Jumat, 21 September 2007

sudoku dan anak jalanan

Ketika sedang ngelamun nungguin teman-teman pm buat rapat jumat siang jam setengah dua di cc, tiba-tiba gw inget bahwa gw membawa gam sudoku digital. Jadi bentuknya kayak gameboy, tapi gamesnya cuma ada sudoku doang.

It's realy additive for me.. Parahlah.. sekali main, ga bisa berhenti. Apalagi kalau ada yang susah banget..

Langsunglah gw keluarkan dari tas dan bermainlah gw sambil nunggu orang-orang datang. Dan entah kenapa, sambil main itu, pikiran gw meloncat-loncat ke artikel yang gw baca di kompas pagi ini soal anak jalanan. Di usia yang sangat dini mereka bermain-mainnya di jalanan sambil nyari duit buat disetor. Gimana kalo mereka diajarin aja main sudoku? Supaya walau ga pernah sekolah, logikanya terasah. Nalarnya jalan..

Di jakarta, mau ada perda yang ngelarang penduduknya memberi sedekah buat para pengemis / anak jalanan. Kalau begitu, berarti keberadaan pengemis diakui dan dimantapkan secara ga langsung dong? dan terpisah dari penduduk jakarta??

Maka tembok antara yang kaya berpunya dengan yang muiskin buanget benar-benar terbangun sudah. Lalu kita akan mencela dan mencemooh mereka karena mereka free sex dan ngelahirin anak buat dijadiin pengemis? Menuduh mereka ga bernoral dan ga berperasaan? Dan kita merasa sah memutus segala kenyamanan mereka, walau itu cuma kolong jembatan, walau itu cuma sekolah gratis, walau itu cuma sedekah, hanya karena kita, sebagai kalangan terdidik memiliki standard sendiri tentang mana yang baik dan mana yang buruk?

Tapi dapatkah diterima bila mereka dengan sesuka hati memasang muka lugu memelas setiap hari dan pulang membawa uang yang jauh lebih besar dari buruh-buruh pabrik yang kerja keras di tengah lingkungan pabrik ala Indonesia yang safetynya kelas terendah? Dapatkah dibenarkan bahwa yang ga pernah sekolah bisa hisup lebih "mapan" dibanding mereka yang pernah sekolah? Dapatkah diterima bahwa belas kasih yang basa-basi dari orang kebanyakan ternyata sudah membangung peradaban baru yang tidak menjunjung tinggi harkat manusia yang mampu mencipta, bukan sekedar minta-minta!

Yang bisa gratis jadi mahal.
Yang bisa gampang jadi susah.
Yang bisa sehat jadi sakit.
Yang bisa sembuh jadi mati.
Yang uda bego tambah goblok.
Yang bisa pinter buntut2nya goblok juga.
Yang manusia diusir-usir
Yang kayak rusa disayang-sayang..

See... hidup di Indonesia, apalagi di JAKARTA, logikanya itu hampir ga ada.. Kalau mau pake logika, bisa gila tinggal di sana lama-lama.

Jadi, supaya kehidupan jalanan jakarta berkurang, berikan mereka LOGIKA!! asah logikanya dengan permainan sudoku supaya mereka ga betah tinggal di tempat yang tidak berlogika..

hohoho...

just a thought..
just a konyol thought..

:p

1 komentar:

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Menulis Itu Penting, Git, Jadi Terus Menulis Ya...

 Postingan pertama di 2024, waktu begulir sangat cepat tiba-tiba sudah masuk penghujung April. Ada banyak yang ingin diceritakan, tapi terla...