ribut. Saya sempat berpikir untuk tidak jadi nonton konser. Ditambah lagi bahwa hari Sabtu, sehari setelah konser, saya sudah harus berada lagi di Jakarta jam sepuluh pagi. Itu artinya saya harus kembali ke Jakarta sesaat setelah konser atau pagi-pagi sekali jam tujuh pagi. Terlalu melelahkan.

Ketika saya utarakan pembatalan saya untuk menonton konser, mantan saya ini mengirim saya pesan digital.

"Aku pengen konser melbi besok di bandung jadi outro hubungan kita. Setelah itu, kita hidup di jalan masing-masing. Kalaupun nanti pada suatu saat kita bertemu di kelokan tertentu, biarlah semesta yang mengatur. Aku memohon sama kamu, kita nonton melbi berdua."

Oke. Baiklah. Setelah saya pikir baik-baik, rasanya konyol juga kesempatan (yang mungkin) sekali seumur hidup nonton melbi disia-siakan cuma gara-gara masalah hati macam ini.

Dengan perasaan tidak menentu akhirnya rencana nonton konser tetap dilaksanakan. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana canggungnya nanti. Saya berusaha fokus ke melbinya. Seminggu itu kerja saya hanya mendengarkan lagu-lagu melbi saja. Siap-siap nyanyi bareng. Kebetulan juga tanggal 31 May itu saya ada pekerjaan di Bandung, jadi hari Jumat pagi saya sudah meluncur ke Bandung. Janji memakai kaos Susi juga saya penuhi. Sepanjang perjalanan ke Bandung, saya memutar CD Balada Joni dan Susi.

Untuk menetralisir emosi saya supaya tidak terlalu galau menggebu tidak jelas, sore sekitar jam empat sebelum menuju venue konser, saya putuskan untuk lari dulu keliling kampus. Kalau saya merasa kesal atau sedih, lari cukup membantu saya menetralisir energi negative. Sekitar jam enam saya selesai berlari, tapi yang bikin gemes adalah sekarang itu wc kampus jumat sore udah pada dikunciin semua. Akibatnya saya tidak bisa mandi setelah banjir keringat keliling kampus lima kali. Itu lari sekitar lima belas kilo dan saya basah berkeringat plus bau. Hahaha. Berbekal handuk dan aqua, saya mandi koboy lalu ganti baju.

Sampai di venue, bersama dengan mantan, kita percaya diri berjalan dengan baju Joni dan Susi. Perasaan sih, selama di situ kita berdua mendapat tatapan "Eh ada orang pake kaos Joni dan Susi. Itu mereka pasti ngefans banget sama melbi". Hahaha. Sempet ada mas-mas dengan kamera super bagus yang mengabadikan kita berdua loh. Hahaha. Dan entah mengapa ya, tiba-tiba semua masalah menghilang saja. Saya ternyata tidak merasa galau, saya sangat sangat sangat excited dan tidak sabar menonton Melbi.



Konser dimulai. Saya larut di semua lagu-lagunya. Livenya bagus. Ugo, sang vokalis, banyak bercerita untuk mengantar para pendengarnya ke setiap lagu. Joni dan Susi jadi tokoh sentralnya. Hal yang paling saya nikmati dan paling terasa bedanya dibanding gigs lain yang pernah saya tonton adalah kualitas suaranya. Saya bisa mendengar detail bunyi di setiap lagu dengan jernih. Saya sangat menikmatinya.



Saya puas sekali bernyanyi bersama para fans Melbi yang lain. Sampai tibalah suatu momen yang tidak saya duga duga sama sekali. Melbi mengalunkan intro Dystopia, dan ketika Ugo bertanya "Siapa yang tau lagunya?" saya seperti biasa ga pake mikir langsung tunjuk tangan. Daaaaaan, Ugo mengajak saya naik ke panggung.

OOOWEEEEMJIIIII!
*brace yourself : alay mode on*
INI SAYA MIMPI ATAU GIMANA BISA NYANYI BARENG SATU PANGGUNG DENGAN MELANCHOLIC BITCH !!!?

Ini benar-benar sesuatu banget. Jantung saya berdegup kencang, tangan saya gemetar dan tiba-tiba lirik lagunya bubar semua dari kepala saya. Hahaha. Itu adalah lima menit paling berkesan sepanjang 2013. Ugo seksi sekali! Setelah konser saya tanya-tanya katanya suara saya tidak terdengar :( Padahal kan ingin tahu, suara saya OK apa engga. Hehehe.






Dystopia. Kebalikan dari Utopia, sesuatu yang tidak ideal sama sekali. Lagu ini adalah lagu pertama yang diberikan mantan saya ketika kami pertama bertemu. Waktu itu saya mau pulang ke Jakarta dari Jogja naik kereta dan dia menyuruh saya mendengarkan lagu ini. Katanya karena saya pulang naik kereta dan lagu ini menyoal naik kereta. Hahaha. Selama menyanyi lagu ini perasaan saya campur aduk tidak keruan. Senang bukan main, gemetar plus tiba-tiba mellow mengingat sejarah lagu ini dalam kisah kasih asmara saya. Hahaha, bahasa apa ini.

Dan ya memang benar, hubungan saya dan mantan itu adalah dystopia. Bersama selamanya yang tidak akan kejadian.

Turun dari panggung setelah bernyanyi bersama Melbi membuat badan saya lemas dan kaki saya gemetar. Masih setengah tidak percaya. Ini terlalu semacam mimpi!

Di sesi kedua, ada Frau dan Sarasvati membuat konser ini semakin seksi. Dan semua lagu-lagu jenius Melbi dikumandangkan di sesi ini. Saya sangat menikmati "Mars Penyembah Berhala" dan "Noktah Pada Kerumunan". Nuansanya magis.

Singkat cerita, tiba-tiba sudah lagu terakhir saja : Menara. Ini adalah lagu penutup yang terlalu sempurna. Lirik lagu yang membuat saya bergidik terutama di bagian terakhir :"Tengadahlah Joni dan Susi" . Membuat saya benar-benar menyatu dalam kerumunan Susi. Saya tidak bisa melupakan visual malam itu. Suara yang menggema, asap, lampu-lampu, kerumunan. Mas Yoseph (eh bener ga sih, gitaris yang di sebelah kiri panggung) seksi sekali. Memainkan gitar sambil merokok malam itu menjadi definisi seksi baru buat saya. Hahahaha.

Dan selesai.

Joni dan Susi berakhir mati di cerita Balada Joni dan Susi. Dan inilah outro itu. Saya dan mantan saya mungkin adalah cerminan Joni dan Susi di dimensi yang lain. Memaksakan kabur ke dunia yang kami percayai ada tapi ternyata tidak ada. Dystopia. Kami tidak mencuri roti, tapi kami menghancurkan kesetimbangan sosial. Kami tidak digebuki polisi, tapi kami dihakimi oleh justifikasi sosial. Kami melawan arah dan pada akhirnya saya akhirnya menyerah. Mantan saya mungkin tidak, tapi saya memilih menyerah.

Dan ketika saya akhirnya menjadi batu, saya tidak tahu apakah nantinya mantan saya juga perlahan menjadi pisau. Sulit untuk terus berpegang pada hal-hal yang kita percaya ketika ternyata pilihan sikap kita hanya menyakiti orang-orang di sekitar kita. Egois tapi hal yang egois juga bukanlah hal yang mudah. Mendinginkan hati dan mengubahnya menjadi batu memiliki cerita sakitnya masing-masing. Saya meyakinkan diri saya. Seiring dengan berakhirnya lagu menara, berakhir juga pelarian ini. Outro.

Ketika lampu venue akhirnya dinyalakan, saya segera bergegas menuju mobil. Saya merasa sangat lelah. Kaki gemetar, perut lapar, emosi yang berputar-putar. Tadinya saya ingin minta tanda tangan dulu ke personil Melbi di backstage, tapi saya benar-benar merasa ngantuk dan lelah. Sudahlah, nyanyi bareng bersama mereka saja sudah lebih dari cukup. Jam sudah menunjukan pukul dua belas malam ketika saya menyelesaikan makan malam saya dan saya hanya punya waktu lima jam untuk tidur beristirahat sebelum menyetir kembali ke Jakarta.

Dan demikianlah cerita saya menonton konser melancholic bitch. Satu hal yang saya sadari malam itu, melbi mengajarkan tanggung jawab sosial dan konsekuensi dari "jatuh cinta". Dunia kita bukanlah hal yang manis dan membahagiakan, oleh karena itu cinta memberi solusi dengan kemampuannya membuka imajinasi baru, ruang baru untuk jatuh cinta : bercinta di luar angkasa! Tapi tetap saja itu solusi sementara.  Jatuh cinta adalah awal dari konsep keluarga. Dan jatuh cinta ternyata tetap butuh makan. Mencuri tidak menyelesaikan masalah. Keadilan semacam mitos. Kemiskinan adalah betul ada. Dan ketika konsep awal akan konsekuensi dari berkeluarga itu tidak berpondasi benar, maka kekacauan menanti di tahun-tahun ke depan.
Hahaha, ini interpretasi saya kok dodol begini ya.

Sampai sekarang, saya masih tidak bosan-bosannya mendengarkan Noktah Pada Kerumunan dan Menara. Dua lagu itu tiba-tiba terasa sangat sangat spiritual, hahahaha. Dan menurut saya demikianlah seharusnya ketika musik diciptakan dengan sepenuh hati. Dia sedemikian rupa bisa merasuk sampai ke dalam dan seolah menjadi soundtrack hidup seseorang, dalam hal ini : saya.

Sekali lagi terimakasih Melancholic Bitch. Bersama-sama kamu  saya jatuh cinta, dan bersama-sama kamu juga saya putus cinta. Eh engga juga sih, ini bukan putus cinta. Ini belajar untuk berhenti  terjatuh lebih dalam lagi. Outro untuk sebuah pelarian yang memang sudah harus selesai.

Tiga Puluh Tujuh

Sepuluh tahun berlalu sejak tulisan ini Dan ternyata di ulang tahun ke tiga puluh tujuh ini, gw masih meminta hal yang sama. Semoga diberi k...