Senin, 31 Mei 2021

Soulmate

Lagi ramai di twitter soal : "gimana kalau ketemu soulmate setelah nikah?"

Beberapa respon yang gw inget adalah sebagai berikut :
1. Kalau uda nikah ga usah cari2 lah, soulmate ketemu kalau dicari. 
2. Dalam pernikahan, cinta itu dibangun, bukan ditemukan. Jadi ya kita musti berusaha biar cinta dengan pasangan tetep ada.
3. Perasaan itu sementara, jadi kalau di tengah-tengah pernikahan tiba-tiba punya perasaan sama orang lain, ya ga usah dijabanin, karena perasaan itu sementara.
4. Balik lagi ke komitmen. Pernikahan itu komitmen. Janji. Harus ditepati.

Well, di lima tahun pernikahan ini, gw dan koko sudah sampai ke kesimpulan -- "MUNGKIN" kita berdua bukan soulmate, saking banyaknya hal yang ga sejalan. TAPI, kita berdua memiliki tujuan dan prinsip yang sama : membahagiakan orang tua, harus komit dengan janji yang udah dibuat di depan Tuhan, dan kasih yang terbaik buat Bob dan Bella. Makanya sampai sekarang kita jalanin bareng-bareng supaya 3 value tadi bisa tercapai. 

Kenapa bisa sampai ke kesimpulan kayak gini? Ini beberapa analisa gw :
1. Karena pernikahan gw dan koko diputuskan dengan kurang matang. Kami berdua sama-sama mendapat pressure untuk segera menikah, dan merasakan susahnya cari pasangan yang sama2 Katolik. Jadi begitu ketemu satu sama lain, semacam mengabaikan beberapa hal fundamental dan merasa cocok karena hal-hal ringan seperti : selera musik dan selera makan hahaha
2. Di masa-masa tunangan, sebenarnya sempat ada kejadian di mana kita berdua sadar ini hubungan kita ga sehat sih kalau diterusin. Tapi, gw mikirin gimana nanti orang tua gw, koko balik ke prinsip 'do the right things' yang mana pada saat itu konteksnya ya nurut dengan janji pertunangan. Dengan harapan "things will get better and we'll find a way to fix things" kita tetep lanjut. 
3. Tidak transaparan satu sama lain. Setelah nikah, gw banyak terkaget-kaget dengan banyak hal mengenai koko yang ternyata "bagasi"nya banyak banget. Koko jg gitu tapi bukan karena "bagasi" gw, tapi karena gw ternyata terlalu perfeksionis. Soal gw ambisius dan perfeksionis ini selalu menjadi kritik dr mantan2 ke gw, wkwk, jadi konyol si kok laki sendiri ga sadar gw perfeksionis. 


Kita berdua terlalu cepat memutuskan untuk menikah jadi banyak hal esensial yang terlewat. Makanya chemistrynya kok padam. Chemistry padam kok anak bisa 2 deh? Yah, itulah hidup. Dan membahagiakan orang tua wkwkw. Syukurlah dikasih rejeki 2 anak sepasang cewek cowok. Sebagai anak perempuan gw merasa ini tugas gw buat ngasih keturunan laki2 perempuan tuntas sudah. Kasian ya gw, produk standard sosial masyarakan hahaha..

TAPI.. ini juga yang aneh,Walaupun gw merasa chemistry gw dan kok makin ke sini makin ya gitulah, temen-temen gw selalu bilang kalo gw dan koko itu klop dan cocok, dan kalau ngeliat interaksi gw dan koko itu kocak dan nyaman. Aneh tapi nyata gaes haha. Tapi ya itu, gimana sih ya. Baik-baik yang tidak terasa baik tapi baik.

Makanya itu kita sampai ke kesimpulan MUNGKIN kita bukan soulmate yang sepasang kekasih, tapi  kaykanya nih, gw dan koko itu soulmate as if sahabat. Such a grace that we still get a long as bestfriend. Kalau kata koko, di dunia paralel kalo kita ga nikah, ya munkgin kita adalah sahabat baik. And I think it feels good to have your bestfriend as your partner for the rest of your life. Approachnya jadi ya approach persahabatan aja nih sekarang antara gw dan koko. Hahaha. Ama sahabat kan lo ga posesif atau cemburuan atau menggebu-gebu gimana gitu kan, tapi kalau dibutuhkan, lo akan ada buat sahabat lo. 

Terus sekarang apakah pernikahan gw bahagia? Hmm, kebahagiaan itu kan perasaan, dan perasaan itu kan sementara. Maksunyda ya sama kayak ngantuk atau laper. kan ga mungkin terus-terusan. Jadi gw ga gitu mikir bahagia atau engga,  tapi  lebih ke semangat bahwa ini adalah keputusan yang gw ambil sendiri, yaitu MEMILIH koko jadi suami gw. Itu GW lo yang milih. Jadi ini konsekuensi dari pilihan gw. Pas lagi bahagia ya disyukuri, pas lagi bosen ya dijalanin aja, yang penting adalah gw menjalankan pilihan hidup gw dengan bertanggung jawab.  

Anyway, kalau baca cerita pernikahan di mana ada orang ketiga, atau kalau ada yang bilang kalo mereka nemu soulmate di luar pernikahan, gw bisa ngerti dan ga mau ngejudge. Yes, marriage is that hard, tapi ya itu pilihan dan kalau sudah memilih mari dijalankan dengan sebaik-baiknya :)

Tidak ada komentar:

Menulis Itu Penting, Git, Jadi Terus Menulis Ya...

 Postingan pertama di 2024, waktu begulir sangat cepat tiba-tiba sudah masuk penghujung April. Ada banyak yang ingin diceritakan, tapi terla...