Senin, 11 Januari 2010

Saya dan Sri

Saya berumur 8 tahun.
Sri berumur 8 tahun.

Saya tinggal di kota Jambi.
Sri tinggal di Kuala tungkal.

Saya tinggal di rumah beton.
Sri tinggal di rumah kayu.

Saya panggil "Sri!"
Sri jawab "ya Mbak!"

Saya bisa baca.
Sri ga tahu huruf.

Saya pintar berhitung.
Sri ga ngerti angka.

Saya pergi ke Kuala Tungkal.
Sri ajak saya main.

Kami main di kolong rumah panggung.
Kami main masak-masakan.
Kami main di rawa-rawa.
Kami main perang-perangan.

Lalu saya pulang, mandi, makan. tidur.
Lalu Sri pulang, mencuci, masak, tidur.

Saya pindah ke Medan, lalu ke Jakarta.
Sri tetap di Kuala Tungkal, lau ke Medan.

Saya sekolah di sekolah bagus.
Saya kuliah di institusi terbaik bangsa.
Saya nonton film-film bagus.
Saya mendengar musik-musik enak.
Saya jalan-jalan di mall.
Sri entah bagaimana nasibnya.

Kemarin, akhirnya kami bertemu lagi.


Saya pengangguran.
Sri punya toko.
Sri juga punya warung.
Sri juga punya rumah.
(Rumah orang tuanya sih, namun orang tuanya sekarang tinggal di Aceh, jadi officially, itu rumahnya.)

Saya masih sendiri.
Sri sudah punya pendamping hidup.
Sri juga sudah punya anak.
Sri terlihat bahagia.

Saya mencari kerja karena saya ingin punya rumah sendiri.
Saya ingin menafkahi hidup saya sendiri.
Saya ingin bangun keluarga, saya ingin bahagia.

Saya masih belum punya semua itu.
Sri sudah punya semua itu.

Soal kualitas hidup jangan dibahas dulu lah.
Saya hanya berharap bahwa Sri bisa bahagia dengan semua yang sudah dimilikinya sekarang.
Dan saya berdoa semoga dia menjadi ibu yang baik dan memiliki keluarga yang baik dan sehat pula.

1 komentar:

dwihutapea mengatakan...

ih git..bagus deh tulisan lo yang ini..

hidup kalian sama2 berkualitas kok..hehehhe..

Tiga Puluh Tujuh

Sepuluh tahun berlalu sejak tulisan ini Dan ternyata di ulang tahun ke tiga puluh tujuh ini, gw masih meminta hal yang sama. Semoga diberi k...