Sabtu, 12 Desember 2015

Susahnya Konsisten




Sudah seminggu lebih tidak update blog. Susah juga ya konsisten, misalnya konsisten untuk mengupdate blog. Selain karena tidak ada tenaga, tidak ada cerita juga yang bisa dibagi. Hmmm sebenarnya ada sih, tapi semakin ke sini, kayaknya kok ga penting amat menulis segala perkara dunia ke dalam blog.

Susahnya konsisten juga berlaku dalam perkara jati diri. Jadi tadi malam ada acara staff party dari kantor. Dan lalu saya memakai kostum ala-ala moulin rouge dan kemudian saya seperti menjadi orang lain. Ganjen, all out, senyum sana sini. Semacam bukan saya tapi ya saya juga sih.
Lalu masalahnya apa? Ga ada, cuma mau nunjukin bahwa secara pembawaan karakter saya kerap ga konsisten, dan saya merasa susah untuk konsisten.


Susah konsisten juga berlaku untuk hal hal lain terkait keseharian. Ga konsisten ngikutin jadwal cuci baju dan nyetrika, ga konsisten bersikap ketika ada kasus atau masalah yang sama .

Konsisten itu penting ga sih? Pada kenyataannya kan dunia ini penuh dengan hal-hal yang ga konsisten. Rasa sayang itu juga ga konsisten. Bisa makin lama tambah sayang, atau makin lama ya datar-datar aja.

Susahnya konsisten juga bisa dijumpai di kasus lain seperti susahnya berlaku adil, susahnya jujur, susanya menahan emosi. Ya intinya jadi orang yang baik dan sempurna di mata orang susah juga ya.

Semakin ke sini saya jadi sering memikirkan apa yang benar-benar saya mau. Rasanya masih belum tahu apa. Semacam kehilangan jati diri part 5. 

Terus? Ya ga apa-apa sih, cuma pingin bilang itu doang.. Heuheu

Rabu, 18 November 2015

Unmemorable success

Hari ini gw lagi-lagi merasa tidak berguna dan tidak capable dengan kerjaan yang sekarang gw kerjaan. Not that I'm not working. Tapi rasanya kok gw itu kerjaannya levelnya ga yang level jago gitu loh, Kayak admin aja gitu. Takut dan ga bisa ngambil keputusan juga.
The sucks thing of everything is when people around me start feel pitty on me, as if I can not do anything at all. It doesn't feel good.


Tapi kalo kata maskoko adalah begini :


Even if you don't get the big result that you want, as long as you have personal connection in the process, it is not failure. It's better to have memorable failure than a unmemorable success. It's how you grow in your company that is matter now.


Jadi mikir. Emang ada yang unmemorable success? Bukankah kesuksesan itu harusnya memorable karena untuk bisa sukses ada kerja keras dan usaha? Eh tapi ga semua juga sih, ada juga sukses yang datang begitu saja.


Jadi ingat bacaan hari ini, tentang perumpaan petani anggur yang kerja seharian digaji sama dengan yang cuma kerja 2 jam. Tuhan itu murah hati sama semua orang, dan dia bisa kasih sukses ke orang yang kerja keras mauapun yang ga kerja sama sekali. Sama halnya dia bisa kasih pengampunan ke orang yang dosanya gede banget dan ke orang yang dosanya kecil banget.


Jadi? Ya ga gimana-gimana sih.Mungkin ini memang ujian mental yang harus gw lalui untuk bisa jadi orang yang lebih baik. Hehehe.

It's Something Unpredictable but in The End It's Right

Hari ini adalah salah satu hari yang paling berat yang saya alami selama kerja di sini.
Salah mengerti maksud dan tujuan bos, terlanjur meneruskan arahan ke pihak-pihak lain. Salah mengerti kedua kalinya sama bos yang lain, sampai ada campur tangan pihak ke 3 baru jadinya beres.


Hal yang paling menyebalkan adalah ketika akhirnya ada campur tangan pihak ke 3 yang membuat saya merasa seperti tidak punya kapabilitas. Yaaa tapi habis itu masalahnya beres sih. Hehehe.


Malam ini tiba-tiba inget lagunya Green Day yang judulnya Good Riddance. Liriknya pas sih. It's something unpredictable but in the end it's right. Jadi ya memang selalu begitu, setiap hari pasti ada hal-hal yang tidak terduga terjadi. Ada yang hal baik, tapi akhir-akhir ini lebih sering ga baiknya. Namun demikian pada akhirnya juga bakal baik-baik saja sih.


Saya jadi ngerti sih kenapa orang yang merantau dan tinggal sendiri dan kerja sendiri kecenderungannya akan jadi lebih kuat. Karena segala permasalahan harus diselesaikan sendiri dan ga ada "comfort zone" nya gitu. Ga ada teman cerita dalam bahasa ibu, ga ada yang bisa dipeluk-peluk buat berkeluh kesah. Hahaha. Dan jadi lebih focus sama kerjaan karena ga ada yang dipikirin selain kerjaan.


Entah ini bahaya atau engga, tapi tiba-tiba traveling tidak terlihat menarik lagi buat saya.. Yah mungkin cuma sesaat kali ya. Paling-paling ntar kalo udah ada duit dan ga perlu nabung lagi, kerjanya kembali ke jalan-jalan. Hehehe. Terus apa hubungannya dengan hal hal di atas? Hmm ga tahu juga, tiba-tiba pop-up. Mungkin pembenaran rasa iri karena ga bisa jalan-jalan ke sana kemari -____-


[ ]





Senin, 16 November 2015

Singing is my stress relieve

The workload here is kind of crazy.
I think I get too easy challenge in my early working life, now this kind of things is killing me
I found myself not really good in negotiating, managing project and do all small things.
I am currently at the point where I questioning my capability as a professional -_______-


Lalu datanglah kebijakan kantor untuk mengganti hp kantor dari Samsung menjadi Iphone5


Lalu saya mendownload aplikasi Smule


Lalu tiap malam saya nyanyi-nyanyi sendiri.
Dan rasanya lumayan menenangkan dan bikin beban berasa lebih ringan
Meeting besok yang masih belum jelas agendanya berasa biasa-biasa aja.
Musti nyuci jam segini juga rasanya baik-baik aja


Jadi kesimpulannya?
Singing is my stress relieve.

Sekian
:D

Sabtu, 14 November 2015

Sterika

Salah satu hal yang saya nikmati setelah tinggal di Bangkok adalah menyeterika baju.
Ada dua hipotesa kenapa bisa demikian sih.

Pertama, karena tipe setrikaannya canggih jadi gampang buat nyetrika yang kusut-kusut. Ini sterikaannya yang ada uapnya gitu.

Kedua, karena sambil nyetrika bisa sambil mikir banyak hal.
Soal refleksi kegiatan sepanjang minggu dan soal hal-hal lain yang bikin sakit kepala.

Sedang merasa jadi manusia yang tidak memiliki kapabilitas yang diperlukan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan pekerjaan ini. Hiks hiks.



Rabu, 04 November 2015

Lelah

Lelah itu adalah semacam pulang di atas jam 8 malam karena bekerja, senin - jumat, dan KPI tahun ini belum achieve..

Tapi tapi banyak dapat pelajaran dan pengalaman sih.

Cuma pada akhirnya kan yang diliat pencapaiannya, bukan pembelajarannya.


Jadi?
Ya sedang merasa lelah aja sekarang dan ngantuk banget tapi maksain nulin karena alasan yang juga tidak jelas apa selain curhat virtual..

Minggu, 01 November 2015

10 Hal Menarik tentang Bangkok

Inspirasi tulisan ini adalah pacar yang tiba-tiba random nanya saya hari ini : Apa 10 fakta unik yang kamu temukan di Bangkok.

Dengan berbekal 5 bulan pengalaman tinggal di Bangkok, berikut 10 hal unik yang saya temukan tentang orang Bangkok dan tentang kota Bangkok itu sendiri (pas nulis ini berasa lagi jadi presenter "on the spot" nya trans TV dah..)

1. Sukaaa banget makan buah.Tukang buah ada di pinggi-pinggir jalan setiap jam makan siang di luar kantor :D
2. Suka olahraga, dan doyan jalan kaki. Mereka punya event namanya "Bike for Mom"
3. Tertib dan suka antri, dan memprioritaskan ibu hamil, anak, ibu dan bayi, dan juga lansia kalo di BTS atau MRT.
4. Ga punya taksi umum yang sekeren taksi Blue Bird
5. Ojek di sini adalah termasuk angkutan publik, jadinya plat kuning dan tarifnya standard
6. Salah satu ciri khas masakan Thai itu adalah daun basil nya yang wangi, yang cuma bisa ditemukan di Thailand
7. Kalau makan papaya salad, mereka makannya dengan nasi ketan (sticky rice) dan cara makannya diicuil pake tangan gitu.
8. ATM di sini modelnya itu nempel tembok ngadep ke arah jalan, bukan indoor kayak model di Jakarta. Kayaknya di sini jambretnya ga seganas Jakarta, jadi orang sini nyaman-nyaman aja ngambil duit di pinggir jalan.
9. Rata-rata rumah dan bangunan di sini punya yang namanya "spirit house". Orang Thailand percaya kalau setiap tempat itu punya "spirit", jadi kalau mereka membangun rumah, kantor atau gendung, mereka harus mendirikan "spirit house" supaya "spirit" yang tadinya tinggal di area tersebut bisa pindah ke rumah itu. Kalau ke MBK via BTS National Stadium, kita bisa lihat "Spirit House" nya MBK di bawah dekat pintu masuk :)
10. Dan ini yang paling ultimate. Setiap jam 8 pagi dan jam 6 sore, lagu kebangsaan Thailand dikumandangkan di tempat-tempat umum seperti taman dan radio - televisi. Jadi pagi-pagi di taman kalo lagi jogging nanti jam 8 teng pas lagu kebangsaannya berkumandang, yang lagi lari atau bersepada berhenti semua dan ambil sika tegap sampai lagunya selesai.

Demikianlah. Nanti ditambahin foto ya kalau sempat hehehe.

Selasa, 27 Oktober 2015

Dan Pilihan Jatuh ke Kusumo Inten :)

Perasaan kemarin masih 14 bulan lagi menuju tanggal pernikahan. Lalu tiba-tiba sudah tujuh bulan berlalu.

Minggu lalu pulang ke Jakarta untuk ganti laptop kantor dan finalisasi beberapa vendor untuk nikahan bulan Mei nanti. Belum semua sih, masih banyak yang gantung, tapi yang besar-besar udah fix. Kalau dipikir-pikir lagi, punya waktu lebih dari 1 tahun untuk menyiapkan pernikahan itu ada sisi minusnya juga. Kebanyakan mikir malah bikin jadi galau dan susah milih, apalagi untuk orang ga punya pendirian macam saya. hahaha.

Anyway, malam ini saya cuma mau sharing cerita soal milih vendor sanggar rias. Berhubung rencana mau pakai adat Jawa full, maka saya langsung browsing sanggar rias adat jawa yang banyak direkomendasikan di internet.

Sebenernanya salah satu kerabat keluarga papa itu adalah perias pengantin dan punya sanggar di Malang. Hampir semua saudara perempuan dari pihak ayah yang sudah menikah, mereka dirias oleh bude saya ini. Tapi, karena itu jauh di Malang, saya pikir lebih baik pakai sanggar yang di Jakarta saja. Toh nanti ada resepsi di Tulungagung, nanti baru deh pake bude saya ini.

Balik ke topik awal. Ada beberapa sanggar yang saya hubungi :

Tien Santoso
>> sempat main ke sanggarnya di jalan Guntur dan ngobrol-ngobrol sama menantunya alm ibu Tien Santoso, Mba Tere, yang sekarang mengelola sanggar ini. Mba Tere ini baik dan sabar menjelaskan seluruh rangkaian acara, tapi entah mengapa sayanya kurang klop dengan hasil riasannya di IG, jadi coret. Paket adat full start di 45 juta.

Ambar
>> dulu mba Ambar ini yang merias sahabat saya, 2 tahun sebelum dia merias Gigi - Raffi. Well, harganya jadinya lebih mahal tentunya dibanding dulu. Daaaan setelah liat-liat IG nya, saya juga kurang sreg dengan hasilnya. Mba Ambar ini sistemnya per berapa kali rias. Kemarin sih sekali merias start di 8 juta. Kalau mau full adat lengkap dengan ini itunya, harganya juga jatuh di kisaran tigapuluhan gemuk menuju ke 40. Setelah bolak balik ngeliatin IG nya mba Ambar, akhirnya saya memutuskan untuk memilih mba Ambar bila saya tidak kunjung menemukan yang cocok dengan yang saya mau. Yang bikin ragu-ragu sih selain karena faktor harga, juga karena kebanyakan hasil riasannya itu kolaborasi dengan MUA, jadi kesannya lebih modern, yang entah kenapa saya kurang sreg.

Mamie Hardo
>> nama mamie Hardo ini lumayan populer di kalangan atas. Kalau saya kepo IG nya sih, rata2 yang memakai jasa Mamie Hardo ini emang cantik cantik dan sepertinya sih dari kalangan atas karena banyak yang make vera kebaya. Hahaha. Tidak jauh beda dengan Tien Santoso, harganya start di 45an. Kalo saya lihat di IGnya, efek manglinginya kurang dapet. Mungkin karena yang dirias udah cakep cakep semua kali ya. Jadi saya merasa ini bukan kelas saya gitu. Ibarat biasa naik kopaja disuruh naik ferrari : kagok.


Kusumo Inten
>> kalo ngesearch "sanggar rias jawa" di google, salah satu website yang sering muncul adalah websitenya Kusumo Inten. Kalo liat dari websitenya sih kayaknya update banget dan profesional. Jadi saya memutuskan untuk cek harga sebagai perbandingan. Overall sih lebih murah. Total masih di kepala 3 kurus. Namun kalau lihat foto2 di websitenya, saya aga gimana gitu, kesannya kok terlalu modern dan kurang membumi. Tapi kalau dilihat dari paket2 yang ditawarkan, harga lumayan kompetitif, plus review dari beberapa blog cukup bagus. Saya taruh Kusumo Inten di daftar pertimbangan dulu.

Harlina
>> Sanggar Harlina juga termasuk sanggar yang banyak direkomendasikan. Dua teman saya menikah menggunakan jasa sanggar Harlina, dan dua duanya memberikan rekomendasi positif. Saya akhirnya memutuskan untuk mendatangi langsung sanggar Harlina ini, bareng bersama mas Koko. Lokasi sanggarnya di daerah jatibening, jalannya kecil dan parkirnya agak susah. Kami kebetulan bisa ketemu  langsung dengan Ibu nya. Kesan pertama : galak. Hehehe. Setelah ngobrol-ngobrol, Ibunya bilang kalau klop saya harus balik lagi dengan orang tua saya. Overall, ini adalah harga penawaran paling murah yang saya dapat. total hanya kepala 2. Namun pas pulang saya bilang ke mas Koko, kok rasanya saya ga sreg ya sama ibunya. Jadi akhirnya kami memutuskan mencoret Sanggar Harlina sebagai alternatif.


Rini Mekar dan Chandra Rini
>> Dua sanggar ini saya tahu dari instagram, saya iseng-iseng ingin tau juga harganya. Kalau Rini Mekar, ini karena saya suka ngeliat ibu Rininya. Tapi setelah saya pelajari lebih lanjut,  sanggarnya ini relatif masih baru dan ssama seperti mba Ambar, ibu Rini ini kerap berkolaborasi dengan MUA.
Kalau Chandra Rini, karena saya lihat di instagram hasilnya lumayan ok, tapi pas cek di websitenya lebih banyak buat 7 bulanan. Dua-duanya range harganya sama, sekitar 20jutaan untuk full adat.
Saya sempat berpikir untuk menjadikan Rini Mekar sebagai salah satu pilihan, tapi ketika anaknya bu Rini menikah dan dirias oleh MUA.. saja jadi agak ragu. Bukannya anti sama MUA sih, tapi saya ingin dapet aura tradisional full termasuk dalam hal riasan.


Lalu.. Siapa yang saya pilih?

Dengan banyaknya referensi di tangan saya, saya sempat bingung. Tapi saya punya kepercayaan bahwa saya pasti tau apa yang harus saya pilih lewat tanda-tanda di sekitar saya.

Akhirnya tanda itu datang ketika suatu hari di bulan Maret, saya dan mas Koko berencana untuk survey gedung Sasana Kriya di Taman Mini. Dengan style kaos, celana pendek sendal jepit, kami berdua penuh percaya diri berangkat. Waktu masuk, jeng jeng, ternyata sedang ada pameran wedding. Hahaha. Akhirnya kami berdua masuk, kita sempat food testing di stand Gandrung yang enak banget banget, dan lalu melewati stand Kusumo Inten. Di situ saya ketemu dengan mba Riana yang cukup persuasif dan menjelaskan detail budget dan service yang ditawarkan.

Dan saya pikir ini petunjuknya. Akhirnya saya kepo lah Kusumo Inten ini lebih dalam. Begitu liat IG nya, jeng jeng... saya terkesima. Foto-fotonya bener-bener manglingi, yang biasa aja bisa jadi cantik banget. Saya langsung klop dan memutuskan untuk survey langsung ke sanggarnya.

Minggu berikutnya, saya dan mama saya survey ke lokasi sanggarnya di daerah Kalimalang. Tempatnya berupa rumah besar dan saya merasa cukup yakin sanggar ini cukup berpengalaman di bidangnya. Barang-barangnya cukup lengkap dan mba Riana cukup baik menjelaskan detail dan sharing cerita dari klien klien sebelumnya.

Sepulang dari sanggar, saya tanya mama dulu bagaimana pendapatnya. Mama sih merasa cocok. Okelah saya juga merasa cocok, dan tadaaaaa pilihan saya jatuh ke Kusumo Inten :)

Meeting terakhir dengan Mba Inten, anaknyanya pemilik sanggar, karena saya memutuskan sewa perdana untuk beludru hitam, jadi harus diukur dulu dan mba Intennya yang lansung mengukur. Saya makin merasa mantap karena mba Intennya baik ramah dan sabar ngejelasin ini itu hehehe.

Demikianlah cerita saya soal memilih sanggar rias. Kalau misal ada cpp yang ingin tahu price list dari sanggar-sanggar yang sudah saya datangi, bisa email ke saya ya. Nanti saya share :)

[ ]
 

Rabu, 21 Oktober 2015

Kembali Menulis Tentang Apa Saja Yang Penting Menulis.

Sepuluh hari lagi genap 5 bulan saya tinggal di Bangkok. Ada banyak hal yang sedikit bergeser. Karena terbiasa hidup dengan berbagai macam kegiatan, lingkar pergaulan dan keluarga yang saya temu sehari-hari, ketika tiba-tiba saya harus jadi "anak kos" di negeri orang, rasanya sepi. Saya sih merasanya diri saya 5 bulan yang lalu sedikit tidak sama dengan saya yang sekarang.

Dulu biasanya setiap habis pulang kantor, ada yang saya kerjakan. Ketemu temen, latihan paduan suara, lari, nge-gym, ke sini, ke situ. Sekarang, setiap pulang kantor bawaannya pingin cepet pulang dan tidur karena lelah. Di jakarta saya rata-rata bekerja 8-10 jam sehari. Nyampe kantor jam 9 atau 10 pagi, pulang jam 6 atau jam 7. Sekarang? 10 - 12 jam. Kadang-kadang malah 14 jam. Paling malam pulang dari kantor jam 11.30 malam.

Bagus sih, kayaknya baru pertama kali ini saya bangun pagi dan merasa lelah sendiri, pulang kantor merasa lelah sendiri. Mau ngomel-ngomel atau komplain, ga ada temen bitching, hahaha. Mau nongkrong atau ngegosip sepulang kerja, ga sempet dan belum nemu temen yang pas buat ngobrol ini itu juga. Soal kerjaannya sih OK, maksudnya dengan segala kesulitan dan tantangannya, saya belajar banyak. Tapi kalo soal kehidupan di luar pekerjaan, so-so lah. Ga yang sangat sangat membahagiakan juga. 

Saya juga sempat sedikit mempertanyakan motivasi kerja saya ketika ada saat-saat saya merasa lelah. Kalau ga punya motivasi kuat dan ga tahu apa yang saya kejar, kerja kayak gini capek banget. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, mungkin karena 5 tahun pertama pekerjaan saya, beban kerjanya emang di bawah standard. Saya pikir, teman-teman seangkatan saya sebagian besar sudah merasakan beban kerja seperti ini dari awal karirnya. Jadi saya pikir, ini mental kerja saya saja yang mungkin rada cemen kali ya. Hahaha.

Hari ini, saya bisa pulang cepat. Jam 7 malam. Saya memutuskan untuk kembali menulis lagi. Ada tiga alasanya. 
1. Sebagai sarana untuk kembali curhat-curhat dan cerita-cerita lagi. Saya harus lebih banyak bersyukur dan menari hikmah dari setiap kejadian yang saya alami setiap hari. Hehehe. Dengan menulis, segala kerunyaman pikiran mungkin bisa sedikit terurai dalam bentuk aksara.
2. Sebenarnya terlebih-lebih karena tuanangan saya, Koko, bilang bahwa menulis itu talenta saya. Saya selalu merasa tulisan saya ini gitu-gitu aja. Kaku, membosankan, mencoba sok sok menarik tapi ya gitu-gitu aja. Namun point nomor 3 membuat saya berpikir ulang.
3. Hari ini ketika saya membuka blog, ada satu komen masuk, mengomentari tulisan saya yang ga penting-penting amat. Oh. Ternyata ada yang baca juga dan mau ngasih komen. Kalau ada yang mau kasih komen kan berarti tergugah ya.

Jadi ya itulah kesimpulannya, saya akan mencoba kembali menulis. Apa saja deh pokoknya yang penting menulis. Hehehe.

Sabtu, 15 Agustus 2015

Beberapa Hal Tentang ..

Cinta

Haha, ini cheesy berat. Tapi ya memang begitu. Memasuki bulan ke-tiga tinggal sendiri di Bangkok jauh dari keluarga, mulai banyak hal-hal yang saya maknai secara berbeda. Cinta termasuk di dalamnya.

Saya semakin yakin bahwa maskoko adalah jodoh saya. Tepat setelah kami memutuskan untuk bertunangan, saya dapat assignment ke Bangkok, dan maskoko dapet kerjaan di Papua, tepatnya di daerah sekitar Puncak Wijaya. Jauh banget dan sarana komunikasi di tempat maskoko kerja itu ga canggih-canggih amat. Untungnya maskoko kerja di proyek telekomunikasi, jadi kalo pas lagi di mess masih bisa internetan.

Dengan perbedaan waktu dua jam dan komunikasi yang terbatas, kekuatan hubungan kami berdua benar-benar diuji. Saya sih merasanya begitu. Terutama karena dengan jarak ini, saya benar-benar harus mengenal dengan maskoko sebagai seorang individu terlepas dari semua atribut fisik dan materinya. 

Tanpa kontak fisik dan pertemuan tatap muka, satu-satunya yang bisa kami lakukan berdua adalah berbicara tentang banyak hal. Apa saja. Tentang ide. Tentang karakter masing-masing. Tentang analisa di balik berbagai perkara. Dan setiap hari, selalu saja ada hal-hal kecil yang mebuat saya merasa semakin jatuh cinta dengan maskoko.

Saya bersyukur akan hal ini. Semakin ke sini, dengan semakin intensnya komunikasi dan percakapan kami tentang banyak hal, saya semakin merasa mantap dan yakin bahwa orang yang saat ini menjadi tunangan saya adalah orang dengan jiwa dan kepribadian yang pas untuk saya.

Kelak suatu saat nanti, akan ada saatnya di mana cinta akan pudar, gairah seksual hilang, dan mungkin rasa sayang yang menggebu-gebu juga akan padam. Saya sesungguhnya tidak ingin sampai ke fase itu sih. Tapi maskoko adalah orang yang sangat penuh pertimbangan, dan dia masih percaya bahwa ada kemungkinan suatu saat nanti cinta itu akan memudar. Dan ketika hal itu akhirnya tiba, yang dibutuhkan adalah sebuah persahabatan untuk terus bersama-sama menjalani hidup. Saya yakin, kami berdua bisa jadi sahabat yang baik. Sahabat eksklusif dengan kesetiaan satu sama lain. 

Kemarin saya berbincang banyak dengan maskoko tentang masa lalu. Tentang bagaimana dia "mempelajari" saya lewat tulisan-tulisan saya di blog ini. Tentang galau dan gelapnya tulisan curhat saya, yang sangat kontradiktif dengan persona saya yang dia temui di awal-awal perkenalan. Hmm rasanya sangat menyenangkan ketika ada orang yang 'mempelajari' saya dan 'menganalisa' saya.

Dia bilang wajar bila ada saat-saat orang merasa saya "galau", walaupun saya yakin seyakin-yakinnya bahwa saya merasa saya biasa-biasa aja. 

Menurut maskoko, saya orangnya sangat kontemplatif. Apa-apa selalu saya pikirkan dan saya analisa. Hal-hal kecil selalu saya 'dalami' maknanya. Dan setelah itu saya tulis atau saya ekspresikan di media sosial. Mau saya senang kek, saya sedih kek, saya selalu kontemplatif. Ketika orang membaca ekspresi saya di media sosial, mereka akan mengasosiasikan itu dengan pengalaman pribadi mereka. Sebagian besar orang akan menajdi "kontemplatif" ketika mereka mengalami masa-masa "galau". Oleh karena itu, ketika mereka melihat hal-hal "kontemplatif" dari saya, mereka lalu akan berasumsi saya "galau". Dan ketika mereka mengemukakan pendapat bahwa saya "galau" melalu ejekan, kata-kataan atau nanya kenapa, itu adalah bentuk kepedulian mereka, karena dari pengalaman pribadi mereka, ketika mereka merasa "galau" mereka butuh "pertolongan", dan dengan ngata2in saya galau, itu adalah bentuk kepedulian mereka untuk menolong saya dari rasa "galau" itu.

Sungguh-sungguh analisa yang sangat menyenangkan untuk didengar. Semacam pertama kali ada orang yang bisa "membaca" saya dan rasa-rasanya bacaannya itu benar.  Hahaha.

Dan bagi saya, ini adalah bentuk cinta yang tidak pernah saya alami sebelumnya. Cinta adalah ketika kita mempelajari seseorang secara utuh, bukan cuma mengenal tapi juga berusaha memahami pribadinya dari awal sampai akhir. Saya belum bisa seperti itu ke maskoko karena saya menyadari betapa selama ini dalam suatu hubungan, saya tidak pernah berusaha untuk benar-benar paham tentang pasangan saya.

Ya sudah mau nulis tentang itu saja hari ini. Kayaknya harus mulai banyak-banyak merekam lagi hal-hal menarik soal hidup di sini, dokumentasi digital. Hehehe.



Minggu, 12 Juli 2015

#futurehusband

*Jadi begini. Ini adalah postingan tahun 2013 yang hendak saya post di 2014 tapi ga jadi karena merasa ini terlalu desperado. Cuma karena sekarang #futurehusband nya uda ketemu, saya post aja deh hehehe
_______________

*Jadi begini. Ini adalah postingan tahun 2013 yang masih tersimpan rapih di draft yang ga sengaja gw temukan pagi ini. Sangat desperado dan masih cukup relevan. Why oh why. Hahaha.*

Ini mungkin terbaca sangat pathetic tapi sebodo amat. Hahaha.

So dear future husband,
Di manapun kamu berada, saya yakin pada suatu hari nanti, entah bagaimana caranya, hidup akan membawa kamu ke blog ini, ke postingan ini.

Mungkin kamu akan membaca pelan postingan ini untuk mencari tau seberapa desperadonya saya yang pada saat tulisan ini dibuat masih single. Terus setelah baca, kamu akan tertawa prihatin atau mencela-cela saya. Tidak apa-apa, celaan itu tanda sayang.

Lalu tak lama kemudian mungkin hidup memberi pertanda dan sinyal-sinyal yang membuat kita semakin dekat. Lama-lama makin dekat, semakin dekat dan voila! Kamulah si future husband itu. Hahahaha. Lalu kamu akan kembali ke halaman ini. Tercengang dan kagum karena ternyata postingan dodol ini ditujukan untuk kamu. Dan kamu akan membaca ulang perlahan postingan ini sambil tersenyum kecil.

Atau mungkin kamu orang lama. Kamu tidak asing lagi. Kamu menyaksikan jatuh bangunnya saya. Kamu menyaksikan susah sedihnya saya. Mungkin kamu tidak pernah menduga bahwa tulisan ini akhirnya ditujukan untuk kamu. Sama seperti saya yang tidak menduga bahwa orang yang saya tunggu-tunggu adalah kamu.

Lalu? Hmm saya cuma ingin kamu tahu bahwa saya sungguh-sungguh menyiapkan diri untuk kamu. Karena saya percaya saya akan menghabiskan sisa hidup saya  menjadi seorang istri dari seorang suami yang luar biasa dan akan berjuang  keras menjadi ibu yang baik,dengan tetap menjadi diri saya sendiri. Sebuah perjalanan panjang untuk bisa sampai ke pernyataan di atas itu.

:)

Minggu, 14 Juni 2015

Catper Sumba Hari Ketiga : Gua Waikelo Sawah, Desa Adat Tarong, Savana Lapale dan Air Terjun Lapopu

Hai hai, akhirnya saya mengumpulkan niat untuk menyelesaikan catata perjalanan yang sudah berlalu satu tahun lamanya. Hahaha.

Hari Ketiga kami meninggalkan Tambolaka mengarah ke Sumba Tenagah. Hari ketiga ini kami masih ditemani oleh Markus dan si om supir. Mereka akan mengantar kami seharian sampai ke tujuan akhir : penginapan Sumba Nautil Resort, resort nomor paling ciamik di Sumba versi tripadvisor tahun 2014. Setelah itu untuk besok sampai nanti kami balik ke Denpasar, akan pakai supir dan kendaraan baru yang dicarikan oleh ownernya Suma Nautil Resort.

Kami mengawali hari dengan pergi ke SD Kristen Baliloura untuk memberikan buku-buku dan majalah yang sengaja dibawa dari Jakarta. Kenapa kami pergi ke sana? Karena salah satu guru di sana adalah juga penduduk desa adat Bondo Kapumbu. Menurut saya ada baiknya kalau jalan-jalan ke tempat baru yang memang terpencil, main ke salah satu sekolahnya. Lalu saya diajarin sama salah satu relawan Kelas Inspirasi Lombok. Katanya kalau jalan jalan, bawalah alat tulis barang 1-2 lusing atau juga majalah-majalah bekas, lalu sempatkan untuk main ke salah satu sekolah di sana. Supaya lebih berasa kalau sama-sama orang Indonesia. Supaya kita bukan cuma turis yang datang seperti tamu. Menurut saya sih itu baik dijalankan :)

Bersama para guru SDK BaliLoua. Sebagian guru-guru ini kayaknya seumuran saya.
Jam 10 pagi, kamu sudah selesai main ke SD dan melanjutkan perjalanan panjang kami berikutnya : Gua Waikelo Sawang dan desa adat Tarong.

Gua Waikelo Sawah

Saya lupa-lupa ingat dengan arti nama Waikelo Sawah ini, tapi intinya nama ini memiliki makna sumber air bagi sawah-sawah di sekitarnya. Jadi gua ini adalah gua yang di dalamnya terdapat mata air. Nah dari gua ini, mengalirlah sungai yang menjadi sumber air bagi sawah-sawah. Kalau tidak ada mata air ini, sawah-sawah ini tidak akan punya sumber air.

Jalan setapak menuju ke gua

Kondisi Dalam Gua. Agak susah mengambil foto bagian dalamnya. Oiya di dalamnya banyak kalelawarnya loh.
Di mulut gua

Pemandangan dari mulut gua

Desa Adat Tarong

Destinasi berikutnya adalah Desa Adat Tarong. Desa adat ini termasuk desa adat yang lebih dahulu populer dibandingkan Bondo Kapumbu ataupun Ratenggaro. Jadinya ya komersil banget. Ketika kita sampai, kita langsung disuguhi berbagai macam barang dagangan dan orang-orang sibuk menawarkan barang.

Baru sampai sudah disambut jualan kain >_<

Letak desa adat ini benar benar di atas puncak bukit. Konon katanya, ketika masih marak perang antar suku di Sumba, orang Tarong melempari batu dari puncak bukit ke musuh-musuhnya yang mendekat. Cara ini terbukti efektif karena sampai saat ini desa adat Tarong masih tegap berdiri. Hahaha.

Kami berkesempatan memasuki salah satu rumah ada dan mendapatkan beberapa penjelasan filosofi dari rumad adat Sumba. Seperti lambang taring babi dan taring kerbau yang mewakili banyaknya upacara. Lalu juga tungku memasak yang bentuknya segitiga, melambangkan organ reproduksi wanita, mengingatkan tugas istri untuk menyediakan masakan. Lalu setiap rumah juga harus memiliki tempat besar yang isinya air, karena air adalah sumber kehidupan. Harapannya supaya rumah tersebut selalu sejahtera dan mengalirkan kehidupan bagi sekitarnya. Dalem ya. Hehehe.

Tanduk kerbau pertanda bahwa keluarga ini pernah mengadakan upacara adat.

Tungku dengan pilar segitiga. 

Kendi yang selalu berisi air.

Rumah adat di Desa Adat Tarong hampir sama dengan rumah adat di Bondo Kapumbu. Hanya saja, di sini sebenarnya ada dua desa yang berbeda. Penduduk desa di sini juga masih melakukan kegiatan sehari-hari. Rumah disusun saling berhadap-hadapan, dan di antaranya ada kuburan batu dan juga tempat untuk melakukan upacara adat. Hanya saja, kalau di sini, kuburan tidak diperlakukan istimewa. Sebagian batu kubur dipakai untuk menjemur pakaian, menaruh kayu bakar atau menaruh barang-barang lain. Ohiya, di sini babi berkeliaran dengan bebas layaknya anjing atau kucing kalau di jakarta hehehe.

Kubur batu yang menjadi tempat jemuran dan menyimpan kayu bakar

halaman yang dipakai untuk menjemur kayu dan lihat ada babi jalan jalan!
Di sini kamu juga berkesempatan untuk berbicara dengan salah satu tokoh agama Marapu yang merupakan warga desa sini, orang memanggilnya Mama. Marapu adalah agama asli orang Sumba. Salah satu kekhasan agama ini adalah membaca kehendak yang kuasa melalui isi perut ayam atau kambing. Kemudian agama Kristen masuk, lalu Marapu berasimilasi dengan agama Kristen. Salah satu bentuknya adalah kalau melihat kubur batu orang Sumba, bagian tengahnya itu retak. Itu melambangkan kuburan Yesus yang terbuka di hari ketiga, harapannya supaya yang meninggal bangkit seperti Yesus.


Mama sedang bercerita tentang Marapu
Berbicara dengan Mama membuat saya menyadari betapa sangat berartinya kearifan lokal tiap-tiap daerah. Kata Mama, Marapu tidak punya kitab suci, semuanya dari hasil ajaran omongan ke omongan. Saya sungguh berharap, kearifan-kearifan agama Marapu bisa tetap terpelihara dari generasi ke generasi.

Siang itu langit Tarong sedang biru-birunya. Dan langit biru itu bagus untuk foto-foto. Jadilah akhirnya kita menutup kunjungan ke desa Tarong dengan foto-foto.

Desa Adat Tarong
Ini ga tau kenapa ga mau dirotate, Ya sudahlahya.
Waktu sudah menunjukan pukul 12 siang. Belajar dari pengalaman kemarin, kali ini kami sudah lengkap membawa bekal makan siang. Jadi sambil makan di mobil, kami meninggalkan Sumba Barat menuju ke Sumba Tengah.

Savana Lapale

Tujuan berikutnya adalah air terjun Lapopu, namun di tengah perjalanan, kami melewati padang savana yang sangat-sangat cantik. Jadilah akhirnya kita memutuskan untuk berhenti dan foto-foto. Agak jauh naik ke atas bukitnya, butuh sekitar 30 menit. Tapi begitu sudah sampai ke atas... surga :)


Waktu itu agak mendung, jadi warna hijaunya kurang keluar, tapi itu pun juga juga bagus. Biarkan foto-foto yang bercerita deh kalau untuk Lapale ini hehehe.

Red between the green

Ini dia lapale :)

pose wajib tampak belakang hahaha

ada kerbaunyaaa

Inu sedang mengambil foto, Sedikit agak nyaru :p

Air Terjun Lapopu

Selesai menikmati indahnya Lapale, kami melanjutkan lagi perjalanan ke Air Terjun Lapopu. Air terjun letaknya agak jauh. Karena kurangnya pengetahuan dari supir dan guide, rute yang kami ambil itu agak muter-muter. Menurut si guide harusnya kita ke lapopu lebih awal. Jadi mungkin saran buat teman teman yang mau kesana, cek lagi di peta tujuannya gimana dan jalannya gimana biar ga muter muter.

Kami baru sampai di lokasi air terjun itu sekitar jam 4 sore dengan kondisi langit mendung. Jadi kita agak sedikit tergesa-gesa karena takut hujan.

Ait Terjun Lapopu terletak di kawasan hutan lindung. Untuk masuk, kita harus mendaftar terlebih dahulu di pos penjagaan. Setelah itu kita harus menempuh trek yang cukup seru sekitar 20-30 menit lah tergantung jalannya pake banyak foto-foto atau engga. Hehehe.

Air Terjun Lapopu dari kejauhan

Jembatan bambu yang terbuat dari bahan alami. Hanya bisa dilewati maksimal 2 orang.

Sungai yang berasal dari air terjun Lapopu

Yeay akhirnya sampai! Selfie duluuuu :p



The beauty of Lapopu

Simply beauty
Air terjun Lapopu ini masih sangat alami. Ga bisa berenang atau main air karena arusnya sangat kencang. Lalu tidak ada tempat duduk atau tempat untuk menunggu, yang ada cuma batu-batuan sebagai tempat duduk saja. Sejauh ini, ini air terjuan nomor dua paling cantik setelah air terjuan Mardikapura di Malang (eh bener ga si itu namanya?)

Perjalanan kami lanjutkan menuju penginapan Sumba Nautil. Seperti yang sudah dibilang sebelumnya, penginapan ini letaknya lumayan jauh. Kami baru sampai sekitar pukul 8 malam dalam keadaan kelaparan hahaha. Sayangnya, karena letaknya yang jauh dari mana-mana, kalau mau pesan makan ga bisa langsung ada, harus kasih tau dari pagi hari.

Penginapan ini BAGUS banget. Paling fancy dan paling trendy dari segi fasilitasnya. Isinya bule semua, sebagian besar om om surfer dan satu pasangan bule yang kayaknya lagi bulan madu.
Ga sia-sialah bayar hampir 2 juta per malam untuk satu kamar sudah lengkap dengan extra bed. Nyaman banget.

Karena hari ini lumayan lelah, saya tidur lebih dahulu. Sementara Inu dan Bita agak bimbang karena mereka ingin melihat pantai Walakiri di Sumba Timur sementara rencana esok hari adalah menjelajah Sumba Selatan, ke pantai Tarimbang. Jadi bagaimana? Jadi nantikan perjalanan kami hari ke empat di postingan saya selanjtnya yaaaa hehehe.

[ ]
*Foto-foto diambil dari koleksi pribadi Bita dan Inu.

Kamis, 04 Juni 2015

Life Update : Sebaik-baiknya Manusia Berencana, Tuhan yang Menentukan

Hai hai jumpa lagi bersama saya di blog yang sudah lama tidak diupdate ini.

Seperti yang tertulis di judul di atas : Sebaik-baiknya manusia berencana, Tuhan yang menentukan.
Selama tiga bulan terakhir ini banyak seakali hal-hal tidak terduga yang terjadi.

Dimulai dari kabar tidak terduga bahwa saya mendapatkan kesempatan bekerja di luar negri selama satu tahun, tepatnyadi Shell Thailand. Dari sini, semua perencanaan kehidupan setahun ke depan langsung berubah semua.

Rencana untuk ngisi-ngisi apartemen supaya tahun depan habis nikah siap ditempatin? Bubar jalan.
Karena ternyata mas Koko juga dapat kerjaan baru di Papua!

Rencana untuk acara nikahan? Masih cukup sesuai kecuali karena desakan berbagai pihak, lamaran yang rencananya Februari dimajukan ke bulan Mei kemarin! Hahaha. Yes, I am engaged now. I probably will post more about this. Maybe kalo sempet hahaha.



Lalu rencana foto pre-wed di Ranu Kumbolo, itu juga tinggal mimpi. Huhuhu. Ini sih yang paling sedih. Karena uda banyak banget nyari nyari ide dan itung-itung tanggal. Eh ga taunya saya dan mas Koko nya bakal jauh-jauhan.

Rencana jalan jalan lain juga bubat jalan. Tapi agak aneh sih, tumben-tumbenan tahun ini saya ga ambisius nyari nyari tiket promo murah. Jadi rencana jalan-jalan tahun ini akan diganti ke keliling-keliling asia tenggara in backpacker mode.


Hmmm, ya jadi begitu. Kalau dilihat 6 bulan ke belakang, banyak hal-hal tidak terduga yang terjadi dalam hidup saya, dan semua hal itu adalah hal-hal yang baik. Dan kita memang harus siap dengan apa pun yang hidup kasih ke dalam cerita perjalanan kita. Apa pun itu. Hari hari ini, tahun depan, siapa yang tahun saya ada di mana sedang apa dan sedang merasa apa. Oleh karena itu saya juga mengerti mengapa setiap hari kita harus benar-benar menjalani hidup dengan sesungguh-sungguhnya. Karena ga akan bisa diulang lagi :)

So what are you waiting for? Go living you life!




Rabu, 25 Maret 2015

CatPer Sumba Hari Kedua : Menapaki Desa Adat Ratenggaro dan Pantai Pero

Jadi kawan kawan, ini adalah cerita perjalanan saya, Inu dan Bita ke pulau Sumba bulan Mei 2014 lalu Cerita hari pertama bisa dibaca di sini, cerita tentang Danau Wekuri dan Pantai Mandorak bisa dibaca di sini.

Menurut rencana perjalanan, hari ini kami masih bisa mengunjungi dua tempat lagi, yaitu desa adat Ratenggaro dan menikmati matahari tenggelam di Pantai Pero.

Desa Adat Ratenggaro

Kami sampai di desa adat Ratenggaro sekitar jam tiga sore. Desa adat Ratenggaro ini termasuk salah satu desa adat yang wajib dikunjungi di Sumba karena memiliki makam yang berasal dari jaman megalitikum, jaman pra sejarah di mana manusia masih menggunakan peralatan yang terbuat dari batu. Desa ini terletak di pinggir pantai Ratenggaro. Salah satu hal lain yang khas dari desa ini adalah atap rumah adatnya yang menjulang tinggi ke atas.




Oiya, asal nama desa ini sedikit agak menyeramkan sih. Rate itu artinya kuburan, sedangkan Garo artinya orang-orang Garo. Mengapa demikian? Jadi begini, ketika masih terjadi perang antar suku, suku dari orang yang sekarang menjadi penghuni desa ini berhasil merebut desa orang-orang Garo. Di jaman itu, kalau kalah perang ya dibunuh semua dan dikubur di situ juga. Jadilah ini tempat dikuburnya orang-orang Garo. pada jaman itu, katanya kalau menang perang, kepala orang-orang yang dikalahkan itu digantung di atap rumah loh. Serem ya.

Hampir sama seperti orang Flores dan orang Toraja, di rumah adatnya, ada rahang babi dan tanduk kerbau yang digantung sebagai simbol bahwa yang punya rumah pernah melaksanakan upacara adat. Lumayan mahal juga loh, kalau buat babi bertaring harganya itu 30 jutaan, kalau kerbau sekitar 35 jutaan.

Rumah adat Sumba memiliki 4 tingkat. Bentuknya adalah rumah panggung. Paling bawah adalah tempat hewan peliharaan. Lalu tingkat kedua adalah tempat manusia tinggal, setelah itu di atasnya ada tempat untuk menyimpan hasil panen, biasanya digantung. Kemudian di atas tempat memasak ada sebuah kotak yang merupakan tempat menyimpan benda keramat. Paling atas, di puncak rumah adat, diletakkan tanduk kerbau sebagai tanda kemuliaan.

Tempat Penyimpanan Benda Keramat
Rumah adat Sumba biasanya didirikan bersama-sama oleh beberapa keluarga. Bila ada rumah adat yang rubuh, dipercaya bahwa telah terjadi perselisihan antara keluarga yang tinggal didalamnya. Orang Sumba percaya bahwa rumah memerlukan pondasi yang kuat supaya tidak rubuh, dan pondasi yang paling kuat adalah keharmonisan antar keluarga yang tinggal di dalamnya. Sungguh dalam dan penuh makna.

Seperti yang sudah saya bilang di atas, Desa adat Ratenggaro ini memiliki kuburan yang berasal dari jaman megalitikum, atau sekitar tahun 900an. Kuburan ini dipercaya adalah kuburan milik seorang raja bernama Ratendalih (semoga bener nih gw baca tulisan tangan gw sendiri, hahaha). Ratendalih punya tiga istri. Istri pertsama diberi desa Ratenggaro, istri kedua diberikan desa yang lain, istri ketiga tidak punya anak, jadi ga dapet jatah desa. Ketika Ratendalih meninggal, dia memililh dikuburkan di desa Ratenggaro.


Di desa-desa adat yang ada di Sumba sendiri, bisa dilihat ada beberapa macam jenis kuburan. Ini menggambarkan perubahan bentuk kuburan adat sesuai dengan berjalannya waktu.
1. Kotak-kotak kecil, ini adalah kuburan yang paling tua, karena waktu itu jumlah orangnya masih sedikit.
2. Kotak dengan atap berbentuk bulat, tidak ada penjelasan lebih lanjutnya 
3. Kotak dengan ukuran yang lebih besar, ini karena jumlah orang semakin banyak,
4. Kotak dari beton, ini adalah kuburan yang palinf modern.
Bila ada ukiran seperti yang terlihat di foto kami di atas, ukiran ini menunjukan jumlah harta kekayaan yang dia miliki ketika masih hidup.


Desa adat Ratenggaro ini terletak di pinggir pantai, kerap juga disebut desa mengapung, karena bila air laut pasang, dari kejauhan desa ini seolah-olah mengapung di atas air.

Desa Ratenggaro dari kejauhan
Di desa ini, sistem pariwisatanya sudah berjalan dengan baik. Ketika kita datang, ada semacam guide yang tak lain adalah kepala desa dari desa Ratenggaro ini yang menyambut, mempersilakan mengisi buku tamu, dan memberikan penjelasan yang sangat rinci mengenai desa ini. Penduduknya juga cukup ramah dan fasih berbahasa Indonesia. Kami  menyempatkan diri mengobrol sambil melihat beberapa barang yang dijual oleh penduduk setempat. 


Tanda Mata dari Ratenggaro
Saya memutuskan membeli sebuah kalung dengan bentuk yang dinamai "mamoli". Waktu saya tanya, katanya ini adalah simbol untuk wanita dari keluarga bangsawan, simbol kecantikan. Belakangan saya baru tahu bahwa mamoli ini menyimbolkan rahim wanita :)

Mamoli

Waktu sudah menunjukan pukul empat lewat, kami lalu bergegas mengakhiri kunjungan. Oiya, sampai sekarang kadang-kadang saya masih SMSan sama kepala desanya. Hehehe.


Pantai Pero

Hari kedua ditutup dengan melihat matahari terbenam di Pantai Pero. Ini adalah pantai dengan pemandangan matahari terbenam paling cantik nomor dua setelah kepulauan Komodo. Cantiknya bukan main. Biar gambar saja yang bercerita ya.


selfie dulu

Pantai Pero di"pagari" oleh barisan karang

Air yang bning dan nelayan yang sedang mencari ikan yang terperangkap
Sunset di pantai ini dramatis!


Dramatis
Tak lupa kita juga merekam video 360 di sini. Hahaha.



Kiss the sun!
Oh iya. Jalan menuju pantai ini belum benar-benar bisa disebut jalan sih. Kita harus melewati hutan hutan dulu. Dan sepanjang jalan ke sini tidak ada lampu jalannya. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke Tambolaka sebelum matahari terbenam. Daaaan kami kelaparan setengah mati, belum makan dari pagi karena tidak ada tempat makan sepanjang jalan.

Dan berakhirlah perjalanan hari kedua. Malam ini adalah malam terakhir kami di Tambolaka. Besok perjalanan dilanjutkan ke Sumba Tengah, rencananya kami akan menginap di Sumba Nautil Resort. Agenda besok lumayan padat, ada Kampung Adat Tarong, Wakelo Sawah, Air Terjun Lapopu dan Pantai Marosi! Jadi nantikan catper Sumba hari ketiga dalam waktu dekat ya ;)

[ ]

Selasa, 03 Maret 2015

Blog Freeze

Blog yang semakin sepi adalah karena sekarang prioritas hidup sudah berganti.
Ketika jalan-jalan bisa ditunda untuk satu tahun ke depan.
Ketika tidur yang cukup lebih nyaman daripada bangun dan lari pagi.
ketika makan enak lebih masuk akal dibandingkan diet supaya terlihat kurus.
Ketika ngobrol sama orang di dunia nyata lebih berarti dibandingkan ngetik blog sendiri di kamar tiap malam.
Hahaha. Begitulah.

Sesungguhnya adalah kembali ke pertanyaan utama yang ga akan pernah ada matinya :
Apa sih yang kamu cari dalam hidup?

Tuhan?
Arti kehidupan?
Kedamaian?
Kekayaan?
Popularitas?
Cinta?
Petualangan?
Persahabatan?
Penghargaan?
Pengakuan?

Boleh semuanya ga sih? Hahaha.

[ ]

Sabtu, 07 Februari 2015

I'm Getting Married!

Iya betul, kamu ga salah baca. I'm getting married. Masih taun depan sih, tapi pusingnya udah mulai dari sekarang. Hahaha.

Jadi kenapa di 2015 blog ini mulai sepi tanpa update galau di awal tahun seperti tahun tahun sebelumnya? Jawabannya adalah karena di akhir tahun 2014, tanpa diduga-duga, saya bertemu dengan si mas ini.

Jadi begini. Hahaha.

Hmmm, gimana ya mulainya. Diawali dari sebuah aplikasi yang bernama "Tinder". Hahaha. Sampai sekarang masih ga percaya sih kalau saya memakai aplikasi ini. Jadi ini semacam aplikasi perkenalan dunia maya. Cek ke sini tentang cara kerjanya >> How to use Tinder

Awal install Tinder ini semata-mata untuk membantu teman-teman saya saja sih. Mereka penasaran pingin main Tinder tapi ga mau install hahaha. Nah singkat cerita saya berkenalanlah dengan satu orang ini. Setelah sebulan ngobrol via whatsapp, kami memutuskan bertemu dan setelah sekitar seminggu lebih berinteraksi, kami memutuskan untuk melanjutkan hubungan ini ke tahap yang lebih serius.

Segampang itu?  Hahaha. Iya ternyata segampang itu. Setelah bertahun tahun kerjanya di PHP in atau dicuekin gebetan, ternyata kalau emang dua-duanya nyaman, ketemuan itu ya segampang itu. Kalau kata orang, begitu ketemu yang rasanya pas, semuanya jadi terasa mudah. Saya juga ga menyangka kalau ternyata orang jawa katolik yang rajin ke gereja, suka traveling, berjiwa sosial tapi bisa diajak minum dan dugem itu ternyata beneran ada di dunia nyata dalam wujud seorang peneliti! Kalau peneliti, sudah pasti pintar dan sopan dan sabar hahaha.

Antonius Wisudarmoko.

Panggilannya Koko. Saya dari pertama kenal udah manggilnya mas. Maskoko. Kalo liat fotonya di tinder, mas mas banget lah.  Si maskoko ini layaknya pemuda 32 tahun yang sangat mas-mas. Kayak petugas teller bank. Kayak petugas kelurahan. Kayak mas mas PNS, Tapi pas ketemu.. jeng jeng.. penampakannya adalah jins plus converse merah plus kemeja yang sangat 90an sekali. OK. Masih mas mas tapi ga mas mas banget. Tipe tipe cowok yang ada di tempat-tempat happening antimainstream di jakarta. Tipe cowok indie. Hipster. Ini mah jauh dari mas mas. Ini semacam kayak selera saya. Tapi kalo uda pake baju kantor ato baju batik ya jadi mas mas lagi sih. Hahaha.

Satu hal yang menonjol, dia ini tingginya 188 cm. Bandingkan dengan saya yang hanya 154 cm.


Dan demikianlah akhirnya setelah tiga bulan berinteraksi, akhir Januari kemarin maskoko dan ayah ibunya datang menemui mama papa dan memperkenalkan diri. Maskoko juga bilang ke papa kalau dia mau serius dan meminta waktu satu tahun untuk persiapan dan bila nanti semuanya lancar kami berdua akan melanjutkan ke tahap penerimaan Sakramen.

Sungguh rasanya begitu tenang dan luar biasa. Ketika ada seorang laki-laki, duduk dengan tenang dan berbicara pelan, sopan tapi tegas kepada papa, meminta ijin kepada papa untuk menikahi saya.

Masih banyak PR buat kita berdua. Lebih mengenal dan memahami satu sama lain. Ini masuk bulan ke empat kita saling mengenal. Sekuat-kuatnya chemistry  kami berdua, banyak hal yang membutuhkan waktu untuk bisa dimengerti, seperti bagaimana kami berdua saling mengendalikan emosi. Terutama karena kita berdua bekerja di dua bidang yang sangat jauh berbeda. Maskoko adalah peneliti di bidang antropologi dan sosiologi. Jam kerja based on project. Sedangkan saya adalah pegawai kantoran dengan hidup penuh rencana dan sangat teratur.

Sekarang dia sedang ada di Papua, di daerah tanpa sinyal, dan kami baru bisa berkomunikasi nanti tanggal 22 Debruari dan itu masih hmmm 15 hari lagi :( Sungguh suatu ujian untuk saya yang sangat butuh perhatian dan manja level dewa.

Komitmen sudah dibuat. Kami berdua sudah sepakat untuk memulai perjalanan ini. Saya pikir saya juga harus berubah dan harus lebih berusaha untuk memperjuangkan hubungan ini. Lebih sabar, lebih tenang, lebih berpikir ke depan dan lebih percaya kepada Tuhan bahwa Dia akan mengatur semuanya indah pada waktunya.

Dan demikianlah kabar terbaru saya. Janji saya adalah sebelum Mei 2016, semua tulisan jalan-jalan saya sudah harus ada di blog ini. JANJI!

[ ]

Minggu, 01 Februari 2015

Catatan Perjalanan Sumba Hari Kedua : Surga itu Bernama Wekuri dan Mandorak

Ini adalah cerita perjalanan saya, Inu dan Bita ke pulau Sumba bulan Mei lalu. Cerita hari pertama bisa dibaca di sini.

Hari kedua di Pulau Sumba dibuka dengan bangun kesiangan dan melewatkan sunrise. Padahal penginapan kita tepat berada di pinggir pantai. Tapi tidak mengapa, masih ada satu malam lagi di penginapan ini.

Sesuai janji dengan Markus tadi malam, pagi itu kita bertemu di persimpanagan dekat SPBU kota Tambolaka. Ternyata Markus membawa dua orang tamunya. Dia bilang kita bisa bersama-sama pergi ke beberapa tempat. Karena sopir dari mobil sewaan kami masih kurang familiar dengan jalan di Tambolaka, kami mengekor mobilnya Markus.

Tujuan pertama hari ini : Rumah Budaya Sumba

Museum Rumah Budaya Sumba
Di museum ini kita bisa mendapatkan beberapa informasi mengenai kebudayaan Sumba, karena ternyata di Sumba ini ada banyak suku dengan adat istiadat yang berbeda-beda.  Sayang di dalam museum ini kita tidak diperbolehkan mengambil foto.

Di dalam museum ini kita bisa melihat beberapa jenis kain tenun dari berbagai macam suku. Orang Sumba juga telah mengenal  perhiasan yang terbuat dari logam seperti gelang, kalung dan juga sisir. Kita juga bisa melihat beberapa alat musik, peralatan memasak yang dibuat dari tanah liat dan juga peralatan bertani seperti alat memeras tebu, alat berburu, palang gerbang rumah adat dan juga alat pacu untuk upacara Pasola.

Museum ini didirikan oleh Pastor Robert Ramon pada tahun 2010. Penanggung dananya adalah seorang wanita yang menduduki posisi cukup tinggi di produksi air mineral Aqua. Tapi kita tidak diberitahu siapa namanya. Salut saya untuk ibu manajer ini atas usahanya untuk melestarikan budaya Sumba lewat museum ini. Ohiya, di dekat museum ini juga ada sbeuah gereja katolik yang sedang direnovasi.

Setelah meninggalkan museum, kami menjemput dulu seorang teman Markus yang bernama Kitty. Kitty bergabung dengan mobil kami, tujuannya supaya mobil kami tidak terlalu bergantung dengan mobil Markus kalau-kalau ternyata nyasar.

Lanjut ke tujuan ke dua, tujuan yang paling dinanti-nantikan semua orang :

Danau Wekuri!

Perjalanan ke Danau Wekuri ini memakan waktu lebih lama dari yang kami kira : 2 jam saja sodara sodara! Padahal kalau lihat di peta, tempatnya harusnya ga jauh-jauh amat. Infrastruktur di Sumba Barat ini memang masih jauh dari ideal. Jalan yang harus ditempuh menuju ke Danau Wekuri masih berupa jalan setapak yang pas-pasan untuk dilewati mobil. Karena masih setapak, mobil tidak bisa melaju kencang. Maksimal 20 km/jam. Sepanjang jalan juga tidak ada petunjuk arah, sinyal GPS, ataupun lampu jalan. Saya pribadi sedikit agak parno kalau-kalau kita kesasar, karena sopir nya agak kurang meyakinkan. Huhuhu.

Kebayang ga menelusuri jalan seperti ini selama lebih dari 1,5 jam tanpa sinyal GPS
Waktu sudah menunjukan pukul setengah 12 ketika kami tiba di Danau Wekuri. Dan perjalanan dua jam yang sedikit menegangkan itu terbayar sudah.

Kalau katanya surga itu terpecah menyebar di penjuru dunia, maka Danau Wekuri adalah salah satu pecahannya.

Danau Wekuri


clear sky, clear water, i couldnt ask for more
Ketika kami sampai, ada empat orang asing yang juga sedang bersantai di pinggir danau. Ternyata salah satu dari mereka adalah orang yang menemukan danau ini! Jadi ceritanya, waktu mereka lagi naik pesawat terbang, dari atas mereka melihat ada danau. Lalu selama tiga hari dengan menggunakan kuda, mereka mencari tempat ini dan voila, di sinilah kami sekarang menikmati keindahan danau Wekuri :) Bule ini sempat menawarkan untuk main ke tempat mereka, katanya tidak jauh dari sini. Penasaran sih, karena seingatan saya, tidak ada apa-apa sepanjang perjalanan.

Air danaunya sangat jernih dan tenang, kita sampe bisa bikin video ini hahaha. 



Setelah sekitar satu jam bermain-main di Danau Wekuri, kami pindah tempat ke tujuan berikutnya, yaitu pantai.

Pantai Mandorak

Letaknya tidak jauh dari Danau Wekuri, tidak sampai 10 menit naik mobil. Dan begitu kami sampai dan melihat pantainya, saya langsung teriak teriak kegirangan. Ini adalah pantai terindah yang pernah saya datangi :')

itu saya, yang udah kegirangan main main di pasir

Pantai ini adalah pantai kecil yang dikelilingi oleh batu karang. Pasirnya haluuus banget. Airnya biru kehijauan. Dan, para nelayan juga menggunakan pantain ini sebagai tempat berangkat dan pulang melaut. Indah bangetlah pokoknya, udah ga tau harus ngomong apalagi.


I can spend my whole day just sitting here. Tapi habis itu gosong dan kulitnya kebakar sih. Hahaha.

my version of heaven
Pas kami bermain di situ, pas banget ada nelayan yang baru pulang melaut. Ini videonya :


Surga banget kan? Pantai ini dikelilingi bukit karang dan di sisi kiri pantai ini, tepatnya di atas bukit, ternyata ada semacam rumah. Sepertinya, ini adalah rumah yang dimaksud oleh bule yang kami temui di Danau Wekuri tadi. Tinggal di tepi pantai macam ini bagaimana rasanya ya..

Rumah di tepi bukit
Dan, pantai ini adalah cocok untuk pose pose kalender. Hahaha. Saya dan Bita langsung bereksperimen dengan berbagai macam gaya hahaha.

Pose kesukaan hahaha. Sok iya banget ya.

Our usual fail yoga pose hahaha
Dan tentu saja kami juga tidak lupa membuat video 360 :D


We are soooo happy!

Dan demikianlah kesimpulan saya sejauh ini, bahwa potongan surga itu ada di Sumba, namanya Wekuri dan Mandorak. Dan mungkin  potongan surga ini bisa tetap demikian karena keterbatasan akses ke sini. Coba bayangkan kalau sudah ada lapak-lapak indomie dan es kelapa di kiri kanannya, mungkin ga sesurga ini lagi.

Egois ga sih kalau Sumba dibiarkan seperti ini saja supaya tidak menjadi seperti Bali? Tapi kalau begitu, bagaimana dengan perkembangan sumber daya manusianya?

Jam sudah menunjukan pukul dua siang dan akhirnya kami memutuskan untuk bergerak ke tujuan selanjutnya, yaitu  Desa Adat Ratenggaro dan Pantai Pero. Kami belum makan siang, dan perjalanan dari Pantai Mandorak ke panti Pero sebelas dua belas dengan perjalanan sebelumnya. Kiri kanan isinya hanya pohon dan semak belukar. Belum lagi ditambah kepanikan ketika di jalan yang sesempit itu tiba-tiba ada mobil datang dari arah berlawanan. Hahaha. Namun karena memang sudah sangat bersemangat, kami semua bisa menahan lapar.

Ok, supaya ga terlalu panjang dan capek bacanya, sampai di sini dulu saya. Cerita tentang Desa Adat Ratenggaro dan Pantai Pero akan saya ceritakan terpisah di postingan berikutnya yes! Layaknya rumah makan Padang, mohon sabar menanti hehehe.

[ ]


Tiga Puluh Tujuh

Sepuluh tahun berlalu sejak tulisan ini Dan ternyata di ulang tahun ke tiga puluh tujuh ini, gw masih meminta hal yang sama. Semoga diberi k...